Siapa Dia? 0.1

6 1 0
                                    

Semua menjadi berbeda ketika gadis itu membuka mata. Dia bisa melihat dirinya sendiri terbaring kaku di bangsal rumah sakit. Lalu tubuh yang ia tempati tak memiliki fisik, orang-orang dengan mudah menembusnya, bahkan kaca pun tak bisa menangkap bayanganya. 

Sudah satu bulan ia seperti itu. Berkeliaran di mana pun, tanpa ada orang yang menyadari kehadiranya. 

Dia pikir menjadi roh menyenangkan, bisa melakukan apa saja tanpa ada orang yang tau. Tapi, ini menyakitkan saat berada di keramaian tapi tak ada satu pun yang dapat diajak bicara. Ini menyakitkan, ketika harus sendirian dalam waktu yang cukup lama. 

Gadis itu tidak kuat. Ia selalu datang kembali ke rumah sakit, berharap rohnya dapat masuk kembali ke dalam tubuhnya. Atau terkadang gadis itu datang ke kuil, berharap akan ada biksu yang dapat melihatnya dan mengirimnya ke nirwana. 

Dan ini sudah memasuki bulan kedua dia menjadi roh, tubuh aslinya masih tak sadarkan diri. Gadis itu menyerah untuk bangun atau pergi ke akhirat. Ia tak lagi datang ke rumah sakit karena di sana hanya ada kakak dan ayahnya yang diselimuti wajah sedih, ia tak lagi datang ke kuil karena menurutnya percuma. 

Kini dia memutuskan untuk pergi ke mana saja, melihat apa saja, berdiri di kerumunan orang tanpa harus takut menghalangi pandangan, menembus apapun dengan mudah, atau melayang seperti burung-burung. Gadis itu kesepian, tapi ia tak bisa berbuat apapun. 

"Minggir."

Eh?

Gadis itu melihat kiri dan kanan, tak ada seorang pun yang ada di sana. Lalu kenapa pria di depanya ini-?

"Apa kau tidak dengar? Minggir kau menghalangi jalan." 

Dengan perasaan ragu dan heran, dia akhirnya memilih untuk menyingkir dari hadapan pria itu. Tak disangka-sangka, pria itu kembali melanjutkan langkah.

Ada orang yang bisa melihatnya?


Sakusa melirik kembali gadis yang menghalangi jalanya. Entah apa yang dia pikirkan berdiri di tengah-tengah pintu masuk gymnasium seperti itu dan siapa yang memperbolehkanya masuk padahal waktu sudah cukup larut. 

"Sebentar lagi gymnasium akan ditutup, apa dia tidak mau keluar?" Sakusa berguman. 

"Sumimasen, ada pengunjung perempuan yang masih ada di dalam. Kenapa dia dibolehkan masuk?" Sakusa menghampiri pengurus gymnasium yang sedang mengepel lantai. 

"Pengunjung perempuan?" Pria berperut besar itu keheranan. "Anoo.. Sakusa-san, tidak ada pengunjung yang diperbolehkan masuk selama turnamen musim semi ini." 

Sakusa berkedip. "Benarkah?" 

"Hum. Dan tidak ada perempuan yang masuk sejak tadi selain manajer Fuyuyama." Lanjut pria itu.

Sakusa mengernyit heran. 

"Sakusa-san, seprtinya kau lelah, pergilah pulang untuk istirahat." Pria itu tersenyum. 

Sakusa masih tak mengerti namun, ia membungkuk untuk memberi salam dan pergi ke luar. 

Jelas-jelas Sakusa melihat seorang perempuan. Jelas-jelas Sakusa berbicara padanya dan gadis itu mengerti. Apa tadi hanya imajinasi?. 

"Setelah ini aku akan berendam air panas." 

Watch Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang