Interlude : Sekilas Tentang Trio Cuanki

2 0 0
                                    

Setahun yang lalu ...
-
Siang hari usai pelajaran olahraga, bel istirahat kedua berbunyi. Kadru langsung mengganti baju olahraga nya dengan seragam putih abu. Setelah itu, dia ke kantin untuk mengisi perut nya yang sudah kosong.

Tapi saat di koridor sekolah, tiba-tiba perut nya mulas. Akhirnya Kadru memutuskan untuk pergi ke toilet lebih dulu.

Namun ketika baru turun tangga dari lantai dua, dia melihat kedua teman sekelas nya waktu itu, yaitu Juni dan Sastra berlari ke arah belakang sekolah.

Entah kenapa Kadru jadi penasaran. Kedua temannya itu pergi ke tempat yang jarang dikunjungi oleh orang-orang. Rasa penasaran nya jauh lebih besar sampai perut nya yang tadi mulas hilang seketika.

Kadru pun ikut berlari mengikuti mereka ke belakang sekolah. Dia juga sudah memastikan tidak ada guru yang sedang lewat.

Sesampainya di sana, dari kejauhan Kadru mengintip mereka di balik tembok. Juni dan Sastra pelan-pelan tengah menyingkirkan banyak perabotan bekas di tempat itu.

Ternyata diantara banyak nya perabotan bekas itu, ada lubang yang tidak begitu besar di tembok pembatas sekolah. Seolah perabotan bekas itu sengaja untuk menutupi lubang yang ada di tembok.

Kadru keluar dari persembunyian nya, memberanikan diri untuk bertanya. "Hei, kalian ngapain?"

Kedua temannya tampak panik. Mereka sempat saling bertatapan. Kemudian Juni menghampiri Kadru. "'Stt ... Jangan keras-keras!" kata Juni berbisik, lalu menarik lengan Kadru, "Udahlah, kamu ikut kita aja!"

Bahkan Sastra turut menyeret Kadru masuk ke dalam lubang itu, dibantu oleh Juni.

-

Selepas berhasil melewati lubang yang hanya muat untuk satu orang dengan susah payah, sekarang ketiga pemuda itu berada di gang pemukiman sekitar sekolah.

"Emang kita mau kemana sih?" Kadru melihat sekeliling nya, dia masih asing dengan jalan yang sedang mereka dilewati.

"Nge-cuanki di taman komplek, Kad." jawab Sastra mantap.

"Kenapa kalian gak ke kantin aja? Bukannya ada mie bakso mang jo?"

"Jam segini kantin sumpek, Kad. Lumayan kita sambil healing di sana." balas Sastra sambil memainkan dasi nya.

"Kalian gak takut ketahuan?" tanya Kadru resah, ini pertama kali nya dia keluar sekolah sebelum waktunya.

"Tenang, Kad. Kita cuma makan di luar aja bentar. Lagian kita berdua udah sering ngelakuin ini, kok." kata Juni enteng.

Setelah berjalan sekitar lima menit, mereka sampai di kompleks perumahan. Tak lama mereka menemukan taman yang berada di tengah perumahan itu. Tempatnya sepi dan adem. Benar kata Sastra, bisa sekalian buat healing.

Mereka bertiga kemudian masuk ke area taman Kompleks perumahan itu. Terdapat tukang cuanki yang sedang nangkring di gazebo.
"Eh ... kalian lagi?" Abang tukang cuanki tampak heran dengan kedatangan mereka.

"Iya, mang. Pesen tiga, pake mie semuanya. Iya kan?" kata Juni sembari memandang Kadru dan Sastra. Mereka berdua pun mengangguk.

Lalu ketiga pemuda itu duduk di kursi yang tersedia pada gazebo itu.

Keheningan terjadi. Kini ketiga nya sibuk dengan pikiran masing-masing, menikmati suasana sampai Juni mulai membuka pembicaraan.
"Kad, kamu pernah ngerasa aneh gak, sih? Ngerasa beda gitu sama yang lain."

"Maksud nya?" Kadru kurang mengerti dengan pertanyaan Juni.

"Itu loh, misalnya kamu tiba-tiba punya kemampuan aneh gitu?" terang Juni.

"Kalo aku sih iya." Dia paham apa yang dibicarakan Juni. Karena dia sendiri, belum lama ini mendapatkan kemampuan yang tidak biasa.

"Iya, sama aku juga." sahut Juni setuju.

"Emang kemampuan aneh kamu itu kayak gimana, Kad?" tanya Sastra penasaran.

"Mm ... Soal itu ...." Kadru bingung bagaimana menjelaskan kemampuan aneh nya itu yang muncul saat akhir SMP.

Belum selesai Kadru bicara, mang cuanki datang dengan pesanan mereka, sehingga mereka segera menyantap cuanki masing-masing.

Ketika sedang asik makan menikmati cuanki, mendadak ada seorang pria mendekati mereka.

"Hei, kalian!" panggil pria itu.

Mereka bertiga tersentak, sontak menatap pria asing itu.

"Santai saja, aku tidak akan melaporkan kalian. Habiskan dulu cuanki kalian. "

Sesudah cuanki mereka habis, pria itu langsung berbicara.

"Aku tahu kalian memiliki kemampuan tak biasa. Kamu!" tunjuk pria itu pada Juni, "Bisa menggerakkan benda tanpa menyentuh. Benar, bukan?"

Juni terkejut dengan pernyataan pria itu.

"Kamu!" Kali ini pria itu menunjuk pada Sastra, "Kamu bisa membaca pikiran orang lain."

Dan terakhir pria itu menunjuk pada Kadru, "kamu bisa melihat masa lalu melalui benda."

Ketiga pemuda itu syok dengan ekspresi wajah yang tegang.

"Begitu juga dengan ku. Aku bisa mengetahui kemampuan seseorang. Kalian tidak perlu takut. Aku juga sama seperti kalian, memiliki kemampuan tidak biasa.

Kita, para pemilik kemampuan disebut dengan 'esper'. Intinya aku ingin mengajak kalian untuk bergabung dengan kami, geng Esperian.

Jika kalian berminat, hari sabtu, jam sepuluh pagi, temui aku di jalan anggrek. Ku tunggu kedatangan kalian. Dah, sampai ketemu lagi." jelas pria itu panjang lebar.

Lantas pria itu pergi begitu saja, meninggalkan para pemuda yang masih mencerna apa yang barusan mereka ketahui.

-

Bandung, 24 Juli 2023

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Esper at High School (Short Stories #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang