4 - Ngedate?

953 58 12
                                    

"Ikuti gua."ucap Nathan berjalan di depan Sheila, untuk menunjukkan store yang menjual barang yang Sheila cari.

Nathan yang berjalan di depan Sheila, membuat Sheila menatap tubuh tegap Nathan dari belakang.

Dilihatnya bahu lebar Nathan yang tertutupi jaket kulit, rambut hitam legam yang terlihat lebat, dan kulitnya yang terlihat putih saat terkena cahaya lampu. Bahkan aroma parfum Nathan tercium oleh Sheila, membuat Sheila tertarik.

Sheila penasaran aroma parfum apa yang Nathan pakai. Apa setelah ini ia harus menanyakannya kepada Nathan?

Sheila terus mengikuti langkah Nathan dari belakang, seraya menatap setiap inchi tubuh Nathan.

Sebenarnya hal apa yang ada pada diri Nathan, yang mampu membuat para gadis menyukainya?

Dari semua pria yang pernah Sheila pacari, Sheila rasa Nathan sama saja. Bahkan Nathan lebih mudah didekati dari pada pria lainnya.

Sheila terus menatap tubuh Nathan dari belakang, hingga tatapannya terhenti pada tengkuk Nathan.

Sheila melihat bekas luka yang berbentuk garis namun cukup lebar berada di tengkuk leher Nathan. Sheila yakin bekas luka itu memanjang hingga ke punggung Nathan namun tertutupi oleh bajunya.

"Sudah sampai."ucap Nathan.

Sheila mengaduh saat dahinya menabrak punggung tegap Nathan, Nathan yang tiba-tiba berhenti membuat Sheila tidak menyadarinya.

"Dahi lu gak papa?"tanya Nathan saat melihat wajah kesakitan Sheila.

"Gak papa."

Sheila menatap sebuah store di depan mereka. Store yang menjual berbagai macam perkakas rumah tangga ataupun peralatan lainnya.

"Gua tunggu disini,"ucap Nathan dan mulai berjalan menuju pojokan, namun dengan cepat Sheila menahannya.

"Gua mau di temanin, lu kan cowok pasti tau dong tentang skop yang gua cari. Kalau gua salah beli, gimana?"

"Oke. Lu mau nyari yang kaya mana?"tanya Nathan mulai berjalan memasuki store.

"Yang bisa buat nyekop tanah."jawab Sheila dengan asal.

"Maksud gua ukurannya."

"Yang kecil aja, kalau besar-besar nanti gua susah bawanya."

"Bahan apa?"

"Sembarang lu aja."

Nathan mengerutkan dahinya, menatap heran Sheila.

Sheila yang dititipkan amanat untuk membeli skop oleh papanya, tetapi mengapa malah gadis itu tidak tau menahu tentang skop yang papanya inginkan.

"Papa lu gak jelasin skop yang kaya mana yang dia mau?"

"Kata dia yang penting bisa buat nyekop tanah."jawaban Sheila membuat Nathan menggaruk kepalanya, bingung.

Nathan kembali berjalan, melangkahkan kakinya menuju deretan rak yang menyimpan alat yang mereka cari.

Dan Sheila terus melangkahkan di belakang Nathan, mengikuti kemana arah Nathan berjalan.

"Skop yang lu cari sudah dapat, kan?"

"Ayo, gua antar balik."

Sheila kembali menahan langkah Nathan"Tunggu."

"Barusan gua dapat chat dari mom-maksud gua, nyokap gua. Katanya dia nitip belanjaan di hipermarket. Lu mau kan nemanin gua?"

Nathan menatap jam tangannya"Pulangnya lu gua pesanin ojek online aja ya?"

"Bentar aja kok, Than."

"Gua janji."tambah Sheila.

"Oke."jawab Nathan terlihat mengalah.

"Lagian memang gak ada yang mau lu cari?"tanya Sheila pada Nathan.

Nathan yang ditanya seperti itu oleh Sheila, membuatnya teringat jika stok minuman dan camilan di apartemennya habis.

"Ada."

"Sini dong deketan. Masa dari tadi gua jalan di belakang lu mulu. Kaya anak ayam yang lagi ngikutin induknya aja."ujar Sheila menarik pergelangan tangan Nathan untuk mendekat padanya.

Sheila dan Nathan kembali berjalan menuju hipermarket, dengan tangan Sheila yang menggenggam pergelangan tangan Nathan. Nathan tidak masalah saat Sheila meminta berjalan berdekatan dengannya, ia sudah terbiasa seperti itu dengan pacar-pacarnya.

Dengan jarak sedekat ini mampu membuat Nathan mencium aroma bunga mawar yang menguar dari tubuh Sheila. Entah itu harum body wash yang biasa Sheila pakai atau harum parfum dari gadis itu, Nathan tidak tau.

"Nathan, lu mau nyari apa?"tanya Sheila yang tiba-tiba menatap Nathan. Membuat mata Nathan bertemu dengan netra coklat milik Sheila.

Bertatapan dengan Nathan tidak membuat Sheila salah tingkah sedikit pun, melainkan ia malah semakin mendekatkan wajahnya kepada Nathan.

"Iris mata lu warna hitam pekat ya?"tanya Sheila, menatap pupil mata Nathan dengan posisi wajah mereka yang hanya berjarak satu jengkal.

Seketika Nathan mengalihkan pandangannya, menatap hipermarket di depan mereka.

Membuat Sheila tersenyum geli, apa pria itu merasa salah tingkah?

Apakah Sheila mulai berhasil mengambil hati Nathan?

Seharusnya jika Nathan mudah didekati, semakin mudah pula untuk mengambil hatinya.

"Barang apa aja yang mau lu beli?"tanya Nathan kepada Sheila.

"Susu, telur, sama buah-buahan."jawab asal Sheila, nyatanya mamanya sama sekali tidak ada memintanya untuk berbelanja. Ini semua hanya rencana Sheila untuk mendekati Nathan.

"Apa mau nyari punya lu duluan?"tanya Sheila menawarkan.

"Lu duluan aja."

"Oke, kalau begitu."Sheila kembali menarik pergelangan tangan Nathan. Berjalan memasuki area store.

"Nathan lu suka buah nanas gak?"tanya Sheila seraya menyodorkan sebuah nanas lengkap dengan daun berduri diatasnya.

Namun respon Nathan selanjutnya membuat Sheila cengo. Pria itu melangkah mundur saat Sheila mendekatkan buah nanas padanya.

Merasa tidak percaya dengan apa yang ia pikirkan, Sheila kembali mendekatkan buah nanas itu kepada Nathan. Dan kembali membuat Nathan melangkah mundur.

"Lu kenapa ngejauh?"tanya Sheila kepada Nathan.

"Durinya tajam."ucap Nathan.

Sheila mengerutkan keningnya, Sheila rasa duri pada buah nanas tidak setajam hingga mampu membuat seseorang terluka. Mengapa respon Nathan seperti berlebihan?

"Nathan, durinya gak tajam. Kalau gak percaya coba lu pegang."Sheila kembali mendekatkan buah nanas ditangannya kepada Nathan.

Namun Nathan kembali melangkah menjauh dari Sheila. Membuat Sheila tertawa geli. Dari pada terlihat tidak suka, Nathan malah terlihat seperti takut kepada buah nanas.

"Gua gak suka nanas."ujar Nathan.

"Gak suka apa takut?"

"Gak suka."jawab Nathan, namun Sheila kembali mendekatkan buah nanas itu kepada Nathan.

Seketika membuat Nathan menatap kesal Sheila"Sheila."

"Iya-iya, gua cuma bercanda."kata Sheila seraya tertawa mengingat respon Nathan terhadap buah nanas.

---

Jangan lupa vote dan commentnya kakk❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Playgirl Vs Playboy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang