04. Aura Gelap

22 4 0
                                    

Life is mysteri.

==  ||  ==

Hidup adalah misteri. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok, entah suatu hal buruk akan menimpa diri kita, atau suatu keberuntungan akan menghampiri kita. Aku tidak percaya ramalan, namun beberapa Minggu yang lalu aku bertemu dengan seorang madam, dia wanita tua yang katanya bisa meramal. Katanya "hati-hati." Sesuatu yang buruk sedang mengintai diriku.

Dan hari ini, aku memikirkan hal itu, sesuatu yang buruk, yang dikatakan oleh nyonya tua itu, apakah hal buruk itu menyangkut makhluk astral atau kecelakaan yang terjadi beberapa hari yang lalu. Namun, kedua nya mempunyai keterkaitan, yakni, setelah kecelakaan itu, aku beberapa kali melihat hal-hal aneh. Semacam hantu.

Brak!

Pintu jendela ku terbuka. Sore ini angin bertiup kencang masuk ke dalam kamar ku, melalui jendela kamar ku yang terbuka. Kamar ku yang terletak di lantai dua terasa dingin, dingin yang aneh. Sesuatu masuk ke dalam kamar ku, tidak hanya satu, tapi, dua, tiga, empat, sepuluh, belasan. Bayangan-bayangan yang mulai menampakkan diri seperti manusia.

Mereka tampak seperti manusia pada awalnya, namun itu tak berlangsung lama, karena mereka tiba-tiba menunjukkan wujud mereka dengan keadaan yang tidak menyenangkan. Kecelakaan di depan Kafe pada waktu itu membuatku menjadi mendadak indigo.

"Tolong, tolong jangan mendekati ku!" ucap ku dalam hati.

"AAAAAAAAAKH!" teriak ku ketika mereka mulai mengerubungi ku, seperti semut yang mengerubungi gula. Bila semut mengginggit gula, apa hantu-hantu ini juga akan menggigit ku?

Ketika tak ada hal lain yang bisa ku lakukan selain memejamkan mata, ku rasa angin dingin yang menyejukkan menyelimuti ku. Aneh.

Bryan. Yang ku lihat pertama kali saat ku buka mata ku karena penasaran dengan angin menyejukkan ini, ku lihat bayangan Bryan sedang mendekap tubuh ku. Angin menyejukkan ini berasal dari Bryan.

Hantu-hantu itu tampak terganggu dengan pancaran cahaya yang keluar dari roh Bryan, dan perlahan para hantu itu menjauhi ku, mereka terbang ke luar melalui jendela kamar ku yang terbuka, dan hal yang aneh ku rasa seperti angin punya tangan untuk menutup jendela ku.

Ya, jendela ku tiba-tiba tertutup.

Ku tatap mata Bryan yang menatap ku. Roh nya menyelimuti ku seakan dia sedang memelukku seperti pelukan seorang teman. Ya, hanya teman, walau aku menyukai nya.

Kini ku rasa, dia bisa mengusir hantu-hantu itu. Dia bisa melindungi ku dari arwah jahat yang ingin menggangguku. Mengapa Bryan bisa melindungi ku dari arwah-arwah jahat itu?

Tapi bukan kah ini romantis?

"Hey, apa sekarang kamu akan membantuku supaya aku bangun dari koma?" tanya nya membuat ku tersadar dari lamunan.

"Gimana caranya?" Aku balik bertanya. Dia tampak berpikir, aku pun berpikir.

== Mendadak indigo ==


SRRTTTT

Selembar formulir di letakan pria dengan setelan kemeja berwarna biru, di atas meja. Nathan yang sedang duduk di kursi dekat meja itu, mengambil kertas putih berisikan formulir pendaftaran sekolah barunya. Andy sudah memilihkan putra nya untuk pindah ke SMA Adibuana.

Nathan tidak termasuk dalam deretan siswa nakal hingga harus di pindahkan dari sekolah, tidak, tidak, Nathan justru siswa teladan yang tidak suka melanggar peraturan sekolah. Hanya saja, dia perlu pindah ke sekolah baru, karena faktor kerjaan orang tua.

Di kota baru nya yang sekarang, dia akan tinggal dengan keluarga papa nya di kawasan komplek perumahan yang cukup dekat dengan SMA Adibuana, itu yang membuat Andy memilih Adibuana sebagai sekolah baru putra satu-satunya itu. Dinda, mama Nathan, setuju-setuju saja, karena sekolah tersebut cukup dikenal bagus di kota ini, walau itu sekolah swasta.

"Sekolah nya Bryan?" tanya Nathan. Dia jelas tahu kalau Bryan, sepupunya, juga masih menjadi murid sekolah di sana, walau untuk sementara waktu, Bryan masih koma di rumah sakit.

"Kalian bisa jadi teman dan saling membantu di sekolah, kalau saja, Bryan ngga koma di rumah sakit," jawab Andy, dia tidak keberatan bila anaknya itu akan berteman bersama ponakannya di sekolah. Bukan kah itu akan semakin baik?

"Pa -- " Nathan terlihat ingin menolak, entah apa alasannya.

"Dan, ingat, Papa nggak suka kamu ikut-ikut balapan motor liar juga disini. Papa nggak mau kejadian nabrak orang itu terulang lagi. Paham, Nathan?" potong papa nya memperingati putra nya itu.

"Tapi -- " Nathan masih berusaha menyampaikan suaranya, tapi Andy pura-pura tidak mendengarnya dan berjalan kembali ke ruang kerjanya, dia perlu mempersiapkan beberapa hal untuk pekerjaan baru nya.





>>>

"Aku juga nggak tahu caranya gimana," ucap Bryan, sorot matanya tampak sedih.

Bryan berjalan mengikuti ku menuruni tangga menuju ke ruang makan. Ku lihat, Mama, Papa, dan Kak Jena sudah lebih dulu duduk disana karena suara Mama yang memanggil kami untuk makan malam beberapa menit yang lalu.

Aku bukan satu-satunya putri di keluarga ini, ada kak Jena, kami selisih dua tahun. Beberapa tahun yang lalu, kak Jena mengalami kecelakaan saat menumpangi kendaraan umum dan itu membuat kaki nya tak bisa berjalan lagi, itu mengapa dia membutuhkan kursi roda untuk membantu nya berpindah dari satu tempat ke tempat lain, atau dengan kata lain, kursi roda itu alih fungsi kaki nya yang mati rasa.

Mama sama Papa lebih menyayangi kak Jena setelah kecelakaan beberapa tahun lalu, itu mengapa mereka tidak dapat menjagaku saat di rumah sakit kemarin, karena mereka khawatir dengan keadaan kak Jena ketika di rumah sendirian.

"Kalau kamu merasa kak Jena ambil kasih sayang orang tua kita, kamu salah Jen. Orang tua kita, dan Kak Jena, sangat menyayangi kamu," lirih kak Jena yang membuat ku terkejut, karena tiba-tiba aku bisa mendengar kata hati kak Jena.

Aku merasa bersalah karena diam-diam membenci kak Jena. Pada malam ini aku tahu, kalau kecelakaan Minggu lalu tidak hanya membuatku melihat makhluk-makhluk astral, tapi ternyata aku juga bisa mendengar suara hati seseorang. Ya, aku dapat mendengar suara hati kak Jena.

"Jen, muka kamu pucat, kamu lagi sakit? Besok nggak usah masuk sekolah ya, Mama antar ke rumah sakit ya. Kepala kamu pusing?" tanya Mama saat aku baru mendudukkan pantat ku di atas kursi.

Pucat?

Bryan memutar kepalanya ke arah ku, kedua matanya yang minimalis itu menyipit, dia tampak mengamati muka ku, terutama bibir ku. Apa bibir ku juga benar-benar pucat?

"Aku lihat aura kamu lagi nggak bagus?" ucap Bryan.

Aura? Nggak bagus?

Memang nya selain roh yang keluar dari koma, Bryan ini dukun ya dulunya? Dia bicara tentang aura? Memangnya aura nggak bagus seperti apa yang dia maksud?

"Aura kamu gelap. Kayaknya itu pertanda buruk."


== Mendadak Indigo ==






Heyyooo, part kali ini gimana? masih belum terlalu tegang ya. Pantengin terus ya ceritanya, aku usahain up cepet kalo lagi mood hehehe

saran dan kritik bisa ditulis di kolom komentar ya, thank you

see you guys :)

Mendadak Indigo [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang