"Kalian ngapain sih? Pergi! Kalian menghalangi pandangan aku!" Kalimat sarkas nan tidak suka yang ia berikan kepada 3 buah mobil di hadapannya. Siapa lagi kalau bukan duo J dan satu pria jangkung. Menurutnya, mereka bertiga ini suka sekali menganggu ketenangan dirimya.
Desisan kesal langsung keluar dari mulutnya, ketika tidak ada respon dari mereka yang ada didalam. Dia yang sudah kesal serta kesabarannya sudah habis, alhasil dia mengambil hak sepatunya dan bersiap untuk melemparkan ke arah mobil mereka bertiga.
"Yak, Lee Haechan! Tahan emosi-mu!" Teriakan panik yang langsung Giselle keluarkan kepada tingkah dan kesabaran saudaranya yang sangat tipis ini. Apalagi saudaranya yang tidak pernah main-main akan ucapannya.
Dan Haechan yang sudah ingin melempar pun ia urungkan ketika melihat saudaranya yang ada didalam mobil. "Cepat pergi!" Usiran yang ia berikan disertai dengusan kasar.
"Kau mau bareng tidak? Kau bisa bersama dengan Jeno atau Sungchan." Tawaran yang Giselle berikan, yang langsung di tolak dengan gelengan kepala oleh saudaranya.
"Tidak, makasih. Aku akan pulang bersama dengan kekasihku." Tolakan yang ia berikan, disertai tatapan pongah dan penuh kesombongan.
Sementara Sungchan yang mendengar itu langsung mendecih. "Tch, baru kekasih saja sudah sombong. Aku yakin kekasihnya tidak tampan dan pendek. Paling tingginya tidak bisa menyamai kita." Ledekan yang ia berikan kepada wanita yang tengah sombong ini. "Kau itu sudah pendek, aturan cari lelaki yang tinggi agar bisa memperbaiki keturunan kamu." Sambungnya, yang sukses membangkitkan emosi wanita pendek ini.
"Yak! Cepat kalian pergi! Pergi sekarang atau sepatu heels-ku mendarat di depan kaca mobil kalian?!" Teriakan kesal yang ia berikan, dan siap melemparkan sepatu heelsnya.
Sementara Giselle langsung meringis, melihat tingkah bar-bar saudaranya. Ia langsung menyuruh pria yang ada disampingnya ini untuk segera pergi, meninggalkan beruang madu yang sebentar lagi berubah menjadi beruang kutub.
"Ck. Gimana gak pendek kalau kerjaannya sering mengomel." Tambah Sungchan, sebelum ia pergi meninggalkan wanita ini.
"Yak! Bajingan kecil itu sungguh membuat diriku ingin mencekik dirinya!" Teriakan kesal yang langsung ia berikan. Bahkan ia sudah menendang udara karena kesal dengan ucapan pria jangkung tadi.
Setelah menetralkan emosinya, ia kembali menunggu sang kekasih yang belum kunjung datang. "Sudah jam 7 dan dia belum juga datang?" Gumamnya yang saat ini sedang menatap jam yang berada ditangan kirinya.
Berati selama ini dia sudah menunggu selama 2 jam, menunggu kedatangan kekasihnya yang tak kunjung datang. Tapi herannya, dia tidak merasakan pegal di kakinya. Padahal sudah 2 jam dia berdiri dan tidak beranjak dari tempatnya.
Dia juga sudah mengirimkan pesan kepada kekasihnya. Namun belum ada balasan darinya. Jangankan balas, dibaca saja tidak. Di telepon juga tidak ada balasan dari kekasihnya. Kekasihnya tidak menjawab panggilannya dan hanya operator yang menjawab semua panggilan darinya.
"Yah, hujan." Gumamnya yang langsung beranjak dari tempatnya berdiri, menuju kedai yang menjual masakan serta makanan China, kedai hotpot lebih tepatnya, kedai yang tidak jauh dari gedung fakultasnya. Tepatnya di sebelah kedai Ice cream kampusnya.
Ia langsung masuk dan memesan hotpot disana, seraya menunggu kekasihnya. Ah tidak, dirinya juga ingin merasakan hotpot di kedai ini. Apakah enak atau tidak? Seperti yang kalian ketahui bahwa dia sangat menyukai hotpot, karena ulah temannya yang sering mengajak dirinya untuk makan ini. Namun tidak semua hotpot yang ia coba. Ia sering makan hotpot di Bulia Gangnam, Korea.
Setelah duduk di meja yang telah di sediakan pelayan, serta menunggu selama 5 menit. Makanan yang ia taruh ke dalam panci pun matang. Ia langsung menyantapnya. "Tidak buruk." Gumamnya, seraya menatap ponselnya, dan menghubungi kekasihnya yang terus tidak bisa di kabari.
Waktu pun berlalu, jam demi jam, menit demi menit pun telah ia lalui di kedai ini. Namun, kekasihnya belum kunjung datang. Baterai powerbank miliknya habis, begitu juga baterai ponselnya yang juga menipis. Tanda merah sebagai peringatan bahwa ponselnya perlu di charger. Sedangkan ia lupa membawa kepala charger ponselnya karena terburu.
Sebenarnya ia ingin beranjak. Namun ia urungkan dan tetap menunggu kekasihnya ini. Ia takut ketika dirinya pulang, kekasihnya pun datang. Maka dari itu ia tetap menunggu kekasihnya, walaupun dia sendiri gak tau kalau kekasihnya akan datang atau tidak.
"Maaf Nona, apakah anda sudah ada jemputan? Soalnya kedai kami sudah mau tutup. Atau mau kah kami panggilkan taksi?" Tanya sang pelayan yang tiba-tiba datang, memberitahu dan menawarkan dirinya.
"Ah, maafkan aku. Aku akan pergi, kekasihku sudah menunggu." Ujarnya beranjak dari kursinya, dan langsung mengeluarkan uang untuk membayar hotpot dan minuman, serta tak lupa memberikan tip untuk pelayan.
"Benarkah? Kau tidak ingin kami panggilkan taksi? Hujan belum redah." Tawar sang pelayan.
"Ah tidak, terima kasih atas tawarannya. Saya pergi ya." Pamitnya yang perlahan keluar dari kedai. Ia lenih memilih untuk berteduh diantara kedai hotpot dan ice cream.
Baru saja ia menunggu, sebuah mobil mendarat tepat di hadapannya. Tapi ia sangat yakin dan tau bahwa itu bukan mobil kekasihnya. Jadi, dia tetap stay di tempatnya. Mungkin mobil itu ingin menjemput seseorang disini. Makanya ia tetap diam.
Tapi mobil itu terus mengklakson dirinya. Membuat ia risih sekaligus kesal, sama apa yang pengemudi itu rasakan ketika tidak mendapat balasan dari dirinya. Rasa kesal pengemudi itu semakin bertambah ketika dia tidak beranjak. Akhirnya pengemudi itu segera keluar dari mobilnya menujunya. "Masuk." Titah pengemudi itu.
"Loh, Jeno? Kau ngapain disini? Kau ingin menjemput siapa?" Tanya Haechan dengan tatapan polosnya.
"Tentu saja ingin menjemput dirimu." Jawaban yang Jeno berikan, yang langsung membuka jaketnya dan mengalungkannya di tubuh wanita mungil ini, agar dia tidak kedinginan. Soalnya cuacanya sangat dingin saat ini.
"Aku akan pulang bersama dengan kekasihku, Jeni." Ujar Haechan, memperingati pria ini.
"Kau sudah menunggu berjam-jam disini. Berhenti lah menunggu dia. Kau bisa sakit." Ujar Jeno, yang gak mau wanita ini sakit karena kelamaan menunggu.
Dan Haechan yang mendengarnya pun langsung membelalakan matanya. "Bagaimana kau tau? Kau mengikuti dan mematai diriku ya?!" Sentaknya yang tidak percaya dengan penuturan pria inu.
Jeno langsung membenarkan dengan anggukan kepala. "Maafkan aku, tapi memang benar aku mengikuti dirimu. Aku menunggu kamu disana. Tapi kau tidak kunjung keluar dari kedai, dan akhirnya kau keluar dari kedai selama berjam-jam. Maka aku simpulkan kedai itu mau tutup dan kekasihmu belum juga datang. Maka dari itu aku menghampiri dirimu." Jelasnya, memasangkan jaketnya yang benar di tubuh wanita ini.
"Loh, bagaimana bisa? Bukan kah kau pergi bersama dua monyet itu?" Tanya Haechan yang merasa heran dan adanya keanehan.
"Cha, sekarang sudah selesai. Ayo ke mobil dulu, aku akan menjawab pertanyaan kamu di dalam mobil." Jelas Jeno, yang langsung merangkul tubuh wanita ini, dan membawanya ke dalam mobil.
"Tapi, bagaimana dengan kekasihku?" Tanya Haechan sebelum masuk.
"Aku yang akan berbicara dengannya. Kau tenang saja. Sekarang, masuk lah. Kau bisa kedinginan dan sakit." Titah Jeno, membantu wanita ini masuk ke dalam mobilnya.
Setelah wanita dia masuk, pria ini juga ikut masuk. Menjalankan mobilnya meninggalkan area kedai. Disepanjang jalanan, ia terus menanyakan banyak hal. Serta pria ini yang selalu menjawab pertanyaan yang ia berikan.
"Loh, kenapa ke Apotik? Kau sedang sakit? Mau beli obat apa?" Tanyanya secara beruntun, ketika mobil pria ini berhenti di depan apotik.
Jsno tidak menjawab, melainkan menyuruh wanita mungil ini untuk tetap di dalam mobil. Setelah itu, ia keluar dan tidak lama kembali membawa kantong belanja. "Ini untuk kamu. Sebuah roti dan minum untuk kamu makan sekarang. Setelah itu, kau harus minum obat penyangkal demam. Serta ini obat penurun deman yang harus kau minum bila nanti kau demam." Jelasnya
"Makan dan minum lah obatnya." Titahnya lagi, yang setia menatap wanita mungil ini untuk makan roti dan obat yang ia kasih.
Bukannya langsung makan, Haechan malah terhipnotis dengan tatapan dan senyuman pria yang mirip dengan samoyed ini. Tanpa sadar, dirinya mengikuti perintah pria ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEE HAECHAN 2 - MARKHYUCKNO
ФанфикCERITA INI KHUSUS UNTUK MARKHYUCKNO, MARKHYUCK, NOHYUCK SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK MENYUKAI SHIPPER INI? DIHARAPKAN UNTUK TIDAK BACA CERITA INI! TAPI JIKA KALIAN MEMAKSA UNTUK MEMBACA CERITA INI? JANGAN BERKOMENTAR NEGATIVE DI KOLOM KOMENTAR / D...