01 - Jam Tangan

32 11 0
                                    

     Alina dan Nadis dua gadis yang bersahabat sejak masuk SMA itu sudah sangat dekat seperti saudara bahkan keduanya tahu asal usul keluarga masing-masing. Nadis berasal dari keluarga berada ibunya mantan model yang cukup terkenal pada masa nya dan ayahnya pemilik percetakan majalah besar yang jarang pulang ke Indonesia karena punya cabang di negara lain, ia anak semata wayang yang sangat dimanja oleh orang tuanya.

     Sedangkan Alina berasal dari keluarga sederhana ibunya bekerja di sebuah toko roti yang cukup terkenal juga di daerahnya. Alina tidak pernah mengenali siapa ayahnya dari kecil ibunya selalu bilang ayahnya telah meninggal dunia saat Alina masih bayi bahkan tidak ada satupun foto ayahnya di rumahnya. Alina juga dituntut untuk mencari uang tambahan membantu ibunya sejak ia masih SMP.

     Beruntung bagi Alina mendapatkan sahabat seperti Nadis yang pengertian dan tulus ia kerap membantu Alina saat sedang kesusahan bahkan biaya kuliahnya pun dibantu setengahnya oleh Nadis.

"Na dikit lagi istirahat, kamu mau makan apa?" Tanya Nadis.

"Apa ya yang enak. Bosen nih di kantin itu itu aja"

"Hmm gimana kalo kita pesen online aja dari sekarang jadi nanti pas datengnya langsung makan"

"Heh itu dosen masih ngomong didepan" Alina melotot ke Nadis

"Halah gak akan ketahuan kok ayo kamu mau makan apa?" Kekeh Nadis.

"Yaudah ayam geprek sambal matah aja satu minumnya es greentea"

     Selesai pesan makanan bel istirahat berbunyi, mereka langsung keluar ruangan menuju taman kampus sambil menunggu orderan makanannya datang. Ternyata saat mereka sampai di taman sudah ada kurir makanan yang menunggu di dekat jalan masuk taman. "Mas ini pesanan Nadis bukan?" Tanya Nadis ke kurir itu.

"Oh iyaa kak ini pesanan Nadis, ayam geprek sambal matah satu, ayam crispy pedas satu, es kopi susu, dan es greentea ya kak" kata kurir makanan.

"Iyaa mas betul banget hehe. Ini pembayaran nya udah di aplikasi ya mas makasiih mas" kata Nadis sambil mengambil plastik putih makanannya.

     Nadis dan Alina langsung mencari lahan taman yang kosong untuk mereka duduk dan makan bersama. Banyak mahasiswa lain di taman ini kebanyakan adalah mahasiswa jurusan seni dan mahasiswa abadi yang setiap hari selalu memenuhi taman, berbeda dengan mahasiswa bisnis digital -jurusan Nadis dan Alina- yang jarang berada di taman. Entah kemana mereka pergi saat kelas selesai hanya Alina dan Nadis yang selalu ke taman jika bosan ke kantin.

"Enak gak sambal matah Na?" Tanya Nadis.

"Enak banget kamu mau coba nih" mereka mengobrol sambil makan.

"Gak mau ah sambal nya kaya mentah gitu keliatannya di iris doang itu gak di ulek kan"

"Iya emang ngga tapi kamu harus coba pasti ketagihan" kata Alina meyakinkan.

"Terimakasih" jawab Nadis menolak dengan senyum yang dibuat buat. Hening sejenak lalu Alina mulai berbicara lagi.

"Dis kita kan sahabatan udah lama nih dari SMA berapa tahun tuh tapi kok aku belum pernah lihat papa kamu. Tiap kerumah kamu dia selalu gak ada dirumah, kalo aku nginep juga dia gak ada"

"Oh itu mah jangan heran gimana sih kan dia sibuk di luar negeri ngurus ini itu-ini itu nya jadi jarang pulang palingan pulang setahun sekali atau sebulan sekali" jawab Nadis menjelaskan.

"Ini itu-ini itu apaan maksudnya istri muda? Hahaha"

"Sembarangan istri muda dari mana, papa aku tuh udah cinta mati sama mama, maksudnya itu percetakan majalahnya dia soalnya disana gak ada yang bisa bener ngurusnya"

Rahasia KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang