i. intro

1.5K 176 50
                                    

ⓘ fiction.

⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯⎯

Dang dang dang!

Suara benturan antara tongkat kayu dengan tiang besi bendera menimbulkan suara nyaring yang menggema se-antero sekolah.

Disana, berdiri gagah seseorang  ber-perawakan tinggi yang sedang memasang raut muka tegas, dengan almamater khusus yang melapisi kemeja putih nya; ketua osis.

Rahang nya sesekali mengeras melihat barisan beberapa siswa dengan beberapa macam variasi kasus. Dilihatnya satu persatu mulai ujung kanan hingga ujung kiri.

Dang dang dang!

Benturan kali ini terdengar lebih keras, kepalanya menoleh ke arah samping, tatapannya dialihkan kemanapun asal tidak ke arah barisan siswa di depannya yang membuat emosi nya mendidih lagi.

Tangannya kini memegang tiang besi bendera dengan erat, setelah itu kukunya diketukkan hingga menimbulkan bising tuk tuk yang cukup menegangkan.

"Istirahat ditempat." kali ini ia bersuara lebih dahulu.

Intonasi tegasnya berhasil membuat yang lain langsung menurut dengan spontan, meletakkan kedua tangan di belakang dengan kedua kaki yang terbuka selebar bahu.

"Huft," ia menghela napas pelan nya. "Hormat, grak!"

Dan, lagi - lagi titahnya dipenuhi dengan sempurna. Kepalanya di tolehkan lagi ke depan, ia beralih menjadi bersidekap dada, dagu nya diangkat tinggi. "Dengerin saya ngomong, jangan ada interupsi kecuali saya yang meminta. Paham?"

"Siap, paham!"

"Bagus," pujinya. "Kalian tau apa yang kalian perbuat itu salah?" tanya nya, yang kemudian dijawab 'iya' secara serempak oleh yang lain.

Ia membasahi bibirnya sejenak, kemudian kembali berucap. "Kalau tau kenapa di lakukan?"

Kali ini tak ada jawaban, melainkan hanya hening yang menguasai keadaan. "Kalian juga udah pada dewasa, harusnya tau mana yang baik atau mana yang salah."

"Harusnya kalian juga tau, mana yang harus dilakukan antara peraturan atau kesenangan kalian sendiri." Dang!

"Peraturan ada untuk ditaati, bukan dilanggar. Paham?" suaranya berubah meninggi, membuat beberapa dari mereka langsung bergidik ngeri. "Siap, paham!"

"Wajah kalian ini udah banyak yang saya tandain karena sering nya kalian buat ulah. Terakhir kali udah di kasih hukuman buat bersihin seluruh ruangan di sekolah, tapi ternyata gak jera, ya." ujarnya dengan mata yang mulai memincing kesal.

Kepalanya menoleh ke arah kanan, dimana ada sekitar dua puluh orang siswa/i berkumpul. "Barisan kanan,"

"Siap!"

"Kalian udah tau hari ini hari senin, dan biasanya juga hari senin ada upacara yang mengharuskan pakai atribut lengkap. Tapi kenapa sekarang malah banyak yang kena hukuman gara - gara atribut gak lengkap?" pertanyaan nya jelas tak akan mendapat jawaban apapun. "Padahal hari minggu kemarin juga udah di share pengumuman kalau senin upacara. Lagian selama hampir 11 tahun sekolah kalian harusnya tau gimana peraturan saat upacara."

Napas nya di hela kasar setelah memberi jeda untuk diam, ia menoleh ke arah teman disamping nya. "Catat." titah nya.

Kemudian pandangannya beralih ke barisan kiri dimana ada sekitar hampir tiga puluh lebih siswa/i yang masih setia hormat.

"Sejak awal udah banyak dari kalian yang udah saya tandain, bahkan saya hapal sama nama beberapa dari kalian. Karena apa? Karena sering nya buat ulah, bolak balik masuk BK atau kena hukuman. Gak capek?" walaupun ia sendiri paham bahwa diantara tiga puluh orang itu ada beberapa teman baik nya.

oppositeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang