Waktunya memang tidak lama. Tapi bahagianya, akan selalu teringat selamanya.
17 Agustus, dua tahun lalu.
Seorang laki-laki menyeruak di antara keramaian yang tercipta di lapangan. Matanya menangkap pemuda bertubuh agak gembul di sana. "Kak Bin, lihat Kak Gege nggak, ya?" Tanyanya begitu sampai di hadapan si pemuda gembul itu.
"Gege? Eh, nggak nih. Maaf, ya." Ucap pemuda tersebut menjawab pertanyaan laki-laki di depannya yang kini menghembuskan nafas pelan. Dengan memaksakan senyumnya, ia berterima kasih dan meninggalkan lapangan yang semakin ramai.
Seperti sudah tradisi bahwa setelah upacara Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus, para alumni SMP Aksara Sakti akan berkunjung. Tahun ini adalah tahun pertama Gelangga menjadi alumni di SMP Aksara Sakti. Teman-teman seangkatan Gelangga, berdatangan dengan memakai seragam putih abu-abu. Beberapa ada yang memakai tambahan atribut SMA mereka, seperti almamater contohnya.
Namun, sedari tadi Janesta tidak menemukan sosok Gelangga. Padahal, biasanya cowok itu akan bersama Soobin—kakak kelas yang tadi Janest tanyai soal keberadaan Gelangga.
"Terus gimana, Nest? Masih mau lanjut cari atau pulang aja?" Tanya seseorang yang kini berjalan di samping Janest, menatap sahabatnya tersebut dengan iba karena sahabatnya tak juga kunjung menemukan keberadaan laki-laki yang menjadi idola Janest.
Janest hanya diam menanggapi pertanyaan Juan—sahabat Janest yang sedari tadi menemaninya mencari keberadaan Gelangga. Detik selanjutnya, ia mengangkat kedua bahu tak bersemangat.
"Ya udah deh, pulang aja. Mungkin belum takdirnya ketemu Kak Gege hari ini."
"Beneran nggak papa?" Tanya Juan memastikan.
Janest mengangguk. Mungkin memang seharusnya dari awal ia tidak melakukan ide nekat yang tiba-tiba ada di pikirannya. Menghampiri Gelangga dan mengajaknya berfoto? Sepertinya, Janest harus mengubur keinginannya yang satu itu.
Dengan langkah lemas, Janest berjalan menyusuri koridor. Angan-angannya bisa melihat figur dirinya dan Gelangga berada dalam satu frame yang sama tidak bisa terwujud hari ini. Entah kapan semesta akan memberinya kesempatan untuk sebentar saja mendapat kenangan yang bahagia bersama Gelangga.
"Janest lihat, Nest! Itu, itu!"
Janest sontak mendongak dan menengok ke kanan dan kiri gelagapan. Tersentak karena Juan menggoncangkan tubuhnya terlalu bersemangat.
"Kenapa, sih, Ju? Apa? Ada apa? Ngagetin ih!" Omel Janest kesal.
Juan berdecak. la merapatkan tubuhnya ke samping Janest. "Nest, ada Kak Gege itu," bisik Juan berusaha menahan pekikan agar tidak kelepasan lagi. Karena sekarang, cukup banyak pasang mata yang menatap mereka. Janest menajamkan pandangannya mengikuti jari telunjuk Juan. Benar saja, sosok Gelangga ada di sana. Dalam balutan almamater berwarna abu-abu tua, membuat cowok itu semakin memesona.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambivalen {Sungjake}
Teen FictionDalam hidupnya, hari dimana ia mendapat kenangan bahagia bersama Gelangga, adalah hari yang paling menyenangkan. Walau potongan memori itu sudah tidak tersisa lagi pada Gelangga, Janest tetap menjaganya baik-baik dalam ingatan. Tidak dibiarkan siapa...