Chapter 3 : Tentang Merla

15 2 0
                                    

Terhitung satu minggu Bayam bekerja dirumah makan itu. Biasanya rumah makan akan buka tiap hari tapi tidak dengan yang ini. Mereka diberikan tiap hari minggu untuk istirahat. Bayam bersyukur akan hal itu. Ada yang ia ingin tanyakan seputar gaji tapi merasa masih haru ia pun menahannya.

Hari minggu ini mereka bertiga makan bersama didapur yang kecil. Tidak ada obrolan yang mengisi kumpulan kali ini. Hanya ada bunyi decitan piring dan sendok saja.

Hingga akhirnya Tantu membuka suara. "Mika tolong anter ibu ke rumah sakit ya hari ini. Cek kaya biasa,"

Bayam menoleh ke arah ibunya sambil mengunyah. Sebenarnya hari ini ia ingin bertemu dengan Adhi untuk membicarakan sesuatu namun niatnya harus diurungkan. "Yaudah nanti ibu langsung siap-siap aja,"

Adhi adalah teman dekat Bayam saat mereka Sekolah Dasar dan memang sama-sama mempunyai hobi memasak. Bedanya Adhi terlahir dari keluarga yang kaya raya, Bayam terlahir dari keluarga yang sederhana.

Tanti bangkit dan pergi ke kamarnya untuk siap-siap. Kembalinya Tanti ke meja makan membuat kedua lelaki ini heran. "Emang sekarang banget ya, Bu?"

"Iya sekarang aja udah janjian sama dokternya."

"Yaudah deh." Bayam buru-buru menghabiskan makannya. Saat ia kembali sudah tidak ada siapa-siapa didapur. Tampaknya Tanti sudah menunggu didepan rumah.

Mereka pum pergi ke rumah sakit tanpa berpamitan ke Ayah. Sedaritadi Arya sama sekali tidak menampakkan diri. Biasanya juga mereka memang tidak berpamitan.

Bayam duduk dikursi sambil menunggu ibunya. Hanya setengah jam ia menunggu dan ibunya langsung keluar. "Gimana bu?" Ibunya mempunyai penyakit darah tinggi yang terkadang membuatnya pusing berat.

"Kata Dokter engga boleh banyak pikiran tapi Ibu kepikiran kapan kamu gajiannya. Ibu gak sabar mau jadi emak-emak sosialita." Sungguh diluar nalar jawabannya. Bayam bereaksi manyun.

"Ibu sadar diri coba, udah bau tanah tau."

Plak

"Ya allah bu sakit tau!!"

"Maksudnya apa kamu ngomong kaya gitu,"

"Aku bercanda, Bu. Ibu mah asak geplak-geplak aja aku punya luka tau dikepala."

"Luka? Luka ndasmu. Tak doain kamu jadi chef yang sukses tapi kamu punya istri yang galak. Ibu dari dulu besarin kamu udah punya dugaan kamu jadi chef yang jaya tapi ibu gak suka kamu ngejek ibu bau tanah kaya gitu." Omelnya kesal.

Tanti bangun lalu mengambil tasnya dan pergi dari hadapan anaknya itu. Enak saja masih cantik seperti ini sudah dibilang bau tanah. Bayam tertawa melihat ibunya yang sok-sok an pergi sendiri padahal ujung-ujungnya pulang bersama.

"Naik angkot aja kadang suka nyasar," komentarnya pelan dan disaat itu juga ibunya balik badan dan melotot ke arah Bayam untuk segera ikut dengannya.

Diperjalanan Tanti memegang erat pinggiran jaket anaknya karena takut terbang. Angin disini cukup besar dan membuat kulitnya kering.

"Mika kamu punya pacar gak sih?" Suara Tanti samar-samar karena angin. Meskipun begitu Bayam dapat mendengarnya dengan jelas. "Apa Bu? Enggak kedengeran?"

"Kamu punya pacar enggakkkkkk?" Ibunya berteriak.

"Enggakkkk punyaaa buuu. Emanggg dibolehinn kalo akuuu punyaa pacarrr yaa???"

"Bolehh ajaaa. Kataaa temennn kamuu yanggg sukaa mainn ke rumahhh kamu tuuh sukanyaaa sama lakii lakii."

"Enggak, buuu. Merekaaa ituuu seoranggg pendustaa. Akuuu ditempatt kerjaaa lagii sukaa samaa cewekk. Nantiii akuuu kenalinnn ke ibuu yaa."

"Pilihhh yanggg cantikkk hatinyaaa dannn yanggg seimannn yaa."

"Siapp, buuu."

Bayam merebahkan badannya diatas kasur ketika sudah sampai dirumah. Cukup lelah hanya sekedar mengantar saja. Ia mengambil ponselnya dan membuka aplikasi instagram. Terdapat rekomendasi akun yang diikuti dan tidak sengaja Bayam menangkap akun milik Merla. Nama akunnya sangatlah ribet karena terdapat huruf x dan y. Berbanding jauh dengan akun miliknya yang hanya bernama 'Bayamika'

Rasa lelah yang tadinya menjalar tiba-tiba saja menghilang. Ia penasaran dengan rumah makan itu dan mencarinya di google. Ada hasil yang keluar namun bukan rumah makan yang dimaksud olehnya. Rasa curiga akan tempat itu adalah rumah makan ghoib pun muncul. Namun Setelah direset lagi lalu munculah rumah makan tempat ia bekerja.

"Oh ini." Bayam mengetuknya dan melihat-lihat.

Dappp.10 berkomentar apaan nih rumah makan serem banget dah mana enggak ada toiletnya bintang satu!!!

Nuniku7777 berkomentar tempat makannya jelek tapi boong hayukkk papalepappalepa

User991111 berkomentar tempat makannya enak banget masakannya. Tapi sayangnya ya pas dibawa kerumah kaya gaenak

Dindaulia berkomentar suamiku suka bgt makan disini tapi klo dibawa kerumah pasti dia gadoyan

FarazzMz berkomentar seperti komentar yang diatas makannanya kalo dibawah krmh pasti genak, jangan2....😒😏🤔

Bayam kebingungan membaca itu. Ia pernah membaca bahwasannya jika makanan dibawa kerumah namun sudah tidak enak maka pemilik rumah makan itu mempunyai pengalaris didalamnya.

"Assalamualaikum!!!"

"Bayem!!!"

"Wortel!!"

"Terong!!"

"Tomatt!!"

"Heh berisik!! Ganggu aja istri saya lagi tidur. Panggil yang bener kalo nyamper tuh punya adab gak hah?!"

"Ehehehe maaf pak. Gak lagi-lagi deh kita." Arya langsung membukakan pintu dan masuk ke kamarnya.

Mereka bertiga yaitu Defri, Malik, dan Riyanto langsung masuk ke kamar Bayam tanpa izin.

"JANCOKKK DIA LAGI MASTURBASI!!!" Teriak Defri iseng-iseng padahal aslinya Bayam hanya sedang tiduran sambil bermain ponsel.

"Apaan sih? Asal masuk-masuk aja. Gak punya adab banget," Bayam mengubah posisinha menjadi duduk.

Bayam mencium bau sesuatu yang enak... MARTABAK! Bayam langsung mengambil kresek yang dibawa oleh Fahri. "Makasih ya, Brody. Tau aja dah Gue lagi laper."

"Silakan duduk aja anggep dirumah sendiri," sindir Malik saat mereka tak dibiarkan duduk.

"Oh iyaya heheh silakan duduk dayang-dayangku."

"Najis sayang-sayangan," cibir Defri.

"Dayang bodoh."

Sebelum mengobrol lebih inti mereka makan martabak lebih dahulu sampai benar-benar abis.

"Lo kerja dimana sekarang, Yam?" Tanya Defri.

"Dimana ya pokoknya jauh deh rumah makannya. Terpencil sih tapi rame banget sumpah gue kadang sampe cape banget."

"Dimana?" Tanya Defri semakin kepo.

"Dia bilang jauh ya jauh." Ucap Malik.

"Kan kepo," tuding Defri.

"Tapi batang semua anjir. Gak bisa cuci mata Gue."

"Tapi ada yang cantik," mata Bayam berbinar-binar.

"Najis lu gay." Kata Riyan.

"Gak anjir. Maksud Gue ada cewek tapi satu tapi dia cantik banget,"

"Deketin dong, lo kan udah bertahun-tahun jombloe masa enggak mau punya pacar." Saran Defri.

"Bakal gue deketin lagian juga gue udah dapet lampu ijo dari ibu." Bayam tersenyum miring.

SacrificeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang