3. KESAL TAK BERUJUNG

110 18 0
                                    

Deborah merasa bahagia karena Luis Marcello lebih memperhatikan dirinya dibandingkan kekasihnya Ariana Brisa. Gadis yang konon cucu dari Arum Brisa juga bisa dibilang temannya nenek Lauren.

Sementara Lauren sendiri adalah neneknya Luis Marcello, nama lengkapnya Lauren Marcello. Itulah kenapa Ariana sering main ke rumahnya sebab Lauren atau neneknya Luis Marcello itu sudah menganggap Ariana sama seperti cucunya sendiri.

Untuk orangtua Luis Marcello, tentu saja lebih memilih Deborah dibandingkan Ariana Brisa. Deborah adalah putri dari orang kaya, sementara Ariana Brisa hanyalah orang biasa. Gadis yatim piatu. Jika ada ibu, itu hanya ibu sambung.

Namun berhubung semua anggota keluarga Marcello patuh pada Lauren, kedua orangtua Luis tak berdaya. Mereka sengaja mengalah meski sebenarnya sangat menentang hubungan anak semata wayangnya dengan Ariana Brisa. Harapan mereka, Luis sendiri yang menjauhi Ariana dan menikah dengan gadis pilihannya yaitu Deborah.

"Bagaimana dengan gaun ini, Luis? Apakah bagus?" Deborah mencoba gaunnya dan berdiri di depan Luis.

"Bagus," jawab Luis datar menatap sekretaris sekaligus orang terdekatnya saat ini.

"Kau suka yang ini kan?" Deborah senang diperhatikan oleh Luis.

"Suka," jawab Luis, singkat, padat, dan jelas.

"Baiklah. Akan ku pesan yang ini." Putus Deborah yang hanya diangguki oleh Luis.

Deborah berjalan ke arah pelayan toko. Terlihat mereka sedang melayani pelanggan. Setelah giliran Deborah yang dilayani, gadis itu menunjuk pakaian yang masih melekat di tubuhnya. "Bungkus gaun yang ini saja, Kak. Untuk perhiasan ... "

Deborah ragu-ragu menatap Luis, berusaha untuk minta pendapatnya. "Bagusnya emas putih atau mutiara, Luis?" tanyanya harap-harap cemas.

"Beli keduanya saja, Deborah. Semuanya bagus untukmu." Luis menatap ke sekeliling ruangan, pikirannya tampak tidak tenang. Ada hal yang membuatnya was-was. Tapi entahlah, dia sendiri juga tak tahu penyebabnya.

"Baiklah. Aku beli keduanya, Luis. Kau yang terbaik," ucap Deborah, maju dan memeluk tubuh Luis.

Tanpa membalas pelukan Deborah, Luis pergi menjauh sembari memainkan ponselnya. "Apakah masih lama? Aku masih ada urusan," ucap Luis, tidak sabar menemani Deborah dan buru-buru memberikan selembar cek untuk membayar semua gaun dan perhiasan yang telah Deborah beli.

"Apakah penting?" Deborah kecewa.

"Sangat penting."

"Baiklah. Kau pergilah lebih dulu, Luis. Aku akan pulang bersama Pak Sopir." Meski berat hati Deborah berusaha sebaik mungkin mengerti Luis Marcello. Jika tidak demikian takutnya laki-laki itu malah akan menghilang. Kebetulan semua wanita memujanya, termasuk Ariana.

Luis pasti merasa bosan dengan mereka semua. sementara dirinya? Tidak mendekati jika tidak didekati Luis Marcello lebih dulu, seperti hari ini.

Luis ingin dia hadir di acara ulang tahunnya nanti malam. makanya mengantar membeli pakaian dan perhiasan, sampai mengabaikan kekasihnya sendiri.

"Kasihan sekali kau, Ariana. Luis tak pernah perhatian pada seorang wanita manapun. Hanya padaku saja dia berbeda pastinya. Aku sekretaris kesayangannya juga kesayangan orang tuanya. Bisa saja aku menyingkirkanmu, Ariana. Namun, dengan sikapku yang seakan peduli padamu ini. Luis pasti akan menaruh hati sedikit demi sedikit padaku. Kau hanyalah senjataku meski Luis Marcello kekasihmu! Yang dia perhatikan tetap aku," batin Deborah tersenyum manis ditatap Luis.

"Baiklah. Sampai jumpa, Debs." Luis pergi meninggalkan Deborah seorang diri di toko pakaian dan perhiasan.

Pria dingin itu pergi entah kemana? Deborah tak bisa bertanya apalagi mengikutinya. Takut Luis merasa terganggu dan akhirnya menjauh.

***

Ariana bingung harus memilih pakaian yang mana? Uangnya tidak cukup jika harga dari pakaian tersebut sangat mahal. Gaji yang selama ini dia dapatkan disita ibu sambungnya semua. Ibu kandung Ariana sudah tiada, selang dua tahun kemudian ayahnya menikah lagi. Setahun menikah! Ayahnya tiada pula menyusul ibu kandung Ariana ke alam lain.

Kini hanya tinggal dia dan ibu sambungnya saja yang tinggal serumah. Semua anggota keluarga Ariana Brisa sudah tiada, termasuk neneknya. Setelah kedua orangtuanya tiada, lengkap sudah kesendiriannya.

Di hari pemakaman neneknya, hadir seorang wanita tua lamun cantik nan ramah pemilik nama Lauren Marcello hadir dan berjanji akan menjaga Ariana Brisa sampai kapanpun. Lauren bilang dia dan neneknya Ariana berteman sejak lama. Tak diduga bahwa dia adalah neneknya Luis Marcello.

Wanita tua lamun ramah itu sering mengajak Ariana pulang ke rumahnya. Sementara rumah Ariana sendiri berada di pinggiran kota Jakarta.

Sangat jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan rumah Lauren Marcello. Awalnya, Ariana Brisa menolak. Berhubung ibu sambungnya terus memaksa agar Ariana mau, gadis manis itu menurut.

Lauren juga sering membantu memenuhi kebutuhan Ariana. Membuat Ariana Brisa tak bisa lepas dari kasih sayangnya. Kasih sayang yang membuat dia berhubungan dengan Luis Marcello juga tentunya. Sangat kebetulan dan keinginan Ariana jadi kenyataan untuk jadi kekasihnya Luis meski pada akhirnya diabaikan.

"Ini harganya berapa, Kak?" tanya Ariana, cemas.

"Oh, sekitar dua jutaan, Mbak," jawab pemilik toko, kurang suka menatap Ariana. Sejak tadi mondar-mandir di tokonya tapi tidak ada tanda-tanda mau membeli.

"Dua juta?" ulang Ariana, gelisah.

"Ya," jawab pemilik toko, mulai bosan. Wajahnya nampak tidak bersahabat.

"Apakah ada yang lebih murah lagi?"
tanyanya sambil mengarahkan pandangan ke sekeliling. Berharap ada yang pas untuknya saat ini. Tentu saja untuk kantongnya juga.

"Murah berapa, Mbak? Di sini mahal semua. Kalau mau murah, beli di pasar loak," cibirnya membuat Ariana memahami sikapnya. Memang sejak tadi dia hanya memilih dan memilih untuk memperhitungkan harga yang pas dengan isi dompetnya.

"Kalau yang ini berapa?" lirih Ariana menunjuk pakaian yang agak buruk dari yang tadi. Pikirnya barangkali murah.

"Sudah deh, Mbak. Kalau tidak mampu beli sebaiknya keluar saja! Saya sangat sibuk. Banyak pembeli lain yang harus saya layani. Maaf!" bentaknya melotot menatap mata Ariana. Ariana hanya menunduk menyesali perbuatannya.

"Maaf," sesalnya.

"Huh!" Pemilik toko mengabaikan Ariana dan pergi melayani pembeli lain. Ariana keluar dari tokonya dan menghitung lagi jumlah uangnya.

"Aku tidak punya tabungan lagi. Gaji selama bekerja diminta mama semua. Hanya tinggal uang jajan dari nenek Lauren saj. Akan sangat tidak pantas jika aku terus memakainya. Apa aku memakai pakaian lama saja? Tapi takutnya Luis akan malu. Meski tidak terlalu cantik, setidaknya penampilanku harus bagus kan?" gumam Ariana, gelisah memikirkan perayaan ulang tahun kekasihnya nanti malam.

"Sudah makan?" suara seorang pria membuyarkan lamunan Ariana.

"Belum," jawab Ariana, malas memperhatikannya.

"Kita makan dulu, baru setelah itu lanjut beli pakaian kemudian pulang. Kenapa tidak jadi beli di dalam? Apakah tidak cocok dengan seleramu?" Pria itu kembali menatap sayu.

"Tidak ada. Modelnya jelek semua," elak Ariana sengaja tidak mengatakan alasan yang sesungguhnya.

"Ikut, Aku!" ajak pria tersebut menarik tangan Ariana dan masuk kembali ke dalam toko pakaian.

Pria itu menghampiri pemilik toko yang tadi sempat menghina Ariana. "Kau yang menghina gadisku ini?" Pria itu tajam menatap mata pemilik toko.

"Eh! Anda, Tuan. Saya-"

"Katakan ya atau tidak! Aku tak butuh basa-basimu,"ujarnya murka.

"Iya, Tuan," lirih pemilik toko, menyesal setengah mati telah menghina Ariana Brisa.

"Kurang ajar!" Pria itu menendang beberapa manekin hingga tatanannya hancur berantakan. Setelahnya melempar uang ke pemilik toko dengan kasar. Matanya menatap tajam seolah ingin menerkam.

***

CINTA DI ATAS MANTRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang