Sakana berjalan pelan sambil menunduk menemui Nageswara yang sudah menunggunya diparkiran. Ia mendatangi Nageswara setelah diberi banyak wejangan oleh Ziel sebelum temannya itu pulang lebih dulu.
Nageswara menatap bingung Sakana yang menunduk lebih dalam saat sudah berdiri didepannya.
"Lama."
Sakana menggigit bibir bawahnya. "Ma-maaf Kak Naga," cicitnya tanpa melihat Nageswara.
"Lihat mataku saat berbicara."
Sakana mengangkat kepalanya lalu mendongak menatap pemuda tinggi itu membuat Nageswara dapat melihat jelas bekas keunguan di pelipis serta sudut bibir Sakana.
Nageswara menatap anak itu datar. "Apa yang terjadi pada wajahmu?"
Sakana meremat jarinya dan Nageswara memperhatikan itu semua. "Ka-Kana jatuh, gak sengaja kepalanya kebentur," ujarnya terbata.
"Kau yakin?" Nageswara menatap mata sayu itu mengintimidasi.
Sakana mengangguk kaku. "Iya, Sakana jatuh di kamar mandi."
"Bohong."
Sakana hanya diam sembari menunduk. Bagaimana pun juga ia tak mau memberitahukan tentang kejadian tadi malam pada Nageswara. Ia hanya memberitahu pada Ziel membuat segala makian pemuda itu keluar.
"Masuk," titah Nageswara. Sakana mengangguk dan masuk kedalam mobil mahal Nageswara dengan cepat.
Dijalan Sakana hanya diam. Ia tak seberisik biasanya. Ia hanya sibuk menatap Nageswara seakan ingin mengatakan sesuatu namun ia ragu.
"Katakan saja." Nageswara menoleh sebentar lalu kembali fokus ke jalanan.
"Kakak Naga?"
"Hm?"
"Boleh nggak nanti pulangnya dipercepat?" tanya Sakana takut-takut.
Nageswara menatap lurus ke depan. Ia tau ada yang tidak beres pada anak itu. Ia pun menoleh lalu berkata, "Tidak."
Sakana menggigit bibirnya yang bergetar. Ia takut Paman dan Bibinya memukulnya lagi seperti yang sudah-sudah. Ia tak pernah terbiasa dengan pukulan-pukulan itu.
"Yaudah deh, gakpapa." Sakana tersenyum paksa.
Setelah sampai, Nageswara menyuruh Sakana untuk masuk terlebih dahulu dan menyiapkan makanan untuknya. Ia kemudian mengotak-atik ponselnya, mengubungi kepala bodyguard kepercayaan keluarganya.
"Aku ingin informasi lengkap tentang anak itu secepatnya, Javier."
Ia langsung memutus telpon setelah Javier menanggapi dari seberang sana. Nageswara berjalan masuk menuju apartemen miliknya.
Sakana mengeluarkan seluruh isi tasnya. Ia merutuki kebodohannya karena baru menyadari obatnya tertinggal di meja belajarnya. Ia kemudian memasukkan kembali buku-bukunya saat suara pintu terbuka terdengar.
Sakana sibuk dengan alat-alat masaknya di dapur. Tak lupa anak itu beberapa kali memanggil Nageswara untuk membantunya mengambil barang yang ada di lemari atas. Beruntung Nageswara tak marah.
Setelah semua dihidangkan dimeja makan, Sakana menyiapkan makanan untuk Nageswara. Pemuda tinggi itu menatap lamat wajah Sakana.
"Makan," titah Nageswara.
Sakana mengangguk lalu ikut duduk diseberang Nageswara. Ia pun makan dengan hikmat tak sadar bahwa Nageswara sedang menatap anak itu sembari tersenyum karena merasa gemas dengan pipi gembul yang semakin mengembang itu.
Nageswara beranjak menuju kulkas, mengambil susu coklat dan meletakkannya didepan Sakana. "Minum agar kau tidak pendek."
Sakana menatap Nageswara sengit. Ia kembali makan dan mengunyah dengan kesal. Nageswara terkekeh lantas ikut melanjutkan acara makannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAKANA
RandomATTENTION! Cerita ini mengandung unsur bxb/gay. ••• Sakana Kei Nalendra seorang laki-laki yang kelewat polos menjerumus bodoh. Sakana adalah murid baru di Brigantana high school. Suatu hari ia malah tak...