ii. the day for beginner

150 24 26
                                    

Pagi pertama dirumah baru rasanya masih asing. Mungkin beberapa orang akan merasakan zenosyne ketika pindah ketempat tinggal baru.

Audrey terkejut ketika selimutnya dibuka saat dia masih meringkuk dibaliknya. Dia membalikan tubuhnya dan mendapati Gisella sedang berdiri disamping ranjangnya, dialah yang membuka selimut Audrey. Netra hitam Giselle menatap lurus seakan memancarkan sebuah kekuatan yang mampu membuat orang terperajat.

Audrey segera bangkit dan duduk mengusap kedua matanya, raga yang masih setengah sadar itu sedang berusaha mengumpulkan ketuju nyawanya.

"Bangun."

"Jam berapa sekarang?"

Giselle tak menjawab. Alih-alih, dia malah menyibukan diri dengan merapikan tempat tidurnya. Surai panjang hitamnya masih terurai menutupi setengah wajahnya.

Audrey melirik sebuah jam kecil yang ada dinakas.

Pukul lima. Gumam Audrey.

Ini tak jauh berbeda dengan tinggal diasrama.

"Dirumah kami semua akan bangun sepagi ini. Setelah sarapan, semuanya akan mengerjakan tugas masing-masing."

"Tugas apa?"

"Perempuan akan membersihkan rumah, merawat tanaman dan memasak."

"Bagaimana dengan laki-laki?"

Giselle masih memandangnya dengan dingin.

"Apa urusanku dengan tugas para lekaki?"

Audrey tertegun. Apakah Giselle selalu menyebalkan seperti ini setiap hari? Sepertinya dia akan menjalani hari-hari yang buruk selama dia masih berbagi kamar dengan Giselle.

"Kau akan terus duduk seperti itu?"

Audrey segera beranjak dari kasur dan segera menuju kamar mandi. Hari masih pagi tetapi dia sudah mendapatkan sebuah tancapan panah-panah kecil dijantungnya.

"ça va?"

Ah si gadis Prancis. Apakah mereka harus selalu bertemu didepan kamar mandi? Mata cokelat kehijauan itu menatapnya.

"Bagaimana malammu?"

Audrey menghentikan gerakan tangannya yang telah siap memegang gagang pintu.

"Menyenangkan. Aku suka berteman dengan Giselle." Ucap Audrey untuk menyembunyikan kekesalannya.

"Benarkah? Giselle banyak kemajuan."

"Apa maksudmu?"

"Aku kira dia akan bersikap dingin kepadamu."

"Kata siapa? Dia menyenangkan. Dia banyak bercerita kepadaku."

Viviane melipat tangannya didepan dada.

"Benarkah itu Giselle?" Viviane tersenyum sambil melambaikan tangan kepada Giselle yang sedang berjalan menuju tempat mereka berdiri.
Audrey terkejut melihat kedatangan Giselle yang terlalu mendadak.

"Apanya?" Tanya Giselle

"Entahlah, aku dengar kau berubah menjadi gadis yang menyenangkan." Ucap Viviane sambil memandang ke arah Audrey yang terlihat tegang tak berkutik.

"Apakah itu menjadi urusanmu, Viviane?"

Kini kedua mata hitam Giselle seperti sedang beradu dengan si cokelat prancis dihadapannya.

Audrey sedikit legah dengan jawaban Giselle.

"Sudah kuduga." Ucap Viviane sambil tersenyum.

Suara sebuah sandal yang tengah diseret semakin mendekat.

The Children of GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang