DIPANGKU KAK NAGA

2.4K 161 17
                                    

       Nageswara menatap datar Sakana yang kini sedang meringis saat punggungnya diobati oleh dokter Austin yang Nageswara hubungi untuk segera datang ke apartemennya.

"Sudah selesai tuan muda," lapor Austin seraya merapikan alat-alatnya. "Tapi mungkin dia akan kesulitan tidur karena tidak nyaman dengan posisi tidurnya tuan muda. Tidur tengkurap mungkin bisa membantu tapi saya lihat dia sedikit kesulitan bernapas itu sebabnya saya memasang nasal cannula."

Nageswara hanya menganggukkan kepalanya. Ia tetap fokus pada Sakana yang duduk diatas ranjang dengan mata menatap sayu dirinya.

"Kau boleh kembali, Austin."

"Baik tuan muda." Austin pun segera berlalu dari sana.

Sakana menatap Nageswara memelas. Ia sudah berulangkali bergerak mencari posisi tidur yang nyaman tapi rasanya semua tubuhnya sakit. Ia kembali duduk menahan perih dipunggung yang sudah dililit kain kasa.

"Kakak Naga," cicit Sakana.

Nageswara berdehem membuat Sakana terisak pelan. Nageswara mendekat kemudian duduk bersandar di kepala ranjang. Tanpa aba-aba, dengan mudahnya ia mengangkat tubuh kecil Sakana dan didudukkan di pangkuannya menghadap dada.

Sakana sedikit terkejut lalu menatap Nageswara yang juga sedang menunduk menatap matanya.

"Tidur." Nageswara menyandarkan kepala Sakana ke dadanya. Pemuda polos itu hanya menurut sambil memejamkan matanya.

Beberapa menit berlalu tapi Sakana sepertinya tak bisa tidur akibat rasa sakit dipunggunya. Ia lalu mendongak melihat wajah tegas Nageswara.

"Kak Naga?" panggil Sakana.

Nageswara menunduk. "Kenapa belum tidur?"

"Punggung Kana sakit, Kana gak bisa tidur," ujarnya jujur. "Paman sama bibi, dibawa kemana tadi?" lanjutnya bertanya.

Nageswara menatap Sakana datar. "Tidak perlu menanyakan tentang mereka lagi. Rumah itu juga sudah ku hancurkan."

Kedua netra bulat Sakana mulai berkaca-kaca. "Nanti Sakana pulang kemana dong? Sakana gak punya tempat tinggal selain rumah paman dan bibi."

"Mulai sekarang, kau akan tinggal denganku di mansion," kata Nageswara.

Sakana mengentikan tangisnya lalu menatap Nageswara bingung. "Maksudnya?"

"Bodoh!"

Sakana mengerucutkan bibir kecilnya yang masih pucat. Sepertinya Nageswara sangat suka mengatainya. Dan ia harus terima karena takut dipotong oleh Nageswara.

"Galak," cicit Sakana.

"Kau akan tinggal di mansion milikku. Mengerti, pendek?"

Sakana pun mengangguk beberapa kali. "Eh tapi, Kana takut," ucapnya.

"Kenapa?"

"Serem tau Kakak, gimana kalo nanti Kak Naga potong leher Kana?" Sakana bergidik ngerti tanpa sadar meremat kaos hitam Nageswara tepat didada.

Nageswara terkekeh. Ia menyentil kening anak itu membuat Sakana kembali memanyunkan bibirnya.

"Jangan berpikir hal aneh bocah! Aku punya banyak tahanan untuk disiksa. Kau terlalu pendek untuk dijadikan sasaran," kata Nageswara mengusap pinggang Sakana.

Sakana menggerutu tak jelas. Nageswara hanya tersenyum melihat tingkah remaja kecil dipangkuan nya. Pelukannya dipinggang Sakana semakin erat.

"Kakak Naga?"

"Hm?"

"Kenapa ya paman sama bibi jahat sama Kana?" tanya Sakana seraya memainkan rahang Nageswara.

Nageswara hanya diam fokus menatap wajah sendu Sakana. Ia lalu mengusap pelan pipi gembul milik Sakana.

NAKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang