6. Feeling Guilty

53 2 0
                                    

Hari kedua Ospek. Mereka berdua terus mengikuti arahan serta perintah ketua panitia Ospek. Ah tidak, selagi perintah itu masih dalam batas wajar, dia akan mengikutinya. Tapi kalau sudah kelewatan, jangan harap dia akan diam saja. "Nanti kau pulang bersama dengan Mark?" Pertanyaan yang diberikan oleh saudaranya.

"Heum. Bukankah biasanya kita bertiga pulang bersama, kau nanti pulang bersama denganku juga, kan?" Jawaban yang ia berikan kepada saudaranya, yang merasa aneh dengan pertanyaan yang diberikan saudaranya.

Giselle langsung menggelengkan kepalanya. "Gak. Aku akan pulang bareng sama Jaemin nanti."

"Oke, kau akan pulang bareng sama Jaemin." Balasan yang Haechan berikan dengan santainya.

Berbeda dengan Giselle yang malah menatap saudaranya dengan tatapan heran. "Kau tidak bertanya kenapa aku bisa dekat dengan dia?" Tanyanya yang entah kenapa dia merasa kesal akan sikap acuh yang saudaranya berikan.

Sedangkan Haechan langsung mendelik begitu mendengarnya. "Untuk apa? Kalau kau mau menceritakn semuanya kepada diriku, kau sudah akan menceritakannya daritadi. Lagipula aku tidak sepenasaran itu, tidak seperti dirimu." Balasnya.

"Aish, menyebalkan! Aku tidak akan bercerita dengan dirimu." Sentak Giselle yang kesal akan kalimat dan respon yang diberikan oleh saudaranya.

Sedangkan Haechan itu tipikal orang yang bodo amatan. Jadi, respon yang dia berikan cuma, "Yasudah." Finalnya, yang sukses membuat saudaranya tambah kesal.

"Selle, Kalau pacar kamu tiba-tiba meminta diriu untuk menjauhi teman laki-lakimu, apakah kau mau menurutinya atau tidak?" Entah kenapa dia malah menanyakan hal ini kepada saudaranya. Karena sungguh, ia tetap merasa adanya keanehan dan ke janggalan akan permintaan yang kekasih.

Giselle yang awalnya pundung pun langsung berubah ketika mendengar perkataan yang saudaranya berikan. "Kenapa? Kekasihmu pasti menyuruh dirimu untuk menjahui Jeno, ya?" Terkaan yang ia berikan, yang terlihat sangat antusias karena mendapatkan gosip baru.

Berbeda dengan Haechan yang sudah menatap saudaranya dengan tatapan terkejut, "bagaimana kau tau?" Tanyanya yang sangat heran dengan saudaranya ini.

Sedangkan Giselle langsung memasang wajah angkuh penuh bangganya. "Siapa dulu! Aky gitu loh." Sombongnya.

"Ck! Berlagak sekali dirimu. Jadi bagaimana? Kau akan menurutinya atau tidak?" Tanya Haechan yang kesal melihat wajah pongah yang saudaranya berikan, sekaligus mengembalikan topik obrolan mereka yang sempat ke distract.

"Eum, tergantung. Kalau teman laki-lakinya itu mempunyai pengaruh buruk untuk diriku? Aku akan menuruti perkataannya. Tapi kalau tidak, aku tidak akan menurutinya. Lagipula, aku dan dia cuma berteman! Dia saja tidak aku larang untuk berteman dengan siapa saja. Masa aku tidak boleh main dengan siapa saja?!" Sunggutnya yang entah kenapa dirinya merasa kesal.

Perkataan yang saudaranya berilan ini sama dengan pemikirannya. "Tapikan dia memberikan pengaruh baik untukku." Balasnya yang setuju dengan penuturan dan pemikiran saudaranya.

"Apakah mereka berdua ini saling mengenal satu sama lain?" Tanyanya lagi, yang langsung menatap saudaranya dengan tatapan mengintimidasi. "Yak! Kau tau tentang ini bukan?!" Sentaknya langsung, ketika melihat ekspresi dan tingkah saudaranya yang mulai berubah.

"Aku tau. Tapi aku tidak pantas untuk memberitahu dirimu. Lebih baik kau tanya  langsung saja kepada mereka berdua." Jelas Giselle, yang gak mau beri tau saudaranya ini, mengenai kedekatan 2 pria itu. Lebih tepatnya, mereka tidak dekat dan saling bermusuhan menurut dirinya.

"Tapi, mengapa mereka seperti orang yang tidak kenal sewaktu aku memperkenalkan mereka?" Tanya Haechan yang semakin penasaran.

"Karena mereka tidak mau memaksa dirimu. Mereka takut kalau kau akan memaksa ingatan milikmu karena tidak tau mereka. Maka dari itu mereka berlagak tidak kenal satu sama lain." Balas Giselle.

LEE HAECHAN 2 - MARKHYUCKNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang