BEEP! BEEP!
"Hey jangan menghalangi jalan!"
Sosok pria tinggi bertopi, dengan berpakaian rapi dan mengenakan jas panjang serta tongkat di genggamannya menghalangi mobil tahanan. Ia tak mau pergi hingga polisi sendiri yang turun.
Anne mengangkat kepalanya, ia menengok jendela kecil untuk melihat apa yang terjadi di depan sana. Pria yang dia lihat seperti tak asing. "Hey duduk!" Anne terlalu fokus mengamati hingga Ia tak sadar sudah tepat berdiri.
Bam...!
Ledakan kecil terdengar, dua polisi di depan berteriak kesakitan. Polisi di dalam mobil segera keluar meninggalkan Anne, Dira, dan Diego. Ini menjadi kesempatan yang bagus untuk melarikan diri. Cringg! sinar terang muncul entah dari mana, membakar semua polisi hingga habis tak bersisa. Pria tinggi itu kemudian masuk ke dalam belakang mobil, menemui mereka bertiga.
"Kenapa kalian diam saja? Mobil ini akan meledak tak lama lagi karena aku menyemburkan api terlalu banyak.."
"E-EH? AYO ANNE KELUAR!" Seru Dira yang sudah berada di luar. Anne segera berlari keluar diikuti Diero.
"Kamu siapa?" tanya Anne. Pria itu tak menjawab dan segera menyuruh mereka untuk menaiki Kereta kuda di hadapan mereka.
"Ayo bergerak, kita harus bergegas ke pinggiran." pinta pria itu, kusir kuda mengangguk dan segera bergerak melaju.
Sekarang mereka bertiga bersama pria misterius itu hanya terdiam, hening, tak ada komunikasi. Si kembar yang enggan berbicara karena kelelahan, dan Anne yang sedang melamun entah memikirkan apa. Pria itu menghela nafas dan mengeluarkan suara, "Kamu ingat saya? Anne Adelaide.." Pria itu tersenyum, ia membuka topinya. Anne terkejut, sepenuhnya terkejut, ingin marah, namun juga senang, air mata sontak memenuhi wajahnya.
"Mr. Natan!" Anne memeluk pria itu kuat-kuat, sosok pengganti ayah yang sudah lama menghilang sejak dia lulus sekolah dasar.
"Kenapa lama ninggalin Anne! Kenapa!" Air mata mengucur semakin deras, Natan memeluknya dengan erat, menyisir rambut Anne dengan tangan. Anne hanyut dalam pelukan Natan.
Dira dan Diero tersenyum, mereka sekarang benar-benar bersyukur setelah melihat Anne, air mata yang terus keluar sudah menjelaskan kepada mereka bagaimana hidup yang dihadapi Anne selama ini, kehilangan sosok ayah dan ibu, kehilangan banyak orang tersayang, sedangkan mereka berdua masih memiliki orang berharga di sekitar mereka.
Satu jam telah berlalu, dan butuh 10 KM lagi untuk sampai ke pinggiran kota, ternyata gedung-gedung tua tadi jauh berada di luar kota, Anne masih tak menyangka akan hal itu, kecuali Dira dan Diero yang memang sedang dalam perjalanan pulang namun terhenti karena mobil mereka mogok.
"Sejujurnya kalian berdua tak harus berada di sini karena ini tak menyangkut dunia kalian, namun karena kalian terlanjur terlibat dengan sosok pembunuh tadi, mau tak mau kalian harus terlibat." Ucap Natan menatap Dira dan Diero.
"Baik, sebelum tiba di tujuan ada hal yang ingin aku sampaikan kepada kalian. Kalian pasti sudah tau nama dia? Peyya. Dulunya dia memang kriminal yang melakukan perampokan bank bersama kakaknya. Sudah berkali-kali masuk penjara namun dengan mudahnya lolos. Na-"
"Yayaya langsung ke intinya bisa ngga? kami kesakitan, segera membutuhkan perban dan alat medis lainnya." ucap Dira memotong pembicaraan, Natan menatap dingin, dan kemudian melanjutkan pembicaraan.
"Namun sekarang ia menjadi pembunuh. Aku yakin banyak orang mengira setiap jantung yang diambil olehnya digunakan untuk jual beli organ secara ilegal. Namun itu semua keliru. Percaya atau tidak dia melakukan itu untuk sebuah ritual. Menghidupkan mahluk gelap, dengan kekuatan yang bisa menghancurkan alam semes-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rigel (Return of the Star Warriors)
FantasyApa yang terjadi ketika kamu tidak lagi mengendalikan tubuhmu? Ketika ingatan yang bukan milikmu mulai muncul di benakmu? Anne merasa ada yang sangat salah dalam dirinya, tetapi apa itu? Awalnya semua berjalan baik-baik saja, namun semuanya berubah...