Setelah apa yang terjadi padanya kemarin, Ayu meminta izin pada Liuxing untuk tidak ikut kelas berikutnya. Untung saja sang ketua kelas menerima permintaannya. Ketika kembali ke ruang kesehatan, Haboa terkejut melihat kedatangannya. Dengan alasan tidak enak badan, Ayu akhirnya dapat menghabiskan waktu kelas yang tersisa untuk berbaring di ranjang.
Empat teman barunya banyak mengirimkan pesan dan menanyai kondisinya. Rasa lelah dan malas sera suasana hati yang buruk membuat Ayu tidak dapat membalas semua pesan tersebut. Setelah tenggelam dalam pikiran dan perasaan tidak menyenangkan selama dua jam, Ayu akhirnya tertidur.
***
Sudah lama rasanya tidak dipandang dengan tatapan sinis ketika menginjakkan kaki ke sekolah. Tatapan yang ia dapatkan dimana pun ia berada. Di kafetaria, di lorong sekolah, bahkan di toilet sekolah.
Rumor menyebar cepat seperti api yang dengan cepat melahap benda sekitarnya. Apalagi jika ada embusan angin, api akan semakin menyebar jauh.
"Kenapa manusia tanpa sihir seperti dia ada di sekolah ini?"
"Entah apa yang dipikirkan Kepala Sekolah. Pasti dia menerima banyak barang berharga."
"Katanya dia murid jalur istimewa, kan? Apa yang istimewa jika tidak punya sihir?"
Ayu menghela napas. Bisikan mereka terdengar jelas di telinganya. Mereka tampak berniat membuat dirinya mendengar hal itu. Apakah mereka mau memicu amarah dariny di pagi hari? Kalau iya, Ayu tidak akan meladeni mereka.
"Ayuyu!"
Suara langkah kaki cepat terdengar mendekat. Ayu menoleh, mendapati Light berlari ke arahnya sambil menyapa. Di belakang lelaki itu, tiga orang lainnya ikut berjalan ke arahnya.
"Sudah sampai sini rupanya. Padahal kami tadi sudah menunggu di kafetaria untuk makan bersamamu. Kamu sudah sarapan?" Light memulai pembicaraan.
Ayu mengangguk.
"Tadi aku coba telepon. Tapi kenapa kamu nggak angkat?" tanya Michelle begitu berada di samping Ayu.
"Aku sepertinya lupa bawa HP."
"Concore maksudmu?"
"Ya. Itulah."
Ayu menjawab dengan setengah bohong. Ia membawa ponsel, tapi sengaja meninggalkan concore di ruang kesehatan. Ia berniat menghindari empat orang itu.
Sepanjang perjalanan ke kelas, keempat temannya sibuk berbicara satu sama lain. Namun amAyu tidak ikut dalam perbicaraan. Perasaan gadis itu tertuju pada hari kemarin. Cara teman-teman sekelasnya memandang ia yang tidak bisa menggunakan sihir masih menghantui.
Baru saja berada di depan ruang kelas, Ayu bisa mendengar suara ribut para penghuni kelas. Suara ribut mereka tidak terlalu berisik, jadi Ayu menyimpulkan bahwa mereka sedang memgobrol bersama. Atau lebih tepatnya, menggosipkan dirinya bersama.
Benar saja dugaannya. Ketika berada dalam kelas, ia bisa mendengar beberapa kalimat tentang Ayu Anjani. Disusul dengan beberapa kata seperti "aneh" dan "kasihan". Ketika ia melewati kerumunan itu dan duduk, beberapa orang mulai menaruh atensi padanya.
Ayu berusaha mengabaikan semua tatapan itu. Ia mengeluarkan buku tulis dan membuka halaman terakhir yang ia tulis. Ia mengeluarkan satu buku lagi yang merupakan buku yang dipinjam dari Liuxing.
Baru menulis beberapa kata, seseorang menendang meja dan membuat Ayu tidak membuat coretan panjang di buku. Light dan Liuxing yang sebangku dengan Ayu mulai kesal.
"Hei, jangan tendang mejanya!" tegur Light.
Orang yang menendang tadi hanya tersenyum dan berjalan pergi. Light segera merapikan meja ke posisi awal. Setelah itu, Ayu kembali melanjutkan catatannya. Berusaha menulis secepat mungkin agar bisa segera selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exentraise Academy: The Rising of The Magicless [End | Belum Revisi]
Fantasia[SERI #1 EXA] Muak dengan perlakuan buruk sang sepupu, Ayu Anjani memilih meninggalkan keluarga saudara ayahnya dan hidup mandiri. Ketika ia menyelamatkan seekor anak anjing yang akan tertabrak oleh truk, waktu disekitarnya tiba-tiba berhenti. Tidak...