1. PERTEMUAN TANPA SENGAJA?

19 1 0
                                    

1. PERTEMUAN TANPA SENGAJA?

"Kadang semesta punya cara untuk mempertemukan dua manusia dengan takdirnya."

Hari Senin, mungkin bisa di katakan musuhnya para siswa, hari dimana dilaksanakannya upacara bendera. Dan sayang hari sial benar-benar tidak ada di kalender.

Tepat pukul 06.55 hanya butuh waktu 5 menit lagi gerbang sekolah akan di tutup dengan rapat dan siapapun yang terlambat akan di hukum tanpa melihat dari kalangan apa dia di lahirkan.

Benar, sejak 15 menit yang lalu Adelyne berdiri di halte dengan perasaan gusar, pasalnya sejak tadi tak ada satu-pun angkutan umum yang terlihat bahkan tak ada sedikitpun tanda-tanda angkutan umum itu akan muncul.

"Duh telat nih gue," gerutunya dengan perasaan yang gelisah.

"Bareng gue aja," tawar seseorang dengan motor sport hitam berhenti tepat di depannya, membuat Adelyne menatap dengan intens siapa cowo di balik helm full face itu.

"Gue gak bisa nerima tawaran dari seseorang yang gak gue kenal," tolaknya. Tak ada jaminan jika cowo di hadapannya adalah orang baik, sekalipun ia melihat bahwa seragam yang ia kenakan sama, yang tandanya mereka satu sekolah.

Cowo itu menyunggingkan senyum tipis di balik helm yang ia kenakan, walau pertemuannya dengan wanita itu hanya sebatas orang asing, tapi rasanya ada perasaan bebas ketika ia berinteraksi dengannya. "Lo kenal gue," terangnya bersamaan dengan itu ia membuka helm.

Adelyne sontak membulatkan matanya terkejut, padahal ia selalu berdoa bahwa pertemuannya dengan cowo itu kemarin cukup menjadi pertemuan pertama dan terakhir, tapi lihatlah takdir telah mempermainkan jalan hidupnya.

"Gue Langit Samudra Biru," cowo itu mengulurkan tangannya tanda memperkenalkan. "Gue rasa pertemuan kita kemarin adalah pertemuan pertama yang kurang baik, jadi gue perkenalkan diri ulang sebagai Langit Samudra Biru versi yang baik." lanjutnya.

Adelyne lalu menjabat uluran tangan cowo itu dengan kikuk tak bisa di pungkiri bahwa sekarang dirinya sangat gemetar hebat entahlah antara takut atau kaget entah mana yang mewakili perasaannya saat ini. "Adelyne Clarissa Maheswari."

"Nama yang bagus," puji Langit. "Kayak orangnya." lanjutnya. Tak selang lama Adelyne menjitak kepala cowo itu lumayan keras. "Basi kayak buaya darat!" ketusnya.

"Maaf kalo ucapan gue pasaran," kekeuh Langit. "Kita udah saling kenal kan, berarti ajakan gue gak ada alasan lagi untuk lo tolak," ucap Langit yang membuat Adelyne menggigit bibir bawahnya bingung.

"Gue memang bukan manusia baik, tapi gue bisa menjamin lo aman sama gue sampe sekolah tanpa lecet sedikitpun." ucap Langit meyakinkan, melihat raut wanita itu ragu dengannya.

"Oke gue terima ajakan lo, terpaksa aja si, semesta kayaknya lagi di pihak lo." putus Adelyne. Bagaimanapun ini demi dirinya agar bisa sampai sekolah tepat waktu, walau mungkin harapan itu kelabu.

Langit tersenyum kemenangan, ternyata meluluhkan hati wanita tidak sesulit yang ia pikirkan. "Yaudah naik takut terlambat," titah Langit, yang membuat Adelyne menganggukkan kepalanya mengerti, tanpa aba-aba lagi ia menaiki jok belakang cowo itu.

* * *

Alroji tengah menunjukan pukul 07.10 yang artinya mereka berdua terlambat, gerbangpun telah tertutup sejak tadi, terlihat lapangan kini penuh dengan siswa-siswi yang sedang melangsungkan kegiatan upacara bendera dengan hidmat.

"Yah beneran telat, padahal dari tadi gue berharap banget gak telat," Adelyne membuang nafasnya kasar, sepertinya semesta hari ini sedang bermain-main dengannya.

SEMESTA PUNYA CERITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang