Bulu kudukku masih merinding saat aku teringat bayangan yang mirip dengan Bryan. Ku tatap sekali lagi rumah sakit ini, Bryan masih terbaring disana, entah kapan dia akan bangun dari koma nya. Angin dingin terasa seperti mengelilingi ku, ku lihat cahaya putih di antara orang yang berlalu lalang di koridor utama.
Saat itu, aku merasakan hal yang aneh, benar-benar aneh. Banyak bayangan-bayangan putih yang terselip di antara orang yang berlalu lalang di rumah sakit itu. Bayangan-bayangan itu sama seperti manusia, namun mereka transparan dan tak punya kaki. Mereka seperti berjalan dengan melayang. Dan salah satunya Bryan. Auranya yang putih cerah terpancar menyilaukan mataku. Tidak, dia menatap ku.
Dia menatap ku dengan diam dan matanya yang sendu, tatapan itu lama-lama mulai menusukku. Mataku melebar saat Bryan menghampiri ku dan tiba di depan muka ku. Yang ku lihat saat ini, wajahnya yang tampan terlihat dingin dan bersedih. Mulutnya terbuka seperti akan mengatakan sesuatu.
"Kamu bisa lihat aku ya?" tanya Bryan, membuat jantung ku berdetak lebih cepat.
Aku ingin berteriak namun tertahan. Aku sangat ingin berteriak.
AAAAAAAAAAAAAAA!
-
-
-Tunnnnnn!
Ku tekan tust piano nada terakhir ku dengan perasaan tertekan bercampur gelisah. Teman-teman di kelas ku menatap ku sambil mengangkat tangan mereka dan bertepuk tangan, termasuk guru pengajar seni budaya yang duduk di kursi guru.
Aku merasa terintimidasi dengan tatapan Bryan yang dingin sedingin es batu di kulkas ku. Tubuhnya masih terbaring di kamar rumah sakit, tapi ruh nya berdiri menatap ku di kelas. Bukan kah ini aneh? Ya, aneh. Seharusnya dia bergentayangan di rumah sakit, atau di tempat dia kecelakaan.
Kenapa dia ada di di kelas? Di sekolah? Itu aneh nya.
Apa ada urusan yang belum terselesaikan di sekolah? Sehingga dia berdiri menatap ku dengan tatapan dingin seperti itu, seolah dia tahu aku bisa melihat nya.
"Beberapa dari kalian, berhasil mengingat nada yang baru saya sebutkan, itu bagus! Ada kalanya kita bermain piano tidak hanya menggunakan tangan, tapi juga... dengan perasaan," ucap Pak Anton menjelaskan sebelum bel tanda istirahat berbunyi.
Pak Anton menutup pelajaran dengan mengetuk papan tulis menggunakan tongkat yang dipegang nya.
Kami beranjak dari ruang musik yang digunakan untuk memainkan piano pada pelajaran seni budaya hari ini. Ku dekap buku ku dengan erat, seakan aku sangat kedinginan di tengah badai salju, padahal yang ku rasa hanya angin semilir yang menembus bahu ku.
Adel mengejar ku dengan sedikit berlari. Dia menghadiahi ku dengan satu botol minuman dingin yang baru ia beli dari kantin sekolah. Lali berjalan sambil menatap ku dengan ekspresi bingung. Entah kenapa dia bingung, namun aku menghiraukan nya dan tetap berjalan.
"Jen, kamu aneh banget hari ini. Kayak habis lihat setan aja," cibir Adel dengan tertawa kecil.
"Memangnya orang yang lagi koma di rumah sakit, tapi ruh nya jalan-jalan, itu bisa disebut setan ya?" tanya ku.
"Hah? Maksudnya?" tanya Adel, tidak mengerti. Ah sudahlah, lupakan.
Kami berjalan melewati lorong murid kelas dua belas sembari Adel menggaruk kepala belakang nya sambil menatap ku bingung. Sebenarnya bukan aku yang aneh, tapi dia yang aneh karena dari tadi menatap ku bingung.
"Bryan jadi korban tabrak lari?"
Mataku melirik ke arah murid-murid kelas sebelas yang asik mengobrol di bangku panjang warna putih yang diletakkan di tepi lapangan. Ku dengar mereka menyebut-nyebut nama Bryan, cowok yang pernah ku sukai di sekolah ini, dan yang sekarang sedang terbaring koma di rumah sakit, tapi arwah nya jalan-jalan di sekolah.
Bryan korban tabrak lari?
"Iya, parahnya nggak ada itikad baik dari si penabrak buat minta maaf ke keluarga nya Bryan," timpal cewek dengan rambut panjang se punggung.
"Lagian mobil yang nabrak Bryan juga nggak ditemuin sampe sekarang. Bahkan plat nomor nya bukan dari kota kita," terang cewek yang mengenakan kacamata.
"Aku tuh naksir tahu sama Bryan. Nggak hanya aku, cewek cewek yang nge fans sama Bryan pada nggak terima dan ngutuk yang nabrak Bryan. Tapi percuma aja, itu nggak ngebuat Bryan sadar dari koma, kan?" keluh cewek dengan gelang berwarna hitam yang melingkar di tangan kiri nya.
Apa karena itu, Bryan jadi arwah penasaran? Dia perlu nemuin siapa yang udah nabrak dia?
Tapi dia kan bukan arwah, dia masih koma di rumah sakit.
"Kamu harus bantuin aku biar aku nggak jadi arwah penasaran," ucap seseorang tiba-tiba.
Itu membuatku terkejut sampai aku terjatuh mundur ke belakang. Jennie buru-buru membantuku. Ku tatap mata Bryan yang menyebalkan itu, dia berjongkok dengan menatap ku.
"Aku tahu kamu bisa lihat aku," ucap nya dengan menarik sudut bibir nya.
Menyebalkan.
"Jen kamu nggak apa-apa? Kamu beneran aneh hari ini," kata Adel.
"Del, kamu tahu cara ngusir setan nggak?" tanya ku, Jennie menatap ku heran. Iya, cara ngusir setan ganteng yang menyebalkan.
== Oh My Ghost ==
"Nggak. Nggak. Aku bukan indigo. Aku nggak bisa lihat arwah. Tapi.. kenapa aku bisa lihat dia, padahal dia lagi koma di rumah sakit," tanyaku pada diri sendiri.Ku kunci kamar ku dari luar supaya aku bisa leluasa mondar-mandir memikirkan hal ini. Ku putar tubuh ku, mengulang langka yang sama, hingga seseorang mengejutkan ku.
Damn.
Mata dingin itu.
Dia berdiri tepat di depan ku, setelah aku memutar tubuh ku. Ini Gila, sepertinya ada yang salah dengan pikiran ku, dia tidak hanya ada di sekolah, tapi dia juga ada di rumah ku, di kamar ku.
A -- ap a karena aku menyukai nya, memikirkan nya, lalu dia muncul di hadapan ku?
Aku berhalusinasi?
Lupakan. Lupakan. Pikiran ku sedang kacau, itu mengapa aku berpikir dia berdiri di hadapan ku.
"Jadi, karena cuma kamu yang bisa lihat aku, kamu harus bantuin aku. Kalau enggak, aku akan terus ikutin kamu," ucap nya dengan nada dingin.
Tunggu, tunggu, tunggu!
Jadi aku beneran bisa lihat dia. Dan apa-apaan dia mengancam ku untuk membantunya. Kali ini aku tahu, kalau cowok tampan ini menyebalkan.
Ku pejamkan mata ku. Tak ada gunanya berpura-pura tidak melihatnya. Karena aku tak bisa menyembunyikan keadaan, bila aku mendadak indigo dan bisa lihat dia.
"Bantuin apa?" tanya ku menatap nya akhirnya.
"Masuk ke badan ku lagi," jawab nya dengan santai.
Memangnya aku punya kekuatan magic apa? Sampe bisa mengembalikan ruh ke tubuh nya. Hey, aku hanya manusia biasa. Ya, tuhan, bantu aku supaya arwah cowok tampan ini tidak mengganggu ku.
== Mendadak Indigo ==
See you in next chap
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Indigo [On Going]
HorrorBagaimana kalau aku membantu menyelesaikan kasus hantu yang ternyata, dia adalah cowok yang pernah ku sukai di sekolah? Oh, mengapa dia harus menjadi hantu? Dan mengapa aku berani mengobrol dengannya saat dia sudah menjadi hantu? Kasus itu, apa aku...