"Yura seriusan taruhan dua motor sekaligus?"tanya Arabella tidak percaya.
"Iya, ini menarik. Gua yakin Sheila gak bakal bisa luluhin cowok satu ini."
"Oke. Deal!"ucap Sheila dengan mantap.
"Ngeremehin gua lu, Yur."
Yura mendekatkan wajahnya kepada Sheila"Kita liat, sampai lu tau siapa targetnya."
"Memang siapa targetnya?"tanya Sheila menatap Tania.
"Bentar lagi juga lewat."tidak lama kemudian seorang pria dengan mata sayu dan rambut hitam gelapnya itu, berjalan ke arah luar Cafetaria melewati samping meja Sheila dan teman-temannya.
"Dia!"Tania menunjuk ke arah Nathan yang baru saja melewati meja mereka.
"Nathan?"
Arabella menganggukkan kepalanya"Iya."
"Nathan dari jurusan Manajemen dan Bisnis, sama-sama player kaya lu."jelas Tania.
"Gimana?"tanya Yura masih dengan senyumannya.
"Pantasan lu pada berani taruhan besar sama gua. Ternyata targetnya Nathan."
"Boleh juga, kalau dia mah gampang aja."
"Buktiin."ujar Yura.
"Kalau lu kalah semua motor dan mobil lu, jadi milik kita."Tania tersenyum lebar saat melihat wajah terkejut Sheila.
"Lu sudah sepakat sama kita, jadi gak bisa dibatalin."
"Siapa juga yang bilang mau batalin. Oke, kalau itu mau kalian. Gak ada yang mustahil buat gua."ucap Sheila, meremehkan tantangan dari ketiga sahabatnya.
***
"Sheila, kapan pulangnya?"
"Sebentar lagi balik, Mom. Tadi Sheila ada kelas tambahan."ucap Sheila pada Leanor dari sambungan telepon.
"Ya udah. Kalau begitu hati hati di jalan ya."
"Iya, Mom. See you."Sheila mematikan sambungan teleponnya, ia terdiam menatap sosok Nathan yang terlihat berjalan menuju parkiran outdoor.
Dengan berjalan pelan Sheila mengikuti langkah Nathan. Dilihatnya Nathan yang hendak pulang dengan motor sport hitamnya.
Tiba-tiba Sheila tersenyum saat sebuah rencana terlintas di otaknya.Tanpa pikir panjang lagi, Sheila berjalan menghampiri Nathan"Lu Nathan kan?"
"Yes, babe."
Belum apa-apa sudah manggil 'babe' aja nih anak.
"Kenalin,"Sheila memberikan tangannya bermaksud untuk berjabat tangan dengan Nathan"Gua Sheila dari jurusan Seni."
Nathan sempat terdiam menatap tangan dan wajah Sheila secara bergantian. Sebelum akhirnya ia memegang tangan Sheila.
Namun bukan sebuah jabatan tangan yang Sheila dapat. Melainkan sebuah kecupan di tangannya. Nathan mengecup punggung tangannya seraya tersenyum, membuat Sheila terkejut.
Sebenarnya Sheila sudah terbiasa diperlakukan seperti itu oleh pacar-pacarnya. Namun untuk Nathan, Sheila tidak mengira.
Sheila lupa jika Nathan adalah seorang playboy. Melakukan hal seperti tadi pasti sudah biasa bagi Nathan.
"Gua boleh nebeng sama lu gak?"tanya Sheila.
"Boleh, anything for you."jawab Nathan seraya memberikan helm untuk Sheila.
Semudah ini dekatin si Nathan?
Kalau semudah ini, jadinya ngebosenin.
"Lu memang biasa bawa dua helm?"tanya Sheila seraya memakai helm dari Nathan.
"Iya. Alamat rumah lu dimana?"
Sheila terdiam.
Mampus.
Kalau gua kasih tau alamat rumah gua yang asli, yang ada gua bisa ketahuan.
"Jalan aja dulu, nanti gua tunjukkin."kata Sheila pada Nathan. Seraya memikirkan kemana ia harus membawa Nathan.
"Oke."balas Nathan sebelum menutup kaca helm full facenya dan menyalakan mesin motornya.
***
Dari semua rencana yang ada di otak Sheila, membawa Nathan untuk berjalan-jalan di Mall mungkin tidak buruk.
Seharusnya Nathan merasa bangga, karena secara tidak langsung Sheila mengajaknya untuk ngedate.
"Mampir dulu gak papa kan? Soalnya ada yang mau gua beli."ucap Sheila seraya turun dari motor Nathan.
"Yang lu cari di minimarket gak ada?"tanya Nathan.
Nathan yang sebelumnya menanyakan alamat Sheila untuk mengantarkannya pulang. Malah berakhir dimintai tolong oleh Sheila untuk menemaninya ke Mall, membuat Nathan heran.
"Gak ada. Disini lebih lengkap."
Sheila mengerutkan dahinya saat melihat Nathan yang masih betah duduk di atas motornya.
"Nathan.. Sebentar aja kok."
"Oke."ucap Nathan yang akhirnya turun dari motornya.
"Lu sudah ada janji sama orang lain?"
Nathan menganggukkan kepalanya"Jam sepuluh."
Pasti janjian sama cewek-ceweknya itu.
Sheila melihat jarum arlojinya"Ini baru setengah sembilan, masih ada satu setengah jam lagi."
"Lu mau nyari apa?"tanya Nathan menghiraukan perkataan Sheila.
"Papa gua nitip skop kecil buat tanaman hiasnya. Papa gua hobby banget nanamin tanaman hias."bohong Sheila, nyatanya Papa Sheila lebih menyukai tumpukan kertas di atas meja kerjanya.
Untuk keluar dari ruang kerjanya saja harus Leanor mamanya yang membujuknya. Bagaimana bisa papanya menyukai tanaman hias, bahkan menyiram tanaman di pekarangan rumahnya saja ia tidak pernah.
"Ikuti gua."ucap Nathan berjalan di depan Sheila, untuk menunjukkan store yang menjual barang yang Sheila cari.
---
Hallo guys! Terima kasih banyak buat kakak-kakak aku yang masih setia nunggu kelanjutan dari cerita Playgirl Vs Playboy ini.
Terima kasih banyak juga sudah mau baca cerita author yang abal-abal ini.
Seperti yang saya katakan di video tiktok saya, cerita ini tetap lanjut kok cuma terkendala waktu dan mood😂
Sekali lagi author minta vote dan commentnya, satu vote dari kalian bisa buat author semangat buat lanjutin ceritanya❤️
Oh, iya. Author bakal double update.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playgirl Vs Playboy
Genç KurguSheila Laurencia Admaja Gadis cantik dari jurusan seni, seorang playgirl yang mampu membuat pria manapun takluk kepadanya. Dengan pesonanya Sheila mampu membuat para pria mengejar-ngejarnya, berharap bisa mendapatkan hati Sheila. Nathaniel Azazz...