Chapter 13 (Deadly Trip)

11 1 1
                                    

15 menit berlalu, halte bus itu benar - benar sepi dan sunyi, hanya ada suara jangkrik yang terus menyerukan suara khas-nya. Waktu menunjukkan pukul 00.17

Anne dan Natan saling membisu, mereka berdua sama - sama canggung. Tentu ini lazim bagi sebagian orang. Bagaimana tidak? bertemu dengan orang yang sudah bertahun - tahun menghilang, dan sekarang tepat berada di sampingnya.

Namun Natan tidak kehilangan akal. Dia berusaha mencari topik pembicaraan agar tidak merasa canggung dengan murid yang sudah Ia anggap sebagai putrinya sendiri. Ia memeperhatikan Anne yang sedang membaca novel dengan penuh ilustrasi di dalamnya sambil menyeka pipi.

Natan tersenyum. Teringat saat mereka berdua jalan - jalan sore ke pinggiran membeli novel dan komik untuk jadi bahan bacaan. Anne kecil selalu membawa komik kesayangannya yang selalu dibaca berulang kali, ia tak pernah bosan dengan komik itu, karena merupakan hadiah pertamanya. Bagaimana cara Anne kecil dan sekarang duduk, memegang bukunya dengan kedua tangannya, membalikkan buku dengan berbagai cara aneh. Semua itu kembali terkenang.

Anne yang tengah sibuk dengan Novelnya tiba – tiba terdiam. "Mr. Natan,

memangnya ada jalan menuju tempat yang kamu maksut? Rongga Bumi kan? Aku masih tidak percaya tempat seperti itu ada. Selama ini aku hanya membaca di artikel atau novel saja." Anne kembali bingung. Dia tetap ingin tahu.

"Tentu ada. Ada banyak alternatif yang bisa kita gunakan untuk menuju Agharta. Dahulu Bangsa Agharta dipenuhi oleh para penyihir berdarah putih. Mereka juga disebut-sebut sebagai penyihir murni. Mereka adalah penyihir yang sangat bersahabat dengan alam. Kapanpun mereka butuh bantuan, alam akan membantu mereka, termasuk berpindah tempat.

Ngomong – ngomong panggil saja aku Natan. Tidak perlu menggunakan mister, itu hanya berlaku saat aku menjadi guru saja." Ucap Natan.

Natan menghela nafas, sepasang matanya yang indah kini terlihat sayu.

Anne mengangguk pelan. Anne sangat bosan, dia membuka jari – jemarinya, membolak balikkan telapak tangan, hingga dia dikejutkan dengan sesuatu di telapak tangannya.

"Sejak kapan aku memasang tatto?" Anne mengerutkan dahi, dua telapak

Tangannya memiliki garis spiral kecil, dan berwarna hitam tepat di tengah. Natan yang melihatnya sontak terkejut, ia menggeleng tidak percaya. Natan kemudian memegang telapak tangan Anne, tangan Natan mulai menghangat, tak lama cahaya berwarna oranye muncul memenuhi tangan Natan. Perlahan - lahan cahaya itu berpindah ke tangan Anne. Garis spiral itu bersinar terang. Halte bus yang awalnya terlihat remang seketika sangat terang seperti siang hari.

Cahaya itu merambat ke seluruh pembulu darah Anne. Kini tubuh Anne bersinar terang. Anne melotot tidak percaya, dia tidak bisa berkata – kata.

Natan melepaskan tangannya, cahaya di tubuh Anne perlahan memudar.

"Kamu punya darah putih .."

Belum selesai bicara, bus yang ditunggu - tunggu telah tiba tepat dihadapan mereka. Anne dan Natan berdiri. Natan menjentikkan jarinya, sepeda tandem itu mengecil, Natan memasukkannya ke dalam saku. Anne lagi – lagi dibuat kaget dengan kejadian yang sepersekian detik yang ia lihat barusan.

"Ayo cepat masuk! Ya ampun dua pasang kekasih ini kasihan sekali larut malam menunggu bus."

Anne melotot kesal, sedangkan Natan tertawa kecil, kemudian memasuki bus diikuti dengan Anne di belakang. Gadis itu terkejut sejenak, benar juga, ia melihat sekeliling, ia menyadari tidak ada penumpang lain selain mereka. Rupanya Natan menyewa sopir bayaran untuk ini, ia juga tak tahu pasti rute mana yang mereka tuju, sudah jelas pria itu memiliki rute lain yang tidak ada di transportasi umum.

Rigel (Return of the Star Warriors)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang