4♥︎

2 3 0
                                    

Happy Reading💗


________________________________________

" tidak semua anak yang melawan orang tuanya itu berandalan, dia hanya lelah dan cemburu karena sering diperlakukan tidak adil, Apa yang dilakukan dan diperolehnya selalu salah di mata orang tuanya "
                                            -Lilyane a.a
°°°°°°

Saat Lily memasuki rumah ia langsung disuguhkan tatapan datar sang papa, oke Lily akan pasrah dengan apa yang akan terjadi.

"Duduk" intruksi Adhitama kepada Lily

Lily duduk dengan raut muka tenang tapi tidak dengan hatinya, ia sempat melirik nara dan mama nya yang duduk di sofa samping papa nya.

"Mana kertas milik mu?" Tanya Adhitama dengan nada menuntutnya, dengan perasaan sedikit cemas lily memberikan kertasnya yang sudah lusuh ke sang papa

Perlahan tapi pasti Adhitama membuka gulungan kertas itu
"APA INI, KAMU ADA DI URUTAN KE DUA?!" Bentak adhitama seraya melempar kertas itu ke muka lily

Nara dan sang mama terkejut saat adhitama membentak dsn melempar kertas itu kearah liliy.

"Memang kenapa?" Tanya lily balik pada adhitama dengan raut wajah yang datar

"BERANINYA KAMU MALAH BERTANYA BALIK KE SAYA?!" murka adhitama saat melihat ekspresi lily yang tidak merasa takut dengan bentakanya.

"Aku cuma tanya ke papa, apa yang salah sama nilai aku?"

"Anak sialan!, saya sudah bilang dapatkan nilai sempurna di ulangan kali ini!, tapi kau malah mendapat nilai 90 dan ada di urutan ke dua?!"

"Apa yang salah dengan nilai 90 sih pa?!!" Lily tidak tahan, ia mulai menaikan nada bicaranya.

"Beraninya anak sialan seperti kamu menjawab ucapan saya?!"

"Aku muak pa!, aku muak sama papa yang selalu mempersalahkan nilai aku, ke-KENAPA PAPA SE TERGILA ITU SAMA NILAI AKU PA?!, kenapa?!"

"JAGA UCAPAN KAMU ANAK SIALAN, lihat adik kamu,  dia mendapat nilai sempurna dan ada di urutan pertama nilai tinggi di kelasnya!"

Lily menoleh ke arah nara yang sedang di peluk oleh sang mama, nara yang di tatap lily dengan sinis pun menggeleng seraya meneteskan air matanya.

"CIH, APAAN PAPA SAMAIN AKU SAMA NARA?!,mata pelajaran di ulangan nara mudah pa!, wajar dia mendapat nilai sempurna"

Adhitama yang geram dengan lily yang selalu membantah ucapannya, berjalan cepat ke arah lily dan langsung menjambak kuat rambut lily dan menghempaskanya dengan kuat.

Lily yang terkejut dengan yang di lakukan sang papa tidak bisa menyeimbangkan tubuhmya hingga ia tersungkur dan dahinya yang terbentur ujung meja
"AARGH"

"KAK LILY!"

Adhitama ber smirk saat melihat lily kesakitan .
"Rasakan itu, itu yang terjadi jika kamu melawan dan meninggikan ucapan mu terhadap saya" setelah mengatakan itu Adhitama meninggalkan ruangan.

Nara dan destia yang melihat adhitama pergi langsung menghampiri lily.

"Lily ayo mama bantu berdiri" destia dan nara sudah memegang pundah lily dengan niat membantu lily beridiri, tapi itu tidak bertahan lama hingga lily menepis tangan nara.

"Gausah pegang gue sialan!" Bentak lily kepada nara, nara yang kaget reflek mundur dengan mata berkaca kaca.

Destia yang melihat nara spontan melepas cekalannya dari bahu lily dan menghampiri nara seraya memeluknya, lily yang melihat mamanya memilih adiknya hanya tersenyum kecut.

"Lily kenapa kamu membentak nara?!, dia berniat baik mau tolong kamu!" Bentak destia

Lily yang mendengar bentakan destia hanya diam seraya menunduk.

"Aku gabutuh niat baik dia,lebih baik mama bawa dia pergi dari sini" lily berucap dengan tetap menunduk.

"Ta-tapi kak nara-"

"PERGI GUE BILANG!" bentak lily yang membuat destia membawa nara pergi meninggalkan lily.

Saat destia dan nara sudah pergi dari sana, lily langsung mendongakan kepalanya, darah yang mengalir dari dahi dan sekarang hidung nya yang mulai mengalirkan darah.

"SHIT!" dengan berusaha lily berdiri menahan pusing yang teramat di kepalanya, dengan tertatih dia berjalan ke kamarnya.

Saat sudah berada di kamar dan mengunci pintunya, perlahan berjalan ke arah kamar mandi untuk membasuh darahnya.

Saat sampai di wastafel lily melihat keadaanya di cermin, ia tersenyum miris memandang mukanya yang sebagian sudah berlumur darah.

Setelah membersihkan darah di dahi dan hidungnya lily langsung mandi guna menyegarkan tubuhnya walau ia sesekali meringis saat lukanya terkena air.

Setelah lily selesai, dengan perlahan mengobati luka di dahinya, setelah selesai lily langsung membaringkan tubuhnya di kasur dan bersiap untuk tidur, biarlah ia melewatkan makan malam, ia sudah lelah dan malas rasanya jika harus bertemu sang papa.

(Sang papa huh?, papa mana yang memperlakukan anaknya bagai hewan?)

Sebelum lily benar benar tidur, ia sempat menggumamkan kata kata dari seseorang.
"Jangan mimpi indah, cukup tidur dengan nyenyak saja, tidur untuk dirimu, bukan untuk menghawatirkan hari esok" -hcn♡

________________________________________

Thanks for reading my story💗

Jangan lupa vote setelah baca ya, ramein dong komentar apa aja hh😁🙌🏼

Follow akun author juga ya, itung² sebagai bentuk dukungan😁💗

Follow juga akun instagram
@lilyane.aa1

⚠️Tandai typo

See you in the next story😋👋🏻

Lilyane Diarys [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang