°^°
Malam itu Furqon tengah menyiapkan makan malam yang ia beli saat perjalanan pulang ke rumah. Furqon membeli nasi beserta lauk-pauk di warung terdekat.
Sementara itu Alina baru saja keluar dari kamar. Sepertinya anak itu mulai betah seharian mengurung diri. Dan Furqon semakin khawatir tentunya.
"Besok kamu harus sekolah." Ujar Furqon pada Alina yang Saat itu tengah mengunyah makanan.
Alina belum menggubris, remaja putri itu nampak sengaja cuek dengan perkataan sang ayah.
"Ayah tidak ingin. Kamu terus larut dalam masalah yang terjadi karena ibu kamu Alina." Lanjut Furqon.
Alina masih tak menggubris. Furqon lalu menghela nafas.
"Alina...." Ujar Furqon dengan suara menekankan namun pelan.
Merasa ayahnya susah mengerti bahwa ia enggan membahas hal ini. Alina lantas menghentikan aktivitas makannya sejenak.
"Apa ayah ingin aku diolok-olok disekolah oleh teman-temanku." Timpal Alina dengan mata membulat marah.
"Sudah ayah bilang, tidak akan ada teman-teman kamu yang tahu."
"Tapi nanti pasti mereka bertanya-tanya alasan ayah dan ibu bercerai." Alina semakin emosional.
"Aku mau pindah sekolah saja."
Furqon tak menduga Alina akan berkata demikian.
"Tidak bisa." Sang ayah tetap berbicara dengan tenang. "Sebentar lagi kamu akan ujian sekolah. Ayah tidak setuju."
Mendengar ucapan Furqon barusan Alina terdiam kecewa. Anak itu kemudian berdiri. Ia mendorong kursi dengan keras hingga terdengar suara gesekan pada lantai, lalu meninggal meja makan dengan sepiring makanan dan lauk yang belum habis.
"Alina...." Panggil Furqon sedikit pasrah.
Alina tak menyahut.
Hingga kemudian—
"Benar sudah tidak mau sekolah? Kalau begitu ayah akan telpon bu Nadia." Ujar Furqon akhirnya dengan nada mengancam.
Alina yang sudah berada diambang pintu dapur pun Furqon sedikit bergeming. Membuat Furqon langsung berharap dalam hati.
Lelaki itu kemudian mengeluarkan ponsel miliknya. Ia lantas mencari nomor Nadia yang sempat ia simpan.
"Ayah benar-benar akan memberi tahu bu Nadia kalau kamu akan berhenti sekolah." Ancamnya kembali.
Alina masih terpaku. Ia mengepal tangan dan menggigit bibir.
Lantas. "Aku benar-benar akan berhenti."
Mendengar hal tersebut Furqon tersentak.
"Telpon saja bu Nadia. Katakan aku akan berhenti sekolah." Ujar Alina kembali. Remaja itu lalu pergi meninggalkan dapur begitu saja.
Furqon tak bergeming berdiri pada sisi meja makan. Ia berusaha menahan diri. Tidak ia sangka sang putri ternyata benar-benar ingin berhenti sekolah.
**
Didalam kamar Alina menangis tersedu-sedu, jiwanya benar-benar terguncang. Ia terpukul, marah, semuanya campur aduk. Semua perasaan dan pikiran negatif itu bercampur menjadi satu, membuatnya semakin terpuruk setiap harinya.
Bagaimana saat kejadian perselingkuhan sang ibu yang berkali-kali ia lihat belum bisa Alina lupakan hingga sekarang. Dan bagaimana nanti orang-orang akan memandang keluarganya.
Sementara itu, Furqon hanya bisa mendengar isak tangis putrinya dari luar kamar. Kesalahan apa yang sebenarnya ia buat sampai kehidupan rumah tangganya menjadi seperti ini.
Hingga beberapa saat kemudian Furqon mendengar dering pelan dari ponselnya.
Pesan dari Nadia ternyata.
Assalamu'alaikum, pak Furqon. Maaf mengganggu malam-malam begini. Saya Nadia gurunya Alina. Bagaimana keadaan Alina sekarang? Saya harap semoga Alina baik-baik saja. Saya ingin menginformasikan bahwa minggu depan Alina ada ujian tryout, dan saya harap Alina bisa mengikutinya. Jika ada kendala mengenai putri bapak saya harap bapak bisa memberitahu saya.
Setelah membaca pesan tersebut, Furqon kemudian berjalan menuju ruang tengah. Lelaki itu lantas duduk pada sofa. Disana ia merenung dalam lamunan. Sejujurnya Furqon sangat sulit menghadapi keadaan saat ini.
Lelaki itu kemudian nekat untuk menghubungi Nadia.
"Assalamu'alaikum pak Furqon, ada yang bisa saya bantu." Suara Nadia terdengar setelah menunggu dering telepon beberapa saat.
Mendengar suara tersebut Furqon nampak menahan tarikan nafasnya yang kuat.
"Bu Nadia, anak saya sepertinya belum bisa kembali ke sekolah dalam waktu dekat ini. Apa bisa Alina diluluskan saja walaupun tidak mengikuti ujian sekolah. Nanti berapapun yang pihak sekolah minta akan saya sanggupi." Furqon putus asa dan ia rasa ini adalah cara terakhir untuk mengatasi permasalahan Alina.
"Maaf pak Furqon??" Nadia terdengar cukup terkejut. "Tapi kami pihak sekolah tidak bisa melakukan hal seperti itu."
Mendengar hal tersebut Furqon kemudian mengusap wajahnya frustasi. Membuat Nadia menunggu cukup lama.
"Pak Furqon, halo??" Nadia memastikan masih tersambung dengan Furqon.
"Tolong bu Nadia. Usahakan demi anak saya Alina."
"Sekali lagi saya minta maaf Pak. Saya tidak punya wewenang untuk hal demikian." Nadia menjelaskan hati-hati takut Furqon tersinggung. Kenapa ia jadi sangat memikirkan perasaan lelaki ini.
Furqon menundukkan kepala dalam.
"Baiklah bu Nadia kalau begitu." Terdengar helaan nafas. "Maaf karena telah mengganggu waktunya. Assalamu'alaikum."
"Wa—waalaikumsalam...."
Dan panggilan itu pun terputus.
Furqon kembali termenung, lelaki itu sadar apa yang terjadi pada dirinya saat ini. Ia tengah mengalami kelelahan emosional, fisik, dan mental yang disebabkan oleh stres yang berlebihan pasca perceraian yang diakibatkan perselingkuhan mantan istrinya serta tingkah laku Alina yang saat ini sulit ia atasi.
**
Sementara itu disisi lain, Nadia nampak termenung memandang keluar jendela setelah beberapa saat yang lalu menerima panggilan dari Furqon.
Furqon — lelaki itu sepertinya memang sangat butuh bantuan. Ia yakin keadaan ayah dan anak itu sekarang sangat sulit sekali.
Disini ia memikirkan perannya sebagai seorang guru. Ia mengerti pasti sulit menghadapi trauma pasca perceraian orang tua dan Nadia sangat memahami apa yang tengah dirasakan oleh Alina saat ini.
Nadia menghela nafas panjang. Jika ia gagal membawa Alina kembali ke sekolah—maka dirinya juga gagal menjadi seorang pendidik yang perduli akan siswanya.
Ia bahkan berpikir keras kala itu. Memang benar siapa yang tidak terpukul dengan perceraian orang tua. Ditambah lagi bagi Furqon menjadi orang tua tunggal pastinya tidak muda.
Bagaimana caranya ia membantu lelaki itu. Furqon membutuhkan—dirinya.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
MENIKAHLAH DENGAN AYAHKU
RomanceSINOPSIS Ia adalah Alina Mazaya Cantika, remaja putri berusia 15 tahun yang berusaha menjodohkan sang ayah dengan guru di sekolahnya. Perselingkuhan sang ibu membuat Alina sangat terpukul sebenarnya. Ia mogok sekolah karena malu, namun berkat Nadia...