CHAPTER 1

68 6 1
                                    

YEYY AKHIRNYA PUBLISH JUGA NI CERITA, SEKIAN LAMA MIKIRR. 

OKE LANGSUNG AJA BACA!

JANGAN LUPA KASIH BINTANG DAN KOMEN DI SETIAP PARAGRAFNYA ..

___

"Lo itu beda sama dia."

"Lo itu gak bisa kaya dia."

"Bantu gue untuk lupain dia."

Kata-kata itu  terbayang-bayang di benak gadis yang tengah melamun bersandar pada dinding tembok sekolahnya.

"DORR!!!" Teriakkan itu mengagetkan gadis yang melamun.

"Hayoo, mikirin apa lo. Jangan jangan pikiran yang plus plus ya?" Tuduh gadis berambut pirang. Dia Aca, sahabat satu satunya yang Zura punya.

"IHH apa sih, aku nggak mikirin apa apa ko." Elaknya. Berusaha untuk mengubah mimik wajahnya.

Aca yang paham kalau sahabat satunya ini tengah ada pikiran pun, berusaha agar Zura bicara jujur padanya.

"Jujur deh sekarang sama gue, lo kenapa?"

"Aku nggak kenapa kenapa, Acaaa"

"Masalah ka Samuel lagi?" Tebak Aca. Melihat keterdiaman sahabatnya, berarti tebakan Aca sudah pasti benar.

Aca menghela nafas pelan, sudah beberapa kali ia memberikan saran tetapi tidak juga di dengarkan oleh Zura. Memang ya, orang kalau sudah jatuh cinta pasti susah. Mau sejahat apapun orang yang dia cintai, pasti selalu ia terima.

"Udah gue bilang beberapa kali. Mau lo sebaik apapun, setulus apapun, kalo saingannya orang di masalalunya. Lo akan kalah!"

"Aca, udah deh. Kamu tuh nggak tau apa-apa." Aca mendengus mendengar jawaban sahabatnya.

"Udah lah, dari pada lo galau galau mending ayo ke kantin. Anak-anak gue udah pada demo nih di perut." Ucapnya seraya menarik tangan Zura.

__

Bell pulang sudah berbunyi pada 10 menit yang lalu, dan yang pasti sekarang kelas sudah dalam keadaan kosong. Hanya tersisa satu siswi disana yaitu, Zura. Zura sengaja mengundur jam pulangnya agar tidak bertemu dengan cowo yang tidak punya perasaan, siapa lagi kalau bukan Samuel.

Merasa sudah sepi, Zura bangkit dari duduknya menuju keluar kelas. Baru saja ingin berjalan tetapi di pintu kelas sudah ada yang menarik tangannya membuat ia mundur beberapa langkah.

Zura menoleh ke belakang, ia memutar bola matanya malas mengetahui siapa yang menarik tangannya. "Kenapa kak?" Tanyanya malas.

"Kenapa chat gue nggak lo bales? Kenapa keluar belakangan?"

"Handphone ku, mati." Jawabnya.

"Ayo pulang!"

Zura hanya pasrah tangannya ditarik begitu saja oleh Samuel. Lagipun jika ia mau melawan tidak akan bisa.

Sesampainya di parkiran, Samuel menyerahkan helm kepada Zura agar segera dipakainya. Tak kunjung di terima, membuat Samuel berdecak kesal. Tanpa basa-basi ia memakaikan helm kepada Zura.

"Naik, cepat," Zura masih tetap diam, enggan untuk menaiki motor custom itu.

"Mau gue tinggal?"

Sontak Zura menggeleng cepat, ia segera menaiki motor itu.

Lagi-lagi ada hal yang membuat Samuel kesal. "Besok-besok pendekkin lagi ya roknya."

MAMPUSS!! Zura baru menyadari ia salah mengambil rok. Samuel segera melepaskan jaketnya dan menyerahkan jaket kebangaaannya kepada Zura untuk menutupi paha itu.

SAMUELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang