02. Tak Kasat Mata

33 8 9
                                    

Lampu yang terpasang di dinding lorong rumah sakit ini masih berfungsi dengan sangat baik. Tak banyak yang berlalu lalang di lorong, karena sebagian aktivitas lebih ramai di ruang utama lantai satu, dan suasana rumah sakit yang memang hening karena disarankan tidak mengganggu ketenangan pasien lainnya.

Ting!

Pintu lift rumah sakit terbuka, menampakan suasana lorong yang sepi dan rasanya udara malam yang dingin merasuki pori-pori tubuh ku. Harusnya pasien tidak jalan-jalan sendirian, tapi karena keadaan ku sudah cukup membaik, aku turun untuk pergi ke lantai empat.

Lantai empat. Tempat dimana Bryan terbaring dalam keadaan masih koma. Aku tidak memberitahu teman-teman ku bila aku keluar kamar karena Joanna sedang tertidur di sofa, Bianca turun ke lantai bawah untuk membeli minuman di minimarket, dan Adel, entah dia kemana.

Kabar Bryan yang menjadi korban tabrak lari sudah menyebar di kalangan adik kelas maupun kakak kelas. Beberapa dari mereka sudah datang untuk menjenguk Bryan di rumah sakit ini. Oh, aku baru tahu kalau aku dan Bryan dirawat di rumah sakit yang sama. Itu mungkin karena jarak aku dan Bryan tertabrak cukup dekat.

Itu. Aku sedang melihatnya. Cowok yang kemarin masih duduk di kafe menikmati kopi nya, sekarang terbaring dengan mata nya yang terpejam sempurna. Wajahnya masih tampan walau pucat dan dingin.

Namun ada yang aneh. Ada orang yang sedang berdiri di pojok ruangan dengan menatap ke arah Bryan. Ku pandangi wajah sedih itu, mukanya sama pucat nya dengan muka Bryan. Bahkan, mereka mempunyai wajah dan postur tubuh yang sama.

Apa Bryan punya saudara kembar?

Oh, shit, cowok itu menoleh ke arah ku. Matanya menatap ku serius, seolah dia baru menemukan hadiah menarik. Saudara kembar Bryan itu menatap ku dengan penuh curiga. Ya, aku memang pantas dicurigai karena melihat saudara kembarnya terbaring dengan mata terpejam.

Tapi sejak kapan Bryan punya saudara kembar? Lalu apa yang ku lihat jika bukan saudara kembarnya Bryan? Hantu?

Tidak, tidak. Ini semakin tak masuk akal. Aku melangkah kembali ke kamar ku, sebelum cowok aneh itu menanyaiku. Ku rasa, pikiran ku semakin kacau hingga berpikiran ke arah hantu. Yang benar saja, aku tidak punya riwayat kemampuan indigo. Jadi tidak mungkin aku bisa melihat hantu.

Pikiran ku mulai membayangkan yang tidak-tidak, seperti misalnya, ada hantu yang sedang mengawasi ku di sepanjang lorong rumah sakit yang ku lewati ini, bahkan mungkin mereka berjalan mengikuti ku dengan kaki yang terseok-seok, itu sangat menyeramkan.

Glek.

Aku menelan ludah ku ketika berdiri di depan pintu kamar inap ku sendiri. Bagaimana tidak, angin dingin yang berhembus itu merasuki tulang-tulang ku dan dominan terasa di bahu ku. Bukan. Bukan angin. Namun ini tampaknya sepotong tangan bertengger di bahu ku.

"Jen," panggil Adel mengejutkan ku. Oh sungguh, jantung ku rasanya seperti mau loncat saja. Ku kira, Adel hantu.

"Habis darimana kamu?" tanyaku menatap Adel curiga.

"Ambil uang di ATM bawah. Keuangan di dompet ku menipis banget. Nanti aku bingung kalau mau butuh uang cash," jawab Jennie, lalu menatapku selidik. "Kamu sendiri darimana?" tanyanya dengan mata menyipit.

"Jalan-jalan aja. Cari udara segar," jawab ku santai.

Adel memutar kedua bola matanya. "Jalan-jalan ke kamar inap nya Bryan. Lihat mas Bryan yang sedang tertidur tampan. Kayaknya kamu harus cium dia biar dia bangun dari koma. Kayak cerita putri tidur, beda nya, ini putra tidur karena cowok tampan yang tertidur menunggu dicium oleh tuan putri."

"Apa sih, Del. Kamu tuh nggak jelas. Siapa juga yang mau cium Bryan," ucap ku sedikit gengsi, walau dalam hati aku bertanya-tanya, memangnya boleh ya mencium dia.

Angin semakin terasa dinginnya bila aku berlama-lama berdiri di depan kamar inap. Apalagi membayangkan hal-hal yang semakin tak masuk akal, termasuk mencium Bryan, itu kedengarannya sangat tak masuk akal juga. Nanti aku bisa ditampar Mama nya Bryan kalau aku mencium putra tersayang nya.

Oh, pipinya Bryan bisa jerawatan kalau terkena bibir ku. Ah, kenapa pikiran ku makin kacau. Ku buka pintu kamar dan masuk ke dalam kamar inap ku. Di dalam, Joanna dan Bianca Tampak sibuk menonton film di handphone Bianca.

== Oh My Ghost ==


Bryan sudah resmi menjadi arwah yang tak tahu jalan pulang, mengapa begitu, karena dia berusaha masuk ke dalam tubuhnya, namun itu tak membuahkan hasil yang ia inginkan. Entah apa yang terjadi dengan tubuhnya dan ruh nya. Keduanya tidak mau saling bekerja sama untuk bersatu kembali.

Mama dan Papanya juga, bukannya menjaga putra tersayang nya yang sedang koma, ini malah Bryan ditinggal sendirian. Mereka turun ke lantai satu entah untuk urusan apa. Nggak di rumah, nggak di rumah sakit, dirinya selalu merasa kesepian. Dulu sempat, Bryan merengek pengen punya adik, biar nggak kesepian, tapi mamanya menolak karena di umur Bryan yang sudah enam belas tahun, tidak mungkin mama nya mengandung lagi.

Tapi kali ini, dia melihat hal yang aneh. Ada cewek yang mengunjungi kamar inap nya malam-malam. Cewek itu nggak asing untuk Bryan, sudah dipastikan Bryan pernah melihat cewek itu sekilas di sekolah. Namun yang menjadi pertanyaan, mengapa cewek itu menjenguk dia diam-diam dan malam-malam.

Bryan mencium gelagat aneh juga dari cewek itu. Matanya tampak bingung dan terkejut saat menatap ke arah pojok ruangan, tempat dimana Bryan berdiri menatap tubuhnya sendiri.

"Dia bisa lihat aku?" tanya Bryan dalam hati.

Bryan mengikuti cewek itu saat berjalan melewati lorong sendirian. Hingga tepat berada di depan pintu kamar inap lainnya dan mendengar percakapan cewek itu dan cewek lainnya. Oh shit, kedua cewek itu sedang membicarakan dirinya.

"Mereka kira, lucu apa, ngomongin orang yang lagi koma," keluh Bryan sambil mengamati kedua cewek itu dari jarak yang tidak terlalu dekat. Bryan juga mendengar percakapan bahwa cewek yang berdiri di depan pintu kamar inap itu disuruh untuk mencium nya agar dia terbangun dari koma.

Tak sengaja Bryan bertatapan lagi dengan cewek itu. Muka cewek itu sama pucat dan terkejut nya saat menatap Bryan di kamar inap nya tadi. Dan detik itu juga, Bryan memastikan kalau cewek itu bisa melihat arwah Bryan yang belum kembali ke tubuhnya.

'Dia bisa lihat aku.'







== Oh My Ghost ==

Gimana nih guys? Masih penasaran? Tunggu kelanjutannya di bab berikutnya.

Dukung cerita ini dengan klik tombol bintang di bawah ya

see you

Mendadak Indigo [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang