Bermacam penganan manis dipindahkan ke piring ceper menggunakan food tongs. Sasuke sendiri tidak memahami motif dia sesungguhnya ketika tangan jahilnya sekadar iseng mengabsen makanan pencuci mulut yang tersaji di meja prasmanan. Perutnya sudah benar-benar kenyang dengan sepiring main course ala kebarat-baratan. Faktanya, perhelatan ini adalah salah satu pesta terhebat dan diadakan oleh seorang teman karibnya.
"Momo tidak mungkin melupakan kebiasaannya meski sudah menikah 'kan? Menghamburkan uang untuk makanan enak. Tapi, dia sendiri tidak menikmatinya-astaga! Muffin apel karamel, oh ya Tuhan! Kenapa tidak ada yang memberitahuku? Apa-apaan ini, hanya tersisa dua potong?! Siapa yang memakannya?!" Dia pun protes sembari celangak-celinguk memperhatikan piring di genggaman tetamu lain. "Dasar, pencuri! Aku sumpahi perutmu disinggahi semut." Mulutnya mengumpat untuk pria tambun dari jarak antara tujuh atau sembilan meter dengan piring yang dipenuhi muffin incarannya. "Tidak boleh dibiarkan, aku harus mendapatkan semua sisanya." Kontan menyemangati diri saat lelaki berjas hitam mengarah ke meja muffin itu. Sasuke melupakan setinggi apa sepatu hak dia kenakan. Dia seperti akan melompat, dan dalam sekali jepitan dua muffin apel karamel mendarat cantik di piringnya. "Ini punyaku," katanya, menyertakan senyum merekah. Padahal, mukanya berpaling ke sisi berbeda agar bisa tertawa sinis.
"Boleh minta satu?"
"Tidak! Lihat sendiri ada bermacam kue di situ, ambil saja sebanyak-banyaknya!"
"Tapi, aku mau muffin karamel di piringmu."
"Ini sudah menjadi milikku, aku duluan yang mengambilnya."
"Ayolah, di piringmu ada dua 'kan? Aku cuma minta satu, Nona. Aku sangat menyukai kue itu."
"Aku tidak peduli sesuka apa dirimu dengan kue ini, karena aku tidak akan pernah memberikannya." Sasuke bisa mendengar sekeras apa hembusan napas si pria berjas dan itu membuat kesenangannya bertambah.
"Kamu yakin tidak mau membaginya?" Tiba-tiba raut si pria berubah mencurigakan. Dia menyeringai sambil mengangguk entah disebabkan apa. "Jika bersedia memberiku satu, kamu tidak akan menderita sendirian nantinya."
"Apa maksudmu?!"
Kalian harus tahu bahwa Sasuke menghindari pandangnya dari pria pemaksa yang hendak merebut muffin kesukaannya, dia memunggungi si lelaki.
"Muffin itu sangat lezat dengan potongan apel di dalam adonannya. Lalu, ketika digigit maka lelehan karamel yang manis akan memanjakan lidah." Hanya Sasuke yang tahu betapa hasratnya begitu kuat untuk melahap muffin menggiurkan itu. Sayangnya, tidak setelah pernyataan si pria selanjutnya total menarik seutuhnya nafsu tadi. "Tetapi, bayangkan seberapa besar jumlah kalorinya, gula darah, kolesterol dan--"
"Cukup!" Sasuke membentak geram, tidak mengetahui si pria berjas tengah menertawainya di belakang. Sejemang dia berbalik, waktu di sekitar mereka turut pula seolah melambat. Mata ketemu mata, memancarkan pesona dan rasa penasaran kepada satu sama lain. Dan Sasuke menyadari sesuatu terjadi di rongga dadanya. Dia menunduk sipu, menyelipkan rambut dengan jemari yang menganggur. Tampan, batinnya. Garis-garis di wajahnya kelihatan begitu pas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smitten
RomanceSasuke Uchiha ingin bertemu dengan lelaki yang langsung nekat mengajaknya menikah di pertemuan pertama. Namun, sayang harapannya bagaikan menimba air di padang Oasis, kering. Warning! Narufemsasu