Langit tampak begitu kelabu, seperti sedang menyimpan misteri, tidak, langit tidak sedang menyimpan misteri, melainkan menyimpan hujan yang segera turun bersusul-susulan ke bumi. Hampir saja baju ku basah semua, namun tempat yang ingin ku tuju sudah dekat.
Disana.
Kafe Star.
Klik. Krieet.
Ku buka pintu kafe setelah berlarian dengan nafas yang sedikit tersengal. Tapi itu tak menjadi masalah yang besar. Cewek dengan kaos merah bertuliskan girls bersetelan dengan celana pendek berwarna putih se lutut itu, melambaikan tangan padaku.
Aku menghampiri Adel yang sudah memesankan makanan dan minuman setelah ku beritahu pesanan ku lewat via telepon sebelum aku datang kesini. Tak ramai seperti biasanya, kali ini suasana di dalam kafe lumayan sepi. Mungkin sebagian orang merasa malas keluar rumah atau terkendala hujan, karena awan yang pekat telah menunjukkan warna nya sejak dua jam yang lalu.
"Itu, Jen, cowok yang kamu cari ada disana," bisik Adel ketika aku mulai duduk di kursi depan meja yang berhadapan dengannya.
Ku lirik cowok dengan kaos hitam dan celana selutut nya. Namanya Bryan. Dia anak kelas sebelas IPA 2, yang juga anggota tim basket kebanggaan sekolah. Dan, siapa yang nggak naksir dia, postur tubuhnya tinggi, kulitnya putih, matanya kalau tersenyum akan menyipit. Bahkan nggak tersenyum pun, matanya memang seminimalis itu.
Aku termasuk salah satu di deretan cewek-cewek di sekolah yang kagum padanya. Awalnya ku rasa, aku jatuh cinta pada pandangan pertama saat ketemu dia di hari pertama ospek SMA. Dia nggak sengaja nabrak tubuh ku saat akan meminta tanda tangan ke salah satu kakak kelas.
Lama-lama aku suka melihatnya bermain basket di lapangan, mengamatinya mengobrol dengan teman-temannya, bahkan saat membantu guru membawakan buku paket pada saat jam masuk sekolah setelah jam istirahat pertama.
Di mataku, dia tampan dan misterius. Dia menikmati minumannya dan matanya mengamati pemandangan jalan di luar kafe melalui dinding kaca yang transparan ini.
"Tik!"
Adel menjentikkan jari nya di depan muka ku. Itu membuatku terkejut dan menyadarkan ku dari lamunan.
"Nggak nyesel kan, aku manggil kamu kesini?" tanya Adel dengan penuh percaya diri. Dia benar, aku memang tidak menyesal karena dia telah memanggil ku kesini, dan aku bisa melihat Bryan di hari Minggu yang mendung ini, saat sekolah sedang libur, dan aku tak bisa melihatnya di sekolah.
Mataku terbelalak saat Bryan berdiri dari tempat duduknya. Dia meninggalkan kursi dan minumannya, lalu berjalan ke arah pintu keluar kafe. Aku melihat ke arah Adel dengan rasa kecewa, lalu melihat lagi ke arah Bryan yang berjalan ke luar dari kafe.
Masa baru melihatnya beberapa menit saja, dia sudah ingin pergi dari pandangan ku. Aku kan masih ingin melihatnya lebih lama lagi.
Bryan melangkah menyebrangi jalan, dan tiba-tiba ada mobil yang melaju ke arah nya. Mataku melotot ketika mobil itu menabrak tubuh Bryan dengan secepat kilat.
A- ap -apa yang baru saja ku lihat? Dan aku masih melihatnya kalau di seberang jalan tubuh Bryan terkapar.
"Del!"
"Jen!" Sahut ku dan Adel bersamaan. Ku rasa dia melihat hal yang sama dengan ku. Namun di luar tampak sepi, dan hujan turun membasahi tubuh Bryan yang terkapar.
Aku buru-buru keluar dari kafe untuk memastikan kalau Bryan benar-benar terkapar. Dan yang ku lihat benar, Bryan terkapar dengan darah yang membanjiri tubuh nya.
Ku dengar suara-suara orang di belakang ku berteriak dan terkejut, mungkin mereka baru menyadari kalau ada korban tabrak lari di depan kafe tempat mereka menghabiskan waktu sore ini.
Apa yang harus ku lakukan ketika melihat seorang korban tabrak lari?
Menolongnya?
Aku buru-buru berlari untuk mengecek kondisinya. Ku harap dia masih hidup. Selintas bayangan saat aku melihatnya untuk pertama kali di sekolah mulai muncul di benaku. Napas ku tersengal, bagaimana kalau dia sudah tak bernyawa?
Mataku menangkap cahaya dari mobil yang tiba-tiba melaju kencang ke arah ku. Aku panik hingga berteriak dan semua menjadi gelap.
BRAK!
== Oh My Ghost ==
Hai, hai, menurut kalian gimana prolog nya? Dan gimana kelanjutannya yah?
Untuk masukan dan saran, bisa komen di bawah
Jangan lupa klik tombol bintang di bawah, dan support cerita Oh My Ghost
Tunggu kelanjutannya di bab berikutnya

KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Indigo [On Going]
HorrorBagaimana kalau aku membantu menyelesaikan kasus hantu yang ternyata, dia adalah cowok yang pernah ku sukai di sekolah? Oh, mengapa dia harus menjadi hantu? Dan mengapa aku berani mengobrol dengannya saat dia sudah menjadi hantu? Kasus itu, apa aku...