Sakusa Kiyomi 0.0

9 1 0
                                    

Hari ini tidak ada bedanya dengan hari kemarin. Sakusa masih berlatih, rasa hausnya pada voli masih sama seperti ketika dia di SMA. Walau ia harus mandi keringat atau menggebuk bola yang sudah disentuh banyak orang, Sakusa tak masalah karena baginya voli bukan hanya rasa candu namun, juga kenormalan yang diam-diam dia inginkan. 

Sakusa berlatih dan terus berlatih, bertanding untuk kemenangan, bertemu orang-orang seperti Ushijima Wakatosi atau seperti-

"Gomen! Aku terlambat!" 

Miya Atsumu. Orang yang ia anggap sebagai salah satu  spesies bakteri. 

"Osoiinaa..! Tsum-tsum!" Orang ini juga menyebalkan, suaranya yang besar dan tingkahnya yang tidak bisa diam seperti virus yang mudah berkembang biak membuat Sakusa ingin jauh-jauh saja. 

"Tadi ada kecelakaan mobil, aku melihat sebentar dan tidak sadar jika terlambat." 

"Heee... apa parah?" 

"Korbanya seorang wanita dan tubuhnya berlumuran darah."

"Kau melihatnya?!" 

"Kau pasti terkena bakteri dari kecelakaan itu, jangan dekat-dekat padaku." Sakusa menatap Atsumu jijik. 

"SIAPA YANG INGIN BERDEKATAN DENGANMU? OMI-OMI!"

Sakusa tak peduli, ia kembali melatih penerimaanya bersama anggota lain. Sebentar lagi turnamen musim semi, tidak ada waktu untuk membahas kecelakaan lalu lintas. Ada janji pada dirinya sendiri yang harus ia tepati. Sakusa harus Menang.


"Sudah semua?"

"Hm."

"Apa kau sudah menghubungi sopirnya?" 

"Sebentar lagi dia akan datang." Sakusa menjawab pertanyaan Motoya sambil menata ulang kardus-kardus berisi barang pindahanya.

"Sakusa, kau serius akan pindah? Bukankah tinggal di rumah dan di apartemen sama saja?" 

"Aku mungkin tetap akan sendirian, tapi... aku ingin hidup sendiri. Benar-benar sendiri." Tanpa keluarganya atau bayang-bayang mereka. 

Motoya terkekeh. "Mana bisa kau hidup sendiri?" 

Sakusa tersinggung, ia menoleh dengan kesal. "Kenapa? Sudah kubilang kalau selama ini aku hidup sendiri." Ini sudah cukup menekankan kalau Sakusa akan baik-baik saja. 

Motoya tersenyum tenang seperti biasa. "Tidak. Maksudku, mau sampai kapan kau akan hidup sendiri? Apa kau benar-benar nyaman dalam kesepian?" 

"Aku tidak kesepian. Ini lebih baik dari pada harus tertular bakteri dari orang lain." 

"Baiklah." Motoya menyerah, ia menghela napas. Padahal Motoya berharap jika Sakusa memiliki sedikit saja rasa membutuhkan seorang teman, tapi pria itu masih sama dengan Sakusa yang dulu. Tak tersentuh. 

Sakusa bukan pria kikuk yang tak pandai bergaul. Sakusa bisa menempatkan diri, dia bisa bergaul asal orang itu memenuhi kriterianya. Namun, karena ocd yang ia idap banyak orang-orang baik yang terseleksi. 

Sakusa sendiri tau kalau dia pemilih, dia tak berdaya dengan ketidak normalan yang menguasai dirinya. 

Watch Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang