06. Nathan

16 3 0
                                    

Aku tidak menyangka kalau aku akan sedekat ini dengan cowok yang ku suka di sekolah. Ku pandangi gaya nya yang sok cool itu berdiri bersandar di depan lemari pakaian ku. Kami seperti sudah bersahabat sejak lama.

Masih ku ingat hari sebelum dia tertabrak mobil di depan kafe Star. Dia masih menyeruput kopi nya, dan aku tidak terlalu berani menyapanya karena kami memang tidak terlalu kenal. Hanya Adel yang tahu kalau aku menyukai Bryan. Adel beberapa kali membuatku salah tingkah dengan candaannya yang menggoda ku bila aku dan dia tanpa sengaja berpapasan dengan Bryan di sekolah.

Tapi kini, dia menjadi cowok menyebalkan yang suka sekali mengikuti ku kemana-mana. Di rumah, di jalan, di sekolah. Dia seperti teman ku yang tak bisa lepas dari ku. Dia seperti tak bisa kalau tak mengikuti ku. Namun, jujur saja, aku suka kalau dia ada di dekat ku.

Tuk tuk tuk!

Ku dengar suara pintu kamar ku diketuk. Aku melangkah kan kaki ku ke arah pintu, beranjak membuka nya. Ketika ku buka pintu kamar ku, seakan angin yang kencang langsung menubruk ku. Tangan ku tiba-tiba mencekik leher ku sendiri hingga aku kesulitan bernapas.

Uhuk! Uhuk!

Bryan mendekati ku, lalu memelukku, hingga pancaran cahaya yang keluar dari tubuh Bryan mengusir hantu itu dari rumah ku. Hantu itu terpental menjauh dari rumah ku, dan pintuku kamarku tertutup sendiri.

"Jen, pintu itu terhubung ke dunia mereka, dan hantu itu keluar dari sana, aku nggak tahu apa yang bisa menarik dia jadi keluar dan nyerang kamu. Tapi yang pasti kamu perlu istirahat, karena capek kamu memancing energi negatif mereka," ucap Bryan.

Ku pijat kening ku. Entah mengapa rasanya hidup ku terlalu rumit karena aku mendadak jadi indigo. Rasanya aku tak ingin berurusan dengan hantu-hantu itu, tapi aku bisa melihat mereka.

"Madam itu, aku mau coba tanya ke dia, mungkin aja ada hal yang bisa bikin kamu bangun dari koma dan mungkin dia bisa nutup indigo ini," kata ku sambil menatap Bryan.

"Madam?"

== Mendadak Indigo ==


Ku parkir motor ku, lalu mengambil kuncinya dan berjalan melewati lapangan sekolah. Beberapa pasang mata menatap ku sambil berbisik, aku bisa mendengar apa yang mereka katakan di dalam hati mereka, mengenai kecelakaan kemarin, bagaimana tidak, wajah ku terpampang di berita, menjadi salah satu dari semua penumpang yang selamat dalam kecelakaan bus.

Aku tak berjalan sendirian, karena Bryan berjalan di sebelah ku, dengan pandangan yang tak terlalu suka pada siswa dan siswi lain. Topik itu tak berani lama, karena sekarang mereka beralih membicarakan siswa baru yang katanya masuk hari ini. Siswa baru itu tidak akan menjadi trending topic kalau nggak ada sesuatu, kan?

Benar, yang mereka bicarakan itu, siswa baru itu mempunyai paras yang tampan. Beberapa dari mereka sudah melihat siswa itu di ruang guru.

Kluk.

Tubuhku terasa kaku saat tiba-tiba siswi jatuh dari lantai tiga, dan tengkurap tepat di hadapan ku. Darahnya mengalir di lapangan tempat kepala nya terbentur tanah.

"AAAAAAAAAAAAAAAAA!" teriak ku yang cukup menghebohkan satu sekolah, mereka mengerubungi ku dengan bingung. Aku sendiri juga bingung, karena mayat yang ku lihat tidak ada, hilang dalam sekejap.

.
.
.

"Jen, kamu kenapa sih? Akhir-akhir ini kamu kayak orang ketakutan sendiri."

"By the way, kemarin kamu masuk berita, selamat dari kecelakaan bus?"

"Serius?! Kamu nggak apa-apa, Jen?!"

Pertanyaan Adel, Bianca, dan Joana membuat kepala ku pening. Ku tatap pasang mata mereka bertiga yang tampak menunggu jawaban dari pertanyaan mereka padaku.

"Setelah kecelakaan di depan Kafe kemarin, aku jadi bisa lihat yang tak kasat mata. Termasuk, lihat Bryan," ucap ku menatap serius mereka bertiga.

Bryan yang sedang berdiri di sebelah bangku ku, melirikku, yang benar saja, dia jadi bahan gosip aku dan teman-teman ku, dan itu karena aku. Ku balas lirikan nya dengan kerlingan mata.

"WHAT?!" Adel yang merespon kaget pertama kali pada saat ini.

KRINGGGGG!

Bel tanda pelajaran agar segera dimulai berdering. Itu menghentikan perbincangan ku dengan Adel, Bianca, dan Joana, yang disusul dengan langkah kaki seseorang masuk ke dalam kelas. Namun tak hanya seorang, melainkan dua orang yang masuk ke dalam kelas. Pak Adam, guru sejarah yang akan mengajar di jam pertama itu, masuk bersama cowok yang mengenakan seragam sekolah seperti kami.

Aku tidak yakin, Adel, Joana, dan Bianca mempercayai apa yang baru ku katakan, melihat Bryan yang masih terbaring koma di rumah sakit, tidak mungkin aku dapat melihat hal lainnya, semacam hantu, ruh, atau apapun itu sebutannya. Adel melirikku dengan tatapan yang masih agak bingung. Cukup, aku juga bingung mengapa aku mendadak indigo.

Joana dan Bianca tidak menoleh ke belakang lagi, karena mereka mungkin penasaran dengan sosok anak baru yang berjalan di belakang Pak Adam. Aku sungguh merasa tak peduli dengan wajah siswa baru itu, sampai dia menampakkan wajahnya pada kami, dan mataku terpaku melihatnya.

Bukan, bukan karena dia tampan, walau menurutku dia cukup tampan, tapi tetap Bryan cowok paling tampan bagiku. Aku tahu semua siswi di kelas ini diam-diam menatap suka pada siswa baru di depan, namun ada hal lain yang membuatku penasaran.


Nathan.

Siswa baru itu, dia cowok yang berada di dalam bus, yang menghentikan mesin bus hingga kami selamat dalam kecelakaan. Dia bisa menghilangkan aura gelap di dekat ku?

== Mendadak Indigo ==

See you in in next chap yaaa

Mendadak Indigo [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang