Chapter 7 : Tangisan

14 2 0
                                    

Permintaan sang ayah untuk melibat tempat kerja Bayam pun diwujudkan hari itu juga. Selepas makan pagi mereka berdua langsung siap-siap. Bayam memberikan spoiler tentang rumah makan itu seperti rumahnya jauh dari kawasan perkantoran. Hal-hal horor yang ia alami tidak perlu diceritakan.

Setibanya dirumah makan, mereka berdua hanya parkir didepan rumah seperti biasa. Kali ini kunci tidak dipegang oleh Bayam.

"Ini rumah makan?" Tanya Arya dan Bayam pun mengangguk.

"Emang dikiranya ini rumah apa? Rumah hantu?"

Arya fokus menelusuri sisi-sisi dari rumah ini. Tampaknya seperti rumah biasa namun Arya bisa merasakan aura gelap dari rumah ini. "Kaya horor gasih, Mika? Daleman rumahnya tuh,"

"Engga, ah. Horor kaya film ajah. Biasa aja dalemannya mah kaya rumah pada umumnya," Bayam berbohong.

"Rumahnya kaya gak dirawat sih keliatannya kaya rungsep,"

Bayam berdecak, "Ayah mah rasis mulu. Bersyukur anaknya bisa dapet kerjaan,"

"Iya alhamdulillah. Ayah 'kan cuma nge-review ajah,"

"Review gak tuh," cibir Bayam.

Bayam duduk dimotornya dan membuka ponsel barangkali ada pesan dari Merla, sembari menunggu Ayahnya puas berkomentar tentang rumah ini.

"Udah lah pulang aja, Ayah kira kaya rumah makan besar gitu loh." Akhirnya Arya pun menghampiri anaknya. Tampilan rumahnya jauh dari expetasi yang ia bayangkan.

Mereka pun langsung pulanh menuju ke rumah. Perjalanan yang cukup jauh dan menyita banyak bensin.

"Rame enggak sih tempat makannya? Itu 'kan kaya rumah makan biasa terus enggak strategis juga tempatnya." Tanya Arya saat diperjalanan.

"Kalo pagi enggak terlalu rame tapi dari jam 12 siang jam-jam orang makan tuh rame banget sampe malem."

"Normal sih berarti. Tapi kok bisa rame ya padahal tempatnya–"

"Gak boleh kaya gitu, Ayah. Rezeki udah ada yang ngatur,"

"Iya iya." Kali ini Arya sungkem pada anaknya.

Dua hari kemudian adalah hari yang sangat Bayam tunggui. Sebab dihari itulah ia akan mendapatkan gajinya selama satu bulan. Setelah giliran mereka semua sudah dapat dan yang terakhir giliran Bayam masuk bertemu Ibu.

"Halo, Bayam." Ibu mengajaknya berjabat tangan dan Bayam pun menerimanya sambil memasang wajah bahagia.

"Sekarang gajian kamu ya," Bayam mengangguk dan duduk dikursi yang disediakan.

"Ini." Ibu memberikannya langsung tanpa basa-basi lagi. Saat menerimanya Bayam baru sadar bahwa Ibu memakai cincin batu akik yang cukup besar.

"Wah makasih ya, Bu."

"Iya. Kamu kayanya pendiam ya, Bayam?"

"Eh? Enggak, Bu. Emang masih agak canggung aja heheheh. Saya juga enggak terlalu kenal sama Ibu."

Ibu tersenyum hangat. Bayam yang melihat itu merasa ingin buru-buru keluar dan melihat jumlah uangnya.

"Nanti kita bakal ada acara jalan-jalan bersama kok. Tenang ya,"

"Wah seru tuh, Bu."

"Iyaa. Makannya kerja yang benar ya,"
Bayam mengangguk sekali lagi.

"Kamu boleh pulang,"

"Iya, makasih Bu sekali lagi." pamit Bayam dan Ibu pun mengangguk.

Bayam keluar dari ruangan khusus milik ibu dan menemui teman-temannya yang sedang bersiap-siap pulang.

"Cek duitnya dirumah aja. Kalo disini ga enak sama yang lain," ucap Merla saat Bayam baru datang.

"Kamu pulang sama siapa?" Tanya Bayam.

"Aku sama ojek aja deh,"

"Perlu aku temenin?"

"Gak, udah didepan ojeknya."

"Yaudah ati-ati,"

"Hem." Balas Merka kemudian melenggang pergi.

Melihat Merla yang pergi begitu saja, ia pun kesal merasa tidak diubris. "Apaansih tukang ojek dateng cepet amat."

Bayam pergi menuju motornya dan bergegas pulang kerumah. Ia menyimpan amplop yang berisi uang miliknya didalam jok motor. Tak sabar ingin unboxing. Jila diraba-raba amplop ini cukup tebal dibanding amplop yang ia terima ditempat lain.

Sepulangnya dirumah ia tidak melihat kehadiran sang ayah maupun ibu. Ia tidak memikirkan hal itu, langsung bergegas masuk ke kamar dan menutup pintu.

Amplop itu langsung dibuka dan langsung keluar bau-bau khas uang masih baru. Tanpa berlama-lama Bayam langsung menghitung jumlah lembaran uang seratus ribu rupiah itu.
Nyaris tak disangka uang itu berjumlah 30 lembar yang artinya jika dikali akam menghasilnya tiga juta rupiah.

"ALHAMDULILLAH YA ALLAH!" Bayam langsung sujud syukur. Bahagia yang tidak ternilai inilah yang ditunggu-tunggu olehnya. Ia ingin membayar semua hutang dan orang-orang yang berjasa kepadanya.

Bayam berniat pagi-pagi akan pergi ke bengkel dimana hari itu motornya mogok. Uang Ayahnya yang ia pinjam pun akan ia ganti besok hari juga.

Kata pepatah yang berlebihan itu tidak baik. Bayam bersyukur banyak-banyak dan langsung memasukkan kembali uang itu ke amplop yang akan ia simpan didalam lemari baju. Selanjutnya Bayam langsung tidur diatas kasur karena sudah terlalu lelah.

Tak ada angin dan tak ada gangguan tiba-tiba saja malam hari Bayam terbangun. Merasa ada kewajiban, lelaki itu lekas bangun dan mengumpulkan nyawanya. Sungguh diluar nalar, ia malah ambil wudhu dan segera sholat tahajud.

Sekali-kali ia ingin bangun seperti ini. Hal yang jarang ia lakukan. Setelah sholat witir ia memanjatkan tangan dan tiba-tiba mendengar suara ibunya yang menangis. Bayam merengutkan dahinya. Ibunya menangis? Ada apa? Apakah ada masalah?

Bayam berdoa lebih dahulu sebelum bertanya-tanya lebih lanjut. Langkah selanjutnya Bayam melepas sarungnya dan menyimpannya ditempat biasa. Dengan berani Bayam pun keluar kamar mencari ibunya.

Baik diruang tamu maupun didapur tidak ada siapa-siapa. Sepertinya Tanti menangis dikamarnya sendiri, Bayam pun mengetuk kamar ibunya.

Tok
Tok

Suara tangisan itu menghilang. Bayam merengutkan dahinya dan memberanikan diri membuka pintu kamar ibunya hanya untuk memastikan bahwa itu memang tangisan Tanti.

Ceklek

Ayah dan Ibunya sedang tidur diatas kasur. Ia yakin ada sosok lain dirumah ini yang sedang menangis. Saat itu juga Bayam langsung menutup kamar orang tuanya dan masuk ke kamar.

Pintu kamarnya langsung ditutup. Ia senderan ke pintu untuk mendengarkan suara lebih jelas lagi karena tangisan itu kembali terdengar.

Hiikkssss hiksss

Suara itu semakin keras dan kedengarannya semakin mendekati dirinya. Hingga akhirnya Bayam menutup mata dan membuka matanya melihat sosok perempuan dihadapannya dengan muka yang penuh luka dan koreng yang membusuk.

SacrificeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang