12. Rencana David

11 2 2
                                    

Seusai tarawih di masjid malam itu, David langsung pulang ke rumahnya. Dia juga mengajak Pak RT ikut serta karena ada yang akan mereka bicarakan terkait pekerjaan. Mereka sedang menjalankan bisnis bersama, tetapi David adalah pemimpinnya. Seperti kebanyakan warga yang lain, Pak RT pun sangat segan dan hormat pada keluarga Satya.

Setibanya di rumah, Arinda segera menyambut suaminya. Tadinya dia ingin mengeluh karena lelah dengan urusan pekerjaan rumah. Namun, dia mengurungkan niat ketika dilihatnya David datang bersama Pak RT. Dengan senyuman, Arinda mempersilakan mereka masuk ke dalam rumah. Arinda merasa lega karena dia sudah terlihat rapi dan berganti baju tadi.

"Arinda, tolong bikin minum untuk Pak RT, ya." David berkata pada Arinda seraya mempersilakan Pak RT duduk di sofa ruang tamu.

Arinda mengangguk tersenyum dan berjalan ke dapur. Lalu, dia kembali lagi dengan nampan berisikan dua gelas minuman dan sepiring camilan. Setelah menghidangkan sajian, Arinda pun duduk di samping suaminya. Dia juga ingin tahu apa yang akan dibicarakan oleh David dan Pak RT, tentu merupakan sebuah hal yang penting.

"Mbak Arinda ini cantik sekali, ya. Mas David beruntung." Pak RT membuka obrolan.

David hanya tersenyum tipis, sedangkan senyum Arinda terlihat semringah. Pujian seperti itu sudah biasa dia dengar dari orang-orang dan itu membuatnya bangga. Apalagi sekarang dia sudah dikenal sebagai Nyonya dari David Satya, meskipun orang-orang tak tahu bagaimana dia merasa sebal mengingat harus mengerjakan semua pekerjaan rumah seorang diri karena David tak mau membantu.

"Arinda, kamu ke belakang sana. Kami ingin membicarakan pekerjaan." David berbisik.

"Tapi aku juga ingin tahu tentang bisnis kamu, Mas," sahut Arinda.

David memaksakan seulas senyum dan berkata, "Ini urusan laki-laki, Sayang."

Meski kesal, Arinda akhirnya beranjak meninggalkan ruang tamu. Awalnya dia ingin langsung naik ke kamarnya di lantai dua, tetapi dia sangat penasaran dengan bisnis baru yang sedang dibicarakan oleh David dan Pak RT. Maka, Arinda pura-pura menyibukkan diri di ruang tengah sambil diam-diam menguping pembicaraan mereka.

"Walaupun bisnis ini masih baru, tapi sudah berjalan cukup baik. Saya tidak sangka warga seantusias itu." Suara David terdengar.

"Tentu saja, Mas David. Warga sini kan sangat percaya dan menghormati Mas David. Itu karena Mas David benar-benar seperti almarhum Pak Rifki yang sangat baik dan bijaksana," puji Pak RT.

David mengangguk-angguk. "Sebenarnya saya belum merasa sebaik almarhum Bapak. Tapi saya sangat berterima kasih atas kepercayaan warga."

"Saya yakin warga akan semakin banyak menyimpan uangnya pada Mas David. Apalagi kalau Mas David bisa dengan baik mengelola bisnis yang menghasilkan," lanjut Pak RT lagi.

"Saya akan berusaha sebaik mungkin." David tersenyum.

"Oh, jadi bisnis seperti itu yang dijalankan oleh Mas David," gumam Arinda pelan di ruang tengah.

Arinda menyunggingkan senyum. Meski dia tak tahu bisnis yang dijalankan oleh David secara detail, dia percaya sang suami mampu menjalankan bisnis tersebut. Dalam hati Arinda merasa bangga memiliki suami seperti David yang dipercaya dan disegani oleh banyak orang. Bosan berada di ruang tengah, Arinda pun segera naik ke lantai dua untuk beristirahat di kamar.

Setengah jam mencoba untuk tidur, Arinda tak kunjung bisa memejamkan mata. Dengan malas diseretnya langkah keluar untuk melihat keadaan di ruang tamu. Ternyata Pak RT baru saja pulang dan David sudah menutup pintu depan. Arinda ingin memanggil David, tetapi dilihatnya sang suami tengah menelepon. Arinda pun menuruni tangga pelan-pelan.

Ketika Cinta MemanggilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang