Gracia merebahkan dirinya didalam kamar. Setelah obrolan panjangnya dengan Ghaida sampai pukul 9 malam, Gracia memutuskan untuk pulang dengan mengantar Jinan terlebih dahulu.
Gracia mengambil ponselnya dan membuka aplikasi spotify, tak lupa dia menyalakan speaker aktif yang ada di kamarnya. Gadis itu menscroll playlistnya, di kliknya salah satu lagu dan suaranya memenuhi kamar tersebut.
Happines - Rex Orange County
Lagu tersebut mengalun memenuhi ruangan dengan penghuni yang mulai memejamkan matanya. Gadis itu terlihat cukup lelah. Guratan wajahnya tidak bisa berbohong bahwa gadis tersebut sedang lelah. Dengan mata yang tetap terpejam gadis tersebut tidak menyadari kalau ada gadis lain yang memasuki kamarnya dengan tatapan sedihnya.
"I miss you dek" ucap gadis itu lirih, kemudian memilih berjalan keluar meninggalkan kamar itu. Dia tidak ingin mengganggu penghuni yang mungkin sudah berselancar di alam mimpinya.
Gadis tersebut memilih menunu pantry dan membuat coklat panas membawanya menuju balkon kamarnya.
"Maafin kakak dek. Kakak kangen" ucapnya lirih, kemudian meyesap cokelat panasnya. Gadis itu berkali-kali menghembuskan nafasnya kasar. Seperti sedang berkali-kali membuang rasa beban beratnya.
"Kamu belum tidur sayang?" tanya wanita paruh baya yang memasuki kamar anaknya itu.
"Belum Ma, sebentar lagi"
"Iyaudah jangan malam-malam tidurnya" ucap wanita paruh baya tersebut mengecup kening anaknya dengan sayang kemudian pamit untuk kembali ke kamarnya.
"Andai Kakak waktu itu nggak pergi dek" ucapnya lagi dengan lirih. Gadis itu benar-benar merindukan sosok adiknya yang manja, bungan yang dingin dan tidak tersentuh seperti ini.
Menghabiskan cokelat panasnya, gadis itu kemudian berjalan ke kamar mandi untuk melakukan ritual malamnya kemudian bersiap untuk tidur karena besok ia harus bersekolah.
Kembali ke Gracia. Sebenarnya dia tau ada orang yang masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Dia menyadari ada orang lain di kamarnya, namun ketika mendengar ucapan samar dari orang itu Gracia urung untuk membuka matanya. Gracia malas berurusan dengan orang itu. Biarlah orang itu berpikir bahwa dia sudah tidur pikir Gracia.
Sejujurnya Gracia juga kangen dengan orang tadi, namun rasa kecewanya terhadap semua orang membuatnya enggan untuk membuka dirinya. Bukan apa, dirinya hanya merasa takut jika harus merasakan kecewa lagi dan lagi.
Gracia akui dirinya bukanlah sosok pribadi yang kuat, dirinya sangat lemah. Menangis adalah hal lumrah, namun dirinya enggan menunjukkannya kepada orang lain selain dirinya, bahkan Jinan pun tidak tahu kalau dirinya beberapa kali menangis.
Gadis yang sedari tadi memejamkan matanya itu membuang nafasnya kasar. Terlihat kali ini gadis itu merasakan sesak setelah kepergian orang dari kamarnya tadi. Gadis itu merasakan rindu dan juga kecewa yang menjadi satu, menjadi rasa sakit. Tanpa sadar air mata menetes dari ujung matanya, dan ia membiarkannya tanpa berniat menghapusnya, lagian hanya dirinya sendiri yang berada di kamar tidak perlu ada yang harus di tutupi.
Alunan musik dari playlist gadis itu masih berputar memenuhi ruangan tersebut bersamaan dengan suara isakan dari gadis itu. Mau sekuat apapun Gracia menahannya, gadis tadi tetaplah kakaknya. Orang yang dulu selalu menemani kesehariannya.
Cukup lama gadis itu menangis, tanpa sadar tangisan tersebut membawanya menuju alam mimpi. Mungkin gadis itu sudah lelah menangis sampai ketiduran dalam keadaan belum mencuci mukanya.
Pagi harinya gadis itu terbangun dengan kondisi mata yang bisa dikatakan tidak cukup baik. Gadis itu mematikan musik yang ternyata semalaman memenuhi kamarnya. Mencharger handphonenya kemudian beranjak untuk mandi, karena dia harus segera bersiap untuk sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENE
Fanfiction‼️ W A R N I N G ‼️ C E R I T A I N I H A N Y A I M A J I N A S I Jangan membawa cerita ini ke kehidupan nyata yang nantinya membuat member tidak nyaman. Bijaklah dalam membaca sebuah cerita!