Chapter 1 : Kecil nan Sakti

24 2 0
                                    

Bayam sudah menceritakan semuanya kepada sang Ibu tentang dirinya yang sudah diterima disebuah tempat makan. Ibunya tidak beryanya apa-apa hanya sekedar bersyukur anaknya mendapat pekerjaan lagi. Tidak ada yang perlu dicurigai lagi terhadap perkataan anaknya sebab Bayam sudah mendapatkan pakaiannya.

"Ibu mah bebas kamu kerja apa asalkan halal," ujar sang Ibu yang bernama Tanti. Sehari-hatinya Tanti hanya berada dirumah. Ia bukan ibu-ibu yang termasuk dalam golongan sukar bergosip atau ibu-ibu sosialita.

"Ibu sama Ayah beda banget. Kalo aku cerita ke Ayah tentang ini pasti dia bakal nanya-nanya segala hal dan malah suudzon ujung-ujungnya.

"Ya Ayah kamu itu wataknya keras. Tapi kaya gitu juga dia sayang banget sama kamu, apalagi kamu anak satu-satunya." Bayam mendengarnya namun ia tidak merespon. Sulit merumuskan yang dimaksud ibunya. Selain itu, ia juga tengah memakai sepatunya. Setelah siap, ia berdiri dan mendekati sang Ibu.

Bayam bersalaman dengan ibunya. "Mika berangkat, Bu." Tanti mengangguk. Tiba-tiba saja cuaca menjadi mendung padahal kemarin-kemarin cerah.

Bayam pergi menjauh dari ibunya dan menaiki motor. "Mika, kamu bawa jas hujan selalu 'kan?" Bayam mengangguk.

"Mendung kaya gini pasti hujan," gumam Tanti.

"Mika berangkat," pamitnya kemudian pergi.

Tanti masuk ke dalam rumah. Pintu rumah belum ditutup olehnya. Ia terdiam sejenak karena merasa ada seseorang diluar namun ketika ia menoleh tidak ada siapa-siapa. Merasa ada sesuatu yang janggal, Tanti langsung menutup pintunya dan pergi ke dapur untuk membuatkan telur untuk dirinya sendiri.

Kulkas yang berwarna abu-abu itu dibuka olehnya. Satu telur diambil dah dipecahkan keatas teflon yang sudah ia panaskan. Merah warnanya. Tanti melepaskan cangkang telur itu ke lantai. Suasana menjadi tegang ditambah gelapnya ruang dapur.

Deg

Ada yang menepuk bahunya. Tanti semakin gemetaran dan ketakutan. Mencoba berpikir bahwa itu adalah suaminya tetapi mustahil sebab sedang bekerja, apalagi anaknya. Lalu siapa? Bahkan Tanti sangat yakin dirinya sudah menutup pintu rumah.

"Heh ngapain melongo kaya gitu? Serem banget deh," Tanti membalikkan badannya.

Melihat suaminya berdiri dengan ekspresi asli bukan hantu yang tengah menyamar menjadi suaminya, Tanti mendekat. "Kalo beli telur yang bener dong pilihnya. Lihat tuh isinya merah, gak bisa makan jadinya." Tanti menumpahkan rasa kesalnya kepada Sang Suami.

Arya namanya. Cukup bucin sebagai suami. Namun sangat galak untuk anaknya.

"Ya Allah aku baru pulang langsung digituin," pasrah Arya.

Disisi lain Bayam sudah sampai ditempat. Diliriknya jam di ponselnya. Masih jam 07.24 dan Bayam tidak terlambat.

"Mas!" Merla memanggilnya dari dalam. Hati Bayam seperti terbang saat Merla memanggilnya seperti itu.

Bayam melepas helmnya dan segera masuk ke dalam. Merla memberikan daftar makanan yang biasa dibuat. Bayam mengangguk paham, ia sudah bertahun-tahun menggeluti dunia permasakan.

"Oke. Makasih, neng."

"Neng? Gue bukan istri lo."

"Lo manggil Gue 'Mas' kok," bantah Bayam.

Merla menatapnya penuh kesal kemudian pergi ke dapur dan disusul oleh Bayam.

"Bayam ya? Tolong isi kertas yang ada dimeja dulu," ucap seorang pemasak yang tengah bersiap-siap.

"Oh oke," Bayam kembali ke ruang utama dan melihat kertas yang terletak diatas meja.

Bayam duduk ditempat itu dan membaca selembar kertas tersebut dan langsung mengisinya tanpa basa-basi

SacrificeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang