NOTE : DI CHAPTER 1 & 2 AKU BELUM GAMBARIN KARAKTER SEKRETARIS JAEHYUN CE/CO, JD DISINI AKU KASIH TAHU KALO SEKRETARISNYA ADALAH PARK JISUNG. OKE.
•HAPPY READING•
Dua insan itu masih bertahan dengan posisi tubuh si kecil memeluk yang lebih besar. Terhitung, hampir dua menit mereka dalam posisi itu, yang bahkan telah berhasil membuat Haechan -alasan dibalik Renjun melakukan hal bodoh itu- pergi dengan perasaan kesal. Renjun berhasil, ya setidaknya sampai detik ini, karena si aries secara tak sadar telah menutup satu masalah dengan menciptakan masalah baru. Berharap, Renjun masih bisa bernafas lega setelah kejadian ini.
Renjun secara perlahan menarik tangannya dari tubuh besar dipelukannya. Menyiapkan diri, jika setelah ini pria hidapannya akan meneriakinya, bahkan lebih parah bisa saja menuntutnya karena pencemaran nama baik.
"M-maaf, tuan" Gagapnya, setelah pelukannya terlepas. Dengan ragu, netranya mencoba untuk bersitatap dengan lelaki itu.
"Apa maksudmu dengan suamiku?" Tegas Jaehyun, dengan suara rendah. Menjaga agar obrolan mereka tak sampai didengar oleh orang-orang disana.
"I-itu hanya salah paham, tuan. S-saya salah mengenali orang" Jawab Renjun, kakinya perlahan mundur, bersiap untuk lari dari hadapan lelaki yang sialnya, setelah dilihat secara dekat, Renjun mampu mengenali sosok lelaki itu. Yakni Jung Jaehyun, sosok pimpinan Jung's Group, nama perusahaan yang sering Jeno sebut. Salahkan saja mata rabunnya yang tak mengenali sosok itu dari jarak jauh.
Persetan. Tanpa menunggu waktu lama, Renjun segera berlari meninggalkan area lobby hotel. Jaehyun berniat meneriakinya, namun ia urungkan kala menyadari, puluhan mata karyawannya tengah menatap kearahnya.
Sekretaris pribadi Jaehyun datang dengan tergopoh-gopoh, yang sebenarnya sudah menyaksikan seluruh adegan dramatis itu sejak awal "Apa terjadi sesuatu, Pak?" Tanyanya basa-basi.
"Cari tahu identitas orang itu" Perintahnya, dengan menunjuk kearah larinya Renjun menggunakan dagu.
"Baik, Pak. Apa perlu saya siapkan pengacara untuk menuntut dia?"
"Ya. Siapkan surat tuntutan juga, saya mau semua yang saya minta sudah tersedia di meja besok pagi" Lanjut sang atasan, berjalan meninggalkan area lobby dengan menahan perasaan kesal. Awas saja, tak akan ia biarkan lelaki mungil itu hidup tenang setelah apa yang dia lakukan padanya malam ini.
***
•Next Day!!•
"YAK!! JUNG JENO!! KESINI LO!!" Teriakan melengking dari Renjun langsung memenuhi seluruh area cafe, dimana yang menjadi sasaran amukan, langsung berlari, meninggalkan laptop dan tumpukan berkas disalah satu meja di cafe itu. Menghindari pukulan bertubi-tubi dari tas selempang yang Renjun bawa, dan omelan-omelan kekesalan dari si aries akibat kejadian semalam. Beruntung, saat ini hanya ada Jeno dan Renjun, yang memang selalu datang paling awal dibanding karyawan lainnya.
"Lo musti ganti rugi, ga mau tahu, gue!!" Satu pukulan terakhir, sebelum akhirnya Renjun melempar tas miliknya keatas meja kosong. Duduk dikursi yang sebelumnya Jeno tempati. Nafasnya terengah, menatap nyalang ke arah Jeno yang tengah mengelus lengan atasnya yang menjadi sasaran kebrutalan Renjun.
"Berani banget lo, mukulin bos sendiri?" Makinya tak terima, tentu saja masih dalam konteks candaan. Mengambil posisi duduk tepat dihadapan simungil.
"Ga usah bawa-bawa kedudukan, ini bukan masalah pekerjaan, tapi masalah pribadi. Lo sadar ga sih, Jen? Semalem gue hampir mati gara-gara lo pergi tanpa pamit?!" Hardiknya dengan kekesalan yang sudah memenuhi kepalanya.