06 - First Kiss

33 8 0
                                    

     Sudah seminggu sejak first date, Alina tidak bisa berhenti memikirkan wajah Davin. Sangat indah baginya. Bagaimana sikapnya yang cuek tapi perhatian, caranya memegang tangan Alina saat di bioskop, nafasnya yang menyapu kulit Alina di bioskop, semua itu selalu terlintas di pikirannya. Sampai dikelas pun Alina masih senyum senyum sendiri.

"NA!" Bentak Nadis membuyarkan lamunan Alina.

"Hah ehh, apa, kenapa Dis"

"Kamu yang kenapa bengong sambil senyum-senyum. Kaya abis gajian aja"

"Gak kok. Aku gak bengong. Udah yuk ah fokus lagi.. ehh Dis dosennya mana"

"Tuh kan bengong, itu dosen udah keluar dari tadi aku panggil kamu tapi kamu gak nyaut. Mau pulang gak nih, kalo kamu mau nginep sendiri aja aku mau pulang bye"

"Ihh tungguin Dis" Alina membereskan bukunya dan mengejar Nadis.

     Seperti biasa mereka ke taman sebelum pulang, mengobrol dan bercanda sambil ngemil makanan ringan dan minum es kopi.

"Ceritain ke aku gimana date kalian waktu itu" Kata Nadis

"Ya begitulah makan, nonton abis itu langsung pulang"

"Hah gitu doang? Gak mungkin sih. Masa kaya gitu doang bisa bikin kamu senyum senyum terus sampe bengong kata tadi"

"Yaa emang kaya gitu Nadis, aku gak berani ngajak dia pergi duluan makanya aku ikuti aja dia. Dan aku gak senyum senyum sendiri ya"

"Halah orang jelas gitu kok tadi kamu senyum sendiri masih aja ngeles. Tapi aku seneng banget akhirnya sahabat aku ini bisa ngedate sama cowo yang disukain" Ucap Nadis sambil memeluk singkat Alina

"Ehm aku juga gak nyangka bisa baper secepat ini"

"Terus terus selama seminggu ini kalian masih suka ketemu?"

"Yaa dia suka datang ke apartemenku"

"Widih ngapain tuh"

"Kepo Hahaha" Kata Alina sambil berdiri. Mereka akhirnya pulang karena Alina harus bekerja sore ini.

🌹

"Mama, papa.." Nadis memanggil kedua orang tuanya.

"Kenapa sayang" papa Nadis

"Pa.. papa kapan fullday dirumah, Nadis kan mau seharian sama papa cerita cerita kek atau belajar motor"

"Hmm maaf ya sayang, tapi papa beneran lagi sibuk sibuknya ini aja bentar lagi papa mau keluar. Kalau soal belajar motor kamu belum waktunya pakai motor dijalanan berbahaya"

"Ah papa jawabannya gitu terus. Mama kemana kok ga keliatan"

"Mama di atas, dikamar mungkin sudah tidur"

"Papa mau kemana malam malam gini, pergi jam berapa, pulang jam berapa"

Papa Nadis tersenyum menjawab pertanyaan putrinya yang bawel. "Papa ada urusan kantor, jam sepuluh perginya sebentar lagi, papa pulang larut malam atau mungkin tidak pulang. Kamu jangan tunggu papa ya tidur duluan saja"

     Nadis hanya bisa menghela napas dirinya selalu merasa kesepian saat dirumah, biasanya ada Zidan yang selalu menemaninya chating dan Video Call dari Alina. Tapi sekarang tidak ada Zidan dan Alina sedang bucin bucinnya dengan om kesayangannya itu. Mungkin mulai dari sekarang ia harus lebih produktif agak tidak merasa kesepian, sekalian belajar mandiri karena di masa depan nanti dirinya juga pasti akan sendirian. Tidak ada yang tahu umur orangtuanya, dan Alina pasti suatu saat dia menikah dengan pria impiannya, lalu Nadis? Dirinya akan sendirian dan kesepian lagi. Ia berharap bisa cepat menemukan pengganti Zidan agar setidaknya ia tidak benar benar kesepian saat dirumah.

Rahasia KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang