03

34 5 0
                                    

••••••••••••••••••••oOo••••••••••••••••••••

Rasi, si orang asing.

••••••••••••••••••••oOo••••••••••••••••••••


"SORRY gue gak bisa, hehe" tolak Lea dengan senyum manis yang tertera di wajah cantik nya, laki-laki yang memegang satu bunga mawar di depan Lea terdiam cukup lama. Hingga ia melirik ke arah Becca yang tengah memperhatikan mereka.

"Kalau gitu temen lo aja yang jadi cewek gue, gimana?" Perkataan tak masuk akal itu berhasil menyulut emosi Lea, dirinya melotot tak percaya lalu menoleh ke arah Becca yang kini malah asik bermain ponsel

"Eh lo pikir temen gue apaan! Pergi deh lo! Ada ya orang kek Lo, nyari pacar asal pilih doang dikira lagi milih barang apa ya!" Seru Lea kesal, ia menatap tajam si lelaki di depannya membuat lelaki itu bergegas pergi meninggalkan Lea yang sudah disulut emosi.

"Kenapa si Jale? Udah cowok ke berapa nih yang lo tolak? Mau sampai kapan sih lo hidup jomblo kayak gini emang nya enak?" Celetuk Becca sembari menghampiri Lea yang tengah misuh-misuh sendiri, kesal banget rasanya tapi Lea bisa apa?

Karena tak mau Becca ikut tersulut emosi yang akan berakhir perempuan itu meneror si lelaki tadi, mau tak mau Lea pun memutuskan untuk berbohong. "Bukan apa-apa, biasalah maksa gue jadi ceweknya. Ini baru dua orang yang gue tolak, balik deh yuk. Lo mau nebeng apa mau nunggu kak Tama jemput?" Tanya Lea mengalihkan topik pembicaraan mereka, Becca sendiri mengangguk lalu memperlihatkan chat dari Tama untuknya.

"Gue pulang bareng kak Tama, lo duluan aja gih. Anyway tugas sejarah jangan lupa kerjain, gue mau nyontek hehe"

Lea mendengus pelan, ia mengangguk kecil lalu memasuki mobil nya itu dan perlahan pergi meninggalkan Becca sendirian. Setelah kepergian Lea, anak perempuan berkuncir kuda ini berjalan menuju halte bus terdekat. Daripada harus panas-panasan menunggu di depan gerbang, lebih baik ia menunggu di halte bus. Toh, gak terlalu jauh dari area sekolahan nya.

"Mana sih dari tadi kok gak dateng-dateng" gumam Becca pelan, ia menatap room chat nya dengan sang kekasih. Bahkan pesan nya pun tidak di baca sama sekali, kenapa.. kenapa Tama seperti menghindari nya? Becca mendengus pelan, ia melirik seorang pemuda yang mematikan mesin motornya itu dan duduk di pinggir kursi halte bus. Padahal kan lelaki itu ada motor, kenapa malah diem di halte bus? Apa dia tengah menunggu seseorang? Ah bodo amat, Becca tak perduli. Perempuan itu kembali menatap ponselnya lagi, memberi pesan kepada sang kekasih.

Becca berdiri, ia berjalan sedikit maju untuk melihat jalanan. Lagi-lagi perempuan itu mendengus sebal, kalau Tama tidak berniat menjemputnya. Mengapa lelaki itu sempat bilang akan menjemputnya? Sejujurnya Becca tidak pernah mengerti jalan pikiran laki-laki. Mengapa para lelaki itu selalu memainkan perasaan perempuan? Aduh trust issues nya kumat lagi deh.

Saat tengah asik memandangi benda pipih yang ia pegang, seorang pria bermotor mengambil ponselnya dengan cepat membuat Becca membulatkan matanya terkejut. Serius deh dia kaget banget tiba-tiba benda amat sangat penting itu di ambil orang!

"MALING WEH MALING!" Seru perempuan itu, panik. Satu kata yang menggambarkan Becca kala ini, ia benar-benar panik. Dirinya menoleh menatap laki-laki yang masih memakai helm full face nya dimana lelaki itu tengah asik bermain ponsel. Dengan terburu-buru Becca menghampiri laki-laki asing itu dan menariknya agar berdiri

Rasi OrionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang