"ASTAGHFIRULLAH."
Seorang wanita dengan pakaian tarinya sedang duduk tergeletak didepan kuljas sambil memakan sesuatu. Warna merah yang satu esensial dengan daging. Dia memakannya dengan lahap, lebih tepatnya rakus.
Bayam takut bukan main. Ia yakin itu bukanlah seorang wanita melainkan jelmaan hantu. Pikiran buruk mulai mengisi otaknya. Bayam tidak mengambil langkah untuk turun kebawah. Sosok itu tidak sadar akan kehadiran Bayam. Kakinya mundur untuk bersembunyi. Meskipun tidak ada pintu disini, Bayam lebih memilih menetao disini lebih dahulu. Daripada ia harus berurusan dengan sosok itu.
Perasaannya lebih aman ketika disini. Namun hanya untuk sementara, tiba-tiba saja muncul bayangan dari tembok pertansa ada seseorang yang tengah menaiki tangga.
Deg deg
Jantungnya berdetak tak karuan. Siapa itu? Siapa yang menaiki tangga? Tidak mungkin jika itu teman-temannya yang tidak pernah setia kawan menunggu. Bayangan itu sudah sampai paling ujung dan satu langkah lagi bertemu dengan lantai dua.
"Gila lo lama banget, gue tungguin daritadi,"
Bayam menghela napas lega namun kemudian ia curiga itu bukan Merla melainkan sosok tadi yang berubah wujud.
"Lo Merla asli bukan hah?!"
"Apasih? Gajelas,"
"Buruan turun. Gue udah tungguin dibawah lama banget dah,"
"Oh lo yang tadi dibawah makan itu?! Pergi!! Gue gak takut!"
"Apaan sih? Kalo lo gak mau pulang ya terserah!!!" Sosok itu mengambek dan segera turub kebawah. Dan pada saat itu juga Bayam percaya bahwa itu adalah Merla asli.
"Eh Mer tungguin!" Bayam menuruni tangga satu persatu dengam cepat.
Ia menyamaratakan jalannya dengan Merla. "Nanti gue anter lo deh ke rumah,"
"Gak mau." Merla tetap marah.
Gadis itu akhirnya berhenti didepan rumah. Bayam pun mengikuti hal yang sama. "Ngapain? Cepetan kunci rumahnya malah bengong," tegur Merla.
Bayam pun segera menguncinya dengan perasaan yang diselimuti rasa takut. "Gue pulang pake ojek, lo duluan aja.
"Lo serius enggak mau pulang bareng sama Gue?" Tanya Bayam dan Merla menggelengkan kepalanya.
"Lo 'kan enggak bawa motor," ucap Merla. Disaat itu juga Bayam merutuki kebodohannya sendiri. Bisa-bisanya ia lupa bahwa dirinya tidak membawa kendaraan.
"Waduh!" Buru-buru Bayam memgambil ponselnya dan menghubungi Defri untuk meminta jemput.
"Lo gatau diri ya udah dianterin tadi pagi sekarang masih minta bareng lagi. Gue otw lo tunggu didepan, jangan bikim gue nunggu."
"Iya siapp,"
Merla melirik ke arah Bayam. "Temen lo baik banget mau disusahin sama orang kaya lo,"
"Iya dong. Eh btw Mer, lo kerja disini dari kapan?" Tanya Bayam berusaha mencairkan suasana agar dirinya tidak terlalu takut.
"Udah 4 bulan sih lumayan lama."
"EMPAT BULAN? Sebentar aneh itu mah. Yang lama itu kalo udah bertahun-tahun."
Merla diam saja, matanya mendelik ke kanan dan kekiri mencari ojeknya apabila sudah sampai.
"Amir aja baru dua bulan. Kalo Bayu udah berapa lama?"
"Pertanyaan lo bakal terjawab kalo lo udah sebulan kerja disini," jawab Merla.
Mereka saling berdiaman dalam beberapa menit kemudian Bayam mengajaknya berbicara lagi. "Mer, Gue boleh titip kunci enggak? Besok gue kayaknya agak terlambat datengnya. Motor Gue mogok harus dibawa ke bengkel,"
"Boleh. Asalkan lo enggak tiap hari terlambat," Merla mengambil kunci itu.
"Makasih," ucap Bayam sambil tersenyum melihat ke arah kalung yang dipakai oleh Merla namun bandulnya dimasukkan ke dalam baju.
"Bandul kalung lo kenapa enggak dikeluarin aja?"
Seorang pria dengan motornya tiba dihadapan mereka untuk menjemput Merla. Dari penampilannya, Bayam menebak itu bukanlah kekasih Merla.
"Duluan ya," pamit Merla.
Itu tampak seperti tukang ojek pada umumnya. Bayam tidak perlu mempermasalahkan itu. Yang jadi masalah sekarang adalah ia harus menunggu Defri setengah jam.
Tidak lama kemudian Defri pun datang. Bayam menghela napas lega. Badan lelahnya tambah lelah ketika ia mengingat kembali bahwa motornya sedang rusak dan besok harus dibawa ke bengkel.
"Dep, bengkel kalo malem jam segini masih ada yang buka gak sih?"
"Gatau,"
"Yam, lo disitu nyaman kah kerjanya? Pacar gue dulu kerja disitu sebagai pelayan. Dia ngalamin hal-hal aneh kek horor gitu tapi katanya gajinya lumayan gede loh."
"Gue juga ngalamin hal-hal horor anjir,"
"Hal horor kaya gimana?"
"Waku pas gue lagi sholat ya masa gue kejatuhan keris trus pas bangun-bangun eh udah enggak ada. EH MALAH TADI! GUE BARUSAN LIAT CEWE KAYA PENARI GITU LAGI MAKAN DAGING DI KULKAS!"
"Ih anjir! Terus lo apain tuh cewek?"
"Gue diem aja lah masuk ke lantai dua. Ngumpet gue. Lo bayangin gak setakut apa gue disana mana sendirian,"
"Lo gak gentle."
"Heh asal lo tau aja ya hantu datengin manusia tuh gak mandang genre,"
"Genre apaan cok? Genre horor? Gender ngaco."
"Eh hahahha iya maksud gue itu."
"Kalo kata pacar gue disana tuh cowok-cowok pada gak betah. Tapi gak cuman cowok aja, yang cewek juga begitu. Lo coba tanyain temen-temen disana udah kerja berapa bulan,"
Bayam terdiam sejenak. Rata-rata mereka masih baru bekerja. Ia penasaran temannya yakni Adhi sudah berapa lama kerja disitu. Bahkan yang paling lama ialah Merla yang sudah sekitar empat bulan lebih.
"Eh eh Dep!!!"
Brakk
"Innalillahi ada kecelakaan!!"
"Ya allah gusti kepalanya pecah ih,"
"Mamah itu kakaknya masih melek,"
"Panggil ambulan!"
Darah mengucur dari daging yang terkelopek mengucur hingga mengenai selokan yang terpapar lebar. Seperti sudah membuka mulut untuk siap menyantap.
"Coba dicek KTP nya dia orang mana,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sacrifice
AléatoireAdhicandra resign dari pekerjaannya sebagai seorang koki. Tempat yang dahulu ia tempat masih membutuhkan seorang koki. Ia menawarkan pekerjaan itu kepada temannya yakni Bayamika. Kejanggalan mulai terjadi hingga Bayamika mengerti mengapa Adhicandra...