8. Your Punishment

84 2 0
                                    

Hari terakhir ospek. Hari dimana Haechan tunggu. Akhirnya dirinya bisa terbebas dari suruhan seniornya yang sangat menyebalkan dan kadang tidak masuk di akal.

Mereka bertiga pun sarapan bersama di apartemen miliknya. "Berangkat bersama?" Ajakan yang Jeno berikan, yang saat ini tengah menatap dua wanita yang ada dihadapannya secara bergantian, setelah mereka selesai sarapan.

"Eum, aku tidak bisa. Jaemin akan menjemput diriku." Jawaban yang langsung Giselle berikan, menolak ajakan pria yang ada dihadapannya ini.

"Kau beneran dekat dengannya?" Tanya Haechan yang saat ini tengah menatap saudaranya dengan tatapan penuh selidik.

"Eum! Bukankah aku sudah bilang padamu? Kalau begitu, aku permisi. Dia sudah menunggu aku di lobby." Pamit Giselle yang langsung meninggalkan mereka berdua.

"Eum, bagaimana?" Tanya Jeno, mengembalikan topik pembicaraan mereka.

"Eum, sebelumnya aku minta maaf ya, Jeno. Aku tidak bisa berangkat bersama dengan dirimu." Jawaban yang Haechan berikan dengan perasaan bersalah.

Jeno yanh mendengarnya pun langsunh menautkan kedua alisnya bingung. "Loh, kenapa? Apa karena kekasihmu?" Tanyanya, dan langsung dijawab oleh lawan bicaranya dengan anggukkan kepalanya. "Aku yang akan berbicara dengan dia. Memin--" Ucapannya terhenti, karena wanita yang ada dihadapannya ini sudah lebih dulu mengintrupsi dirinya.

"Jangan!" Serunya yang hampir memekik, karena ucapan pria yang ada dihadapannya ini.

"Kenapa?" Tanya Jeno yang semakin heran. Ia sangat sadar kalau misalkan

"Kekasihku melarang diriku untuk berdekatan dengan dirimu." Cicitan yang Haechan berikan sebagai jawaban, yang benar-benar merasa tidak enak sekaligus merasa bersalah kepada pria yang ada dihadapannya ini.

"Dan kau menyetujuinya?" Tanya Jeno yang masih tetap setia memandang wanita yang ada dihadapannya ini.

Sementara Haechan langsung menggelengkan kepalanya. "Tentu saja tidak. Kau orang yang baik." Cicitnya yang terus menundukkan kepalanya, tidak berani menatap pria yang ada dihadapannya.

Sedangkan Jeno langsung tersenyum dan terkekeh, begitu mendengar pengakuan yang diberikan wanita manis ini. Tangannya juga langsung terulur untuk mengusak surai rambut sang wanita. "Kau lucu." Ujarnya.

"Kau tidak marah?" Tanya Haechan yang saat ini sudah menatap pria yang ada dihadapannta, karena tingkahnya dia yang tiba-tiba mengusak rambutnya.

"Untuk apa aku marah? Kau kan hanya berkata jujur." Jawab Jeno yang tidak merasa marah dan tersinggung akan kalimat jujur yang diberikan oleh wanita yang ada dihadapannya.

"Maafin aku ya. Aku gak mau kalian berdua bertengkar karena aku." Ujarnya yang merasa tidak enak kepada pria yang ada dihadapannya ini.

"Tidak apa-apa, aku tidak apa-apa. Lebih baik sekarang kau menemui kekasihmu. Aku yakin dia sedang menunggu dirimu." Titah Jeno yang langsung membangunkan wamita yang tengah duduk ini, dan langsung mendorong dia agar segera pergi.

"Kau bagaimana?" Tanya Haechan.

"Tenang saja, Aku akan pergi setelah kau pergi. Nanti ketahuan oleh kekasihmu." Jawab Jeno.

Lagi-lagi Haechan hanya bisa meringis tidak enak. "Maafkan aku." Ucapnya lalu pergi dari hadapan pria yang ada dihadapannya ini.

Sedangkan Jeno malah tersenyum dibuatnya. "Kenapa sangat menggemaskan sekali? Seperti anak kucing!" Pekikannya yang tertahan. Ya, sedaritadi dia menahan tingkah wanita ini yang sangat menggemaskan.

Dilain sisi, Haechan saat ini sudah berada didalam mobilnya, bersama dengan kekasihnya. Membelah kota Cambridge selama beberapa menit, sebelum akhirnya ia sampai di depan gedung fakultas miliknya. "Nanti sore aku jemput ya. Kau jangan pulang terlebih dahulu." Peringatan yang kekasihnya berikan.

LEE HAECHAN 2 - MARKHYUCKNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang