Cerita ini juga sudah tersedia di Karyakarsa. Yang penasaran bisa baca disana juga ya.
Jangan lupa tinggalkan jejak and Happy Reading
❤❤❤❤
"Apa anda akan menemui Putri Euginea sekarang, My Lord?"
"Apa sarapan sudah siap?" Alex balik bertanya setelah Dane selesai membantunya berpakaian.
"Sudah, My Lord."
"Kalau begitu aku akan menemuinya sekarang sebelum sarapan dimulai. Perintahkan pelayan pribadinya untuk menemaniku. Dia membutuhkan pelayan pribadinya untuk membantunya membersihkan diri."
"Baik, My Lord."
Dane memberi hormat sebelum meninggalkan kamar Alex untuk memberitahu Ella. Tidak lama setelahnya Dane kembali bersama Ella yang telah membawa baskom berisi air hangat untuk majikannya.
"Ikut denganku. Kau harus membantu majikanmu bersiap," perintah Alex.
Tanpa berani menatap Alex, Ella mengangguk. Ia memang sangat menghindari bertatapan langsung dengan Alex. Walaupun Alex tidak pernah bersikap tidak baik padanya tapi aura Alex terasa sangat menakutkan bagi Ella. Alex terasa jauh lebih mengintimidasi dibandingkan Phillipe sang pangeran.
"Baik, My Lord."
Alex berjalan berjalan menuju kamar Euginea diikuti Ella dan Dane dibelakangnya. Ia membuka pintu yang sejak semalam di kuncinya lalu berjalan masuk. Tapi sambutan yang Alex terima sangat mengejutkan. Euginea hendak menikamnya dengan pecahan kaca membuat Ella berteriak histeris. Beruntung Alex memiliki kewaspadaan yang tinggi hingga ia bisa dengan sigap menahan tangan Euginea.
"Kau pikir apa yang sedang kau lakukan, Tuan Putri?" geram Alex marah.
Wajah Alex merah padam, terlihat begitu menakutkan bagi siapa saja yang melihat tapi tidak bagi Euginea. Ia jauh lebih marah karena menjadi tahanan dan dijauhkan dari orang-orang yang dicintainya.
Euginea mencoba menarik tangannya tapi tentu saja Alex jauh lebih kuat darinya. Pria itu tidak hanya menahan tangannya tapi juga mendekap punggungnya dengan sebelah tangannya yang lain agar ia tidak bisa bergerak.
"Lepaskan aku, brengsek!!"
"Aku tidak akan melepaskanmu sebelum kau menjawab pertanyaanku."
"Aku ingin membunuhmu, puas!!" teriak Euginea sambil mendongak, berniat membalas tatapan kemarahan Alex. Ia ingin Alex tahu bahwa ia juga sangat marah dan tidak takut pada siapa pun.
Sialnya apa yang Euginea lakukan justru membuatnya terpaku ketika manik cokelatnya bertemu dengan manik biru secerah langit milik Alex. Kedua manik biru yang tengah menatapnya saat ini adalah manik biru paling indah yang pernah dilihatnya.
Euginea terpesona. Semua kata-kata kemarahan yang ingin diucapkannya menguap begitu saja. Ia seperti orang bisu yang tidak bisa bersuara. Pria itu, tatapannya menghipnotisnya.
Euginea menggeleng. mencoba menghentikan sihir yang pria itu pancarkan dari kedua matanya. Bukan saatnya Euginea terpesona, tapi sialnya ia tidak bisa mengabaikan keindahan yang pria itu miliki telebih ketika ia bisa dengan leluasa melihat keseluruhan wajah dari pria itu. Pria itu tidak hanya memiliki manik biru yang indah tapi juga wajah yang sangat tampan.