Sekedar Lewat

3 0 0
                                    

Vote seikhlasnya yaa. Terimakasih dan selamat membaca.

Sampai beberapa hari aku masih chatting sama Lana.. Kadang sesekali aja dia balas chat. Bahkan pernah 24 jam dia nggak online. Mungkin terlalu sibuk sama jadwalnya. Tetap be positive besti😅. Aku juga nggak peduli-peduli amat. Toh aku udah mantapin hati buat nggak terlalu berharap sama manusia. Masalah hati jangan main-main bree. Takutnya sekali kegores sembuhnya bakal lama. Itu sih kata aku pribadi ya, hehe

Nggak jarang dia mihta ketemuan langsung. Minimal sekali sebelum dia mutusin buat ketemu sama orang tuaku. Tapi aku lagi nggak ada waktu. Sibuk sama rutinitasku ditambah hsri pernikahan sohibku yang makin dekat.

Makin hari aku makin tahu soal Lana. Masih sebatas dari chatting tentunya. Di situ kami ngobrolin hal-hal penting yang menyangkut kepribadian sendiri. Itung-itung saling kenalin diri.

Namanya Maulana. Umur 25 tahun. Oke satu tahun lebih tua dari umurku. Semoga aja sifatnya bisa lebih dewasa. Tinggal di wilayah atas tapi bukan kayhyangan ya, solnya dia bukan dewa. Hehe. Tiga bersaudara, dia anak pertama. Adiknya dua dan cewek semua. Kayaknya dekat sama ibunya soalnya sering bikin status tertuju buat ibunya. Belum punya perkerjaan tetap alias masih serabutan. Katanya terakhir kerja kemarin di Jakarta jadi buruh bangunan. Buatku nggak masalah si. Selagi masih mau usaha buat kerja itu lebih baik daripada nganggur tapi gengsi mau kerja. Dih bakal nyebelin banget orang begitu tuh.

Suatu hari dia minta fotoku. Aku nolak, rasanya kurang baik aja kasih foto ke orang asing. Di sini tujuanku juga ngejaga dia kan? Minimal aku jangan jadi penyebab dia gagal ngejaga pandangannya. Tapi dia bilang ibunya yang pingin lihat fotoku. Ya udah aku kirim beberapa yang keliatan natural biar nggak bohong-bohong amat. Takutnya kalo dikirimin yang full filter bisa-bisa ekspektasinya ketinggian. Mengingat dia bilang nggak lihat aku di majelisan. Aku pakai fitur sekali lihat. Masih takut kalau-kalau Lana nggak langsung hapus fotonya.

Nggak sengaja aku lihat status terbarunya Lana,"Kok kaya fotoku sih?" Aku baru liat dari luarnya aja. Lanjut aku tap statusnya Lana dan beneran aja itu fotoku. Nggak tahu gimana caranya bisa diambil gitu, padahal udah pakai fitur sekali lihat. Tapi emang ada sih yang bilang kalau bisa diambil, pakai fitur atau aplikasi apa lah aku nggak paham.

"Tahu gitu nggak usah aku kirim, deh. Kok ngeselin sih. Mana nggak disensor sama sekali," aku ngomel sendiri. Merutuki kelakuanku sendiri. Lah terus ini gimana dong? Risih banget diginiin. Aku langsung geser layar buat komentar.

My self
Hapus mas

Maulana
Knp?

My self
Kurang baik

Maulana
Nggih

My self
Tlng dihapus ya

Statusnya udah dihapus. Tapi nggak tahu gimana nasib fotoku yang masih di hp-nya. Semoga si dihapus juga. Rasanya nggak pantes banget sampai ke situ. Bikin-bikin status segala. Kenal aja belum lama. Ketemu aja belum, kelanjutannya aja belum jelas.

***

Pagi-pagi dia nanyain soal kerjaanku. Aku bilang kalau kerja di salah satu toko di pasar induk. Dan secara kebetulan Lana juga lagi di dekat situ. Lana ngajak ketemuan tapi aku tolak soalnya masih jam kerja. Aku saranin aja kalau mau lihat aku tinggal lewat depan toko aja ntar juga kelihatan.

Lana nurut sama saranku. Dia lewat depan toko. Jalan kaki. Tapi sekilas doang. Terus akhirnya balik lagi, berhenti di parkiran sambil ngelihat ke arahku. Aku sih sebenarnya udah liat semenjak dia lewat sekilas tadi. Terus sekarang aku pura-pura nggak ngelihatin dia. Cuma sesekali ngelirik bentar, mastiin dia masih di parkiran apa udah pergi.

Maulana
Liat aku?

My self
Iya liat mas

Maulana
Kamu cantik

My self
Iya lah cantik, kan cewek😂

Maulana
Iyh

Sengaja balas bercanda. Malas banget kalau harus baper cuma gara-gara pujian. Toh aku nggak tahu dia takdirku apa bukan. Jadi nggak perlu terlalu baper. Inget kata Mala,"Kalau belum halal mentok kasih 5% aja. Bertahap sesuai takarannya. Jangan langsung disemuain,"

Benar sih yang dibilang Mala. Buat jaga-jaga juga seandainya itu orang menghilang dari hidupku atau bahkan dari peradaban, hehe alay yah. Seenggaknya aku nggak kehilangan seluruh hati ini kan? Cielah. Aku juga ogah ngulang masa lalu. Terlalu menaruh harapan sama makhluk yang disebut : manusia. Berujung kesakithatian karena nggak semua harapanku bisa terwujud. Emang udah paling benar deh berharap sama Allah aja. Anti PHP deh dijamin, asal istiqomah.


Habis kejadian itu, aku ngerasa Lana coba pdkt. Sering chat dan nanyain udah ini itu apa belum. Seketika jiwa nggak suka diaturku berontak. Nggak suka ditanya "lagi apa?" atau "udah blablabla belum?". Menurutku itu terlalu basa-basi. Aku lebih respect buat ngebahas hal-hal yang lebih penting dari itu. Misal nanyain soal orang tua atau kondisi apa yang lagi aku rasain. Aku berusaha ngejelasin ke dia soal ketidaknyamananku itu. Tapi dia masih mengulangi terus dan jawabanku masih sama, aku ngejelasin kalau aku nggak nyaman.

Lana masih berusaha nanyain kapan bisa ketemu. Aku jelasin kalau aku masih sibuk. Kebetulan Nesty lagi dirawat di rumah sakit. Jadi aku sering ke sana sepulang kerja. Terlebih lagi ibuku masih nginap di rumah Bulik Wima, jadi aku nggak mau kesempatan buat cerita soal Lana ini jadi sia-sia. Ibu emang tinggal sama bapak di kabupaten lain. Sesekali aku ke sana buat nengokin.

Aku bilang kalau bisa ketemu bulan depan. Itu pun sepulang kerja. Soalnya liburku udah aku ambil sekaligus waktu acara nikahan sohibku, Sanum. Lana setuju dan bilang mau nunggu. Habis itu dia sama sekali nggak chat apapun ke aku.

"Kayaknya dia tipe yang bener-bener mau nunggu ya," aku bilang ke Okta.

"Hmmm bisa jadi. Emang kenapa?" Tanyanya.

"Dia nggak chat sama sekali seharian ini," jawabku.


Sekian dari author untuk chapter ini. Semoga hari kalian menyenangkan. Salam aksara😉

Yang Lebih MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang