"Aku memintamu untuk menyimpan kedua tangan kotor itu dengan baik," ujar Drake dengan wajah datar tanpa sedikit seulas senyuman.
"Kenapa! Apa yang salah dengan tanganku!" Bert menantang Drake dengan tatapannya.
Drake melihat ke arah Agatha yang masih terlihat jelas tatapan ketakutan, buku- buku jemari lentik itu tak berhenti meremas pakaiannya. Sialan! Pria di depannya ini membuat Drake ingin membantainya dan menghantam kepalanya hingga pecah.
Drake berjalan mendekati Agatha. Drake ingin sekali membawa tubuh kecil itu kedalam pelukannya, tetapi Drake tak ingin membuat wanitanya tak nyaman.
"Nona. Sebaiknya anda pulang mengunakan taksi, maafkan sekali lagi. Aku dan pria anda harus menyelesaikan masalah ini," jelas Drake dengan menatap dua manik mata Agatha yang begitu manis dan terpancar jelas ketakutan yang masih tersisa disana.
"Tidak. Dia bukan pacarku," sambung Agatha mencekam erat lengan kemeja Drake.
Drake terkejut, apa Agatha mengingatnya? Drake menunggu ucapan Agatha tetapi sepertinya itu hanya reaksi biasa. Agatha tak mengingatnya tetapi Drake akan selalu mengingat Agatha di dalam hidupnya.
Drake segera menghentikan taksi dan membuka pintu untuk Agatha. Agatha masih terlihat ketakutan, tetapi Drake menenangkan Agatha dengan membawa jamari kecil itu dalam genggamannya.
"Istirahatlah, aku akan menyelesaikan masalah ini." Drake menyakinkan Agatha dengan ucapannya.
Setelah memastikan taksi yang membawa Agatha pergi dengan aman. Drake kembali memutar tubuhnya, kali ini tak ada pengampunan untuk seseorang yang membuat wanitanya ketakutan.
Drake dengan cepat menghantam wajah pria itu dengan sekali pukulan. Tubuh Bert mundur dan hampir terjatuh, tetapi sekali lagi Drake kembali memukulnya tepat pada rahangnya. Tak akan Drake biarkan pria keparat ini membalas dirinya sebelum ia merasa puas!
"Kau! Berani sekali memukul wajah tampanku!" teriak Bert yang merasa geram ingin membalas Drake dengan hal yang sama.
Drake dengan cepat menangkap kepalan tangan Bert dan memutarnya hingga terdengar bunyi patahan. Drake menendang perutnya membuat tubuhnya terbaring di atas aspal, berkali- kali ia menendang perut Bert. Drake menunduk mencekam rahang pria itu yang masih bisa menatapnya dengan arogan.
"Sudah aku katakan untuk menjaga tanganmu. Wanita yang kau sentuh itu milikku, aku tak menyukai tangan kotor pria bajingan menyentuhnya." Drake tersenyum smirk.
Senyum yang hampir tak menyentuh lengkungan itulah yang menjadi tanda perpisahan yang manis bagi Drake Frederick. Drake mengeluarkan pistol dari balik jasnya menembak tepat pada kepala Bert, darah segar langsung menyembur keluar bersama potongan kecil daging yang hancur bersama timah panas Drake yang bersarang di kepalanya.
Drake tertawa kecil. Ia menelpon seseorang bawahnya untuk membersihkan kekacauan ini, karena bagi Drake ketika ia turun tangan maka, hal itu hanya untu Agatha Connor.
***
Agatha turun dari taksi dengan perasan yang sudah jauh lebih baik. Tangan Agatha mengambil beberapa lembar uang dari dalam dompetnya, saat ia ingin membayar supir taksi menolaknya."Tidak perlu Nona. Taksi ini sudah di bayar," jelas supir taksi kepada Agatha.
"Siapa yang membayar?" ulang Agatha yang bingung.
"Tuan Drake," balas supir taksi yang berpamitan saat Agatha masih penasaran.
Agatha masuk ke dalam apartemennya dengan perasan kosong. Apa yang terjadi padanya sungguh membuat ia merasakan ketakutan saat sendiri, baru saja ia mencoba untuk bersikap baik. Tetapi yang dirinya terima justru hampir membahayakan dirinya. Apakah tak ada keberuntungan sama sekali di dalam hidupnya? Kenapa sampai detik ini hanya masalah yang terus datang.
"Hiduplah terus Agatha. Dengan bertahan hidup sejauh ini, sudah menjadi salah satu anugrah yang harus kau syukuri," ucap Agatha menyemangati dirinya saat melepaskan semua pakaian kotor yang melekat pada tubuhnya.
Setelah menyelesaikan mandi, Agatha bergerak menuju pantry mengambil beberapa bahan masakan. Agatha jarang menikmati makanan di luar bahkan hanya beberapa kali dalam sebulan ia melakukannya, bagi Agatha uang yang di habiskan hanya untuk menikmati makan enak akan membuat boros. Lebih baik ia memasak makanan sendiri yang membuat pengeluaran jauh lebih hebat.
Bersenandung kecil sembari membuka televisi juga tidak terlalu buruk. Setidaknya Agatha tidak merasakan terlalu keheningan dan rasa sepi, matanya mulai berfokus mencuci sayur- sayuran di wastafel. Telinganya terus mendengarkan infomasi berita dari televisi.
'Selamat sore kami ingin memberitahukan penemuan mayat seorang pria muda, yang terbunuh dengan tragis. Dengan kepala yang tertembak dan beberapa luka memar yang terdapat pada wajah dan perutnya'
Agatha menghentikan aktivitasnya, ia menoleh dan memperhatikan layar televisi. Wajah mayat pria yang di blur membuat Agatha shock, ia membungkam mulutnya saat mengenali kemeja biru muda yang menjadi pakaian terakhir Bert saat bersamanya. Kaki Agatha terasa lemas, ia masih tak percaya dengan berita di lihat.
Sedangkan disisi lain Drake sedang berada di ruang pribadinya dengan segelas whiskey. Menonton pergerakan Agatha di dalam rumahnya, Drake yakin Agatha pasti shock melihat berita kematian pria bernama Bert itu. Tapi Drake sudah menyelesaikan semuanya, Drake pastikan tak ada satupun bukti yang menunjukan bahwa dirinya yang melakukan pembunuhan itu.
"Dia pasti sangat ketakutan sekarang," gumam Drake membetulkan letakan kacamata bacanya.
Mata Drake menatap ke arah jepit kupu- kupu yang selalu ia letakan di atas meja kerjanya. Jari telunjuk Drake mengusap dengan perlahan jepit rambut yang pemberian Agatha, andai ia bisa menyentuh Agatha selembut ini.
"Kapan kita akan bertemu lagi dalam sebuah kebetulan Agatha?" ucap Drake kembali teringat tatapan ketakutan Agatha yang mencekam lengan kemejanya.
Drake bahkan mengingat dengan jelas harum parfum coklat yang begitu manis. Serta halus permukaan tangan Agatha, Drake seperti merasakan kesucian, sedangkan dirinya sudah seperti sebuah kertas yang penuh akan dosa.
Drake mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangannya. Menarik napasnya dan mencoba memejamkan matanya, membayangkan Agatha berada di depannya. Membelai dan menenangkan Drake saat iblis di dalam dirinya menguasai dirinya sepenuhnya.
"Argh! Aku tidak bisa menunggu lebih lama," sambung Drake memukul meja dengan kencang dengan frustasi.
Dalam waktu dekat Drake akan membuat dirinya kembali bertemu dengan Agatha secara tidak sengaja. Dan mulai saat itu juga, Drake akan pastikan bahwa ia dan Agatha akan saling mengenal jauh.
"Agatha tunggulah sebentar lagi sayang," monolog Drake dengan seulas senyum yang membingkai wajahnya.
"Tidak ada yang dapat memiliki jiwa dan ragamu. Selain aku, Drake Frederick!"
Drake bangun dari kursi kerjanya. Ia berjalan menuju dinding yang terdapat rak buku. Tangan Drake menekan sebuah tombol yang membuat pintu bergeser, ruangan kerjanya terhubung langsung dengan kamar pribadinya.
Disana Drake memiliki lukisan Agatha yang berukuran besar, dalam balutan pakaian yang amat sexy bak seorang Dewi Yunani. Hanya Drake yang menikmati lukisan Agatha setiap malam dalam tidurnya, ia selalu membayangkan hal panas yang tak terduga bersama Agatha Cannon.
"Seni yang indah dan mengairahkan__"
*****
Mami back🤟 Huaaa gimana nih part ini belum terlalu anu yah. Jangan lupa vote sebagi tanda menghargai, serta komen. Visualnya udah tau belom siapa?
![](https://img.wattpad.com/cover/346570590-288-k211880.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐀𝐍𝐆𝐄𝐑𝐎𝐔𝐒𝐋𝐘 (𝐄𝐱𝐩𝐥𝐢𝐜𝐢𝐭)
RomanceAgatha selalu mendapatkan hadiah dari pria yang tak ia kenali selama 3 tahun belakangan ini. Percintaan tak pernah berjalan mulus kekasihnya selalu pergi dengan ketakutan, Agatha tak tau apa yang terjadi yang ia ingat di dalam surat yang selalu di l...