○.○

986 22 2
                                    

Sannan yang sedang berbaring menatap Zanna yang berjalan ke arah luar kamar mereka, dengan malas ia pun bangun dari tidurnya dan hendak menyusul.

"Ngapain kak?". Zanna masuk ke kamar nya lalu mendapati Sannan yang sedang terduduk di kasur.

"Takut nggak nyampe mau ngambil barang nya". Sannan tersenyum melihat 'barang' yang di ambil olah wanita itu.

"P3K". Sannan terkekeh lalu kembali menatap ke arah wanita itu.

"Tangan nya". Zanna duduk di dekat Sannan dengan tangan kiri yang sudah di angkat oleh pria itu.

"Sakit banget nggak?". Ucap Zanna melihat tangan Sannan yang melepuh karena puntung rokok nya tadi.

"Sakit dikit". Ujar Sannan lalu tersenyum menatap wanita itu lagi.

"Dikit? Emang ada yang lebih sakit?". Zanna meniup perlahan tangan Sannan lalu mengoleskan nya dengan salep untuk luka bakar.

"Ada lah. Ini sama ini". Sannan menunjuk ke arah leher nya dan paha bagian belakang nya.

"Kamu nggak minta stop tuh". Ucap nya melihat ke arah yang sama.

"Enak hehe". Zanna memijat kepala nya setelah Sannan membuka mulutnya dan menjawab pertanyaan nya tanpa berbasa basi.

"Suka suka kamu aja lah. Tengkurep dulu". Ucap Zanna, bukanya mengikuti instruksi nya Sannan justru terus menatap nya sambil tersenyum tipis.

"Oh nggak mau nurut? Ini masih mau di lanjutin?". Ucap Zanna menekan luka lebam di paha belakang Sannan.

"Aduuhh..".

"Sambil duduk aja nggak bisa kah. Kek gini oles oles aja". Ucap nya tak memutus tatapan nya.

"Kak aku nya nggak bisa liat luka nya di mana aja. Tengkurep bentar aja biar di olesin salep dulu". Zanna menggenggam tangan pria itu agar ia terbujuk dan segera mendapat obat.

"Give me a kiss". Sannan memajukan bibirnya.

"For what?". Zanna menahan bibir pria itu ketika ia semakin mendekat.

"Being a good boy". Bisik nya.

"Sure. Abis itu tengkurep! Inget kalo nggak nurut ini luka bakal kena pukul lagi". Zanna meletakan salep nya.

"Ay ay captain". Sannan mengangkat tangan nya tanda hormat sambil tersenyum simpul.

Belum lama ia memberi hormat Zanna sudah sampai di hadapan nya dan menarik tengkuk lehernya. Zanna bukan sekedar mengecup bibir Sannan saja seperti yang pria itu inginkan, ia membuat keinginan kecil Sannan menjadi hadiah yang lebih besar, begitu juga dengan keserakahan Sannan yang ikut mengembang juga. Sannan menarik Zanna untuk lebih dekat dan mengikis jarak mereka hingga tidak ada jarak di antara mereka.

Karena ciuman yang terlalu panas itu dan cukup lama mereka kekurangan oksigen sehingga Zanna melepas kaitan di bibir mereka agar mereka dapat menghirup oksigen, hal itu membuat Sannan menatap ke arahnya.

"Gak ada niatan buat lanjut gituu?". Sannan menatap nya dengan tatapan penuh harap.

"No. On your stomach, now!". Ucap nya to the point.

"Beneran nggak ada niatan buat lanjut? Sedikitpun?". Sannan masih berusaha membujuk wanita di depan nya itu.

"Nggak! Aku bilang tengkurep sekarang". Zanna menunjuk kasur dengan dagu nya agar Sannan cepat tengkurap.

"Dasar cewek berhati dingin". Ucap nya samar samar tapi masih terdengar.

Sannan membalik kan tubuh nya membuat luka di paha bagian belakang nya terlihat jelas, Zanna mengusap luka itu perlahan lalu melihat punggung kokoh pria itu. Ia tersenyum licik dan merencanakan sesuatu.

My subby My hubby (Clear)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang