4

645 160 24
                                    

Rosie noleh ke belakang. Ngeliat Jennie yang menahan tangannya.

" Aku tunggu di mobil~" Katanya pelan hingga Rosie mengangguk dan Jennie melepas genggaman itu.

Jisoo mengangkat alis memperhatikan Rosie pergi sampai dia melirik Jennie yang ikut memberi lirikan.

---

Pukul 3 sore pun tiba. Rosie keluar rumah sakit sambil nenteng tas isi pakaian ganti. Terus dia jalan mendekati sepeda buat pulang.

Dia lupa Jennie nungguin. Tapi Rosie langsung berhenti kok di depan mobil Jennie. Itupun mata dia nemu aja mobil Kim hingga teringat segera kalau Jennie menunggu.

Cewek itu keluar akhirnya. Dia jalan deketin Rosie yang masih duduk di sepedanya.

" Aku bawa sepeda tapi." Kata Rosie.

Jennie menoleh ke belakang. Ngeliatin mobil dia hingga meratapi lagi Rosie yang naik sepeda.

.

.

.

.

Kaki mendayung. Jennie tersenyum saat dia naik sepeda di bonceng sama Rosie.

Bodolah sama mobil. Lagian itu rumah sakit. Orang mana tau mobil yang bukan pasien atau pengunjung nginap disana.

" Kemana Jennie?"

" Kemana aja."

Rosie ikutin jalannya doang. Dia cengir-cengir juga karena Jennie suka di bencong sama dia naik sepeda.

Awalnya bete pas siang tadi. Tapi sekarang gak karena Jennie tuh gak bisa marah berhari-hari gitu. Ngeliat wajah Rosie aja yang serba gak tau apa-apa buat dia gak tegaan marah-marah terus.

Hingga di sebuah tempat saat penelusuran jalan, mereka singgah di sebuah kedai makanan yang di panggang. Disana juga ada ubi rebus.

" Biar aku. Soalnya gajian. Aku kan gak pernah jajanin Jennie." Katanya sambil membayar buat Jennie tersenyum angguk.

Rosie kalau ada uang pasti bayar. Dia mikir juga selama kenal Jennie gak pernah jajanin dia pakai uang hasil keringat. Baru inilah bisa karena Rosie baru gajian meski gak banyak.

" Kamu suka ubi?" Tanya Jennie.

" Suka! Dulu waktu ibu masih ada, kalau gak ada beras di rumah, pasti makan ubi. Soalnya nanam di belakang rumah."

" Apa kamu pernah gak makan nasi sehari?"

" Pernah. Bahkan sebulan pernah gak makan nasi. Makannya ubi sama jagung."

Jennie terbungkam rapat. Kaget banget dengernya. Se-sengsara itu Rosie hidup dulu. Bahkan Jennie masih ingat cerita kalau ibu Rosie lumpuh.

" Ibu kamu ninggal gara-gara apa? Maaf nanya."

" Udah ajalnya. Anu...ibu lumpuh. Terus gagal ginjal. Karena gak punya uang jadi gak bisa berobat. Uangnya di buat untuk sekolahku dan makan. Kata Ibu biar nanti aku gak kayak ini. Biar sukses katanya kalau selesai sekolah pintar." Jelas Rosie dan Jennie jadi termenung ngeliatin dia cerita.

" Maaf Rosie...aku nanya-nanya soal orang tua kamu."

" Gak papa. Ibu dah bahagia di surga."

Senyum tulus Jennie timbul. Dia sampai mikir, ada ternyata manusia seperti Rosie. Dia tahan banting banget sama kejamnya dunia yang menguji kehidupan bertubi-tubi. Bahkan Rosie harus bisa hidup tanpa mikir untuk mati aja perihal dia yang makan aja susah gitu! Apalagi bayar kebutuhan rumah.

" Habiskan makannya."

" Udah kenyang Kak."

Jennie menatap Ella. Diapun diam saat Ella ingin berdiri buat ke kamar. Tapi Jennie yang malah harus habisin sisa makanan adeknya. Jadi mikir, dia aja apa-apa mudah gitu. Tapi kadang gak pernah mikir gimana beras ini mahal banget bagi yang kurang mampu kayak Rosie.

Jove 17 | For J ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang