"Asha, Lu ada masalah sama hubungan Gue?"
Shahi mendelik lantas menyeret pandangannya ke arah Sadhira yang tidak kalah terkejut. Yang bertanya itu, Anjanu; ketua ekskul pencak silat yang lebih dikenal Njan.
"Maksudnya gimana, Njan?"
Tidak, bukan Shahi atau Sadhira yang membalas pertanyaan dengan bertanya. Pelakunya adalah Sargatra Shankara; panggil saja Sarga/Gatra, tapi jangan Arga karena ia benci dipanggil seperti itu. Ia ternyata sudah berada di salah satu bangku kantin jauh sebelum kedatangan Anjanu serta mereka berdua.
"Ini Ga, ada yang denger Shahi bilang Gue sama Anggraeni udah macem-macem. Gue bisa aja diem cuma ini udah kedengeran ke Bu Bela, sampe disuruh jauh-jauh sama Anggraeni kalo masih di lingkungan sekolah," jelas Anjanu.
"Oh gitu, Gue juga kemarin denger tentang itu berkali-kali, tapi bukan dari mulut Shahi," Shankara menghela nafas sembari menelusuri setiap seluk kantin yang tidak begitu luas.
Ia menunjuk objek yang sebelumnya ia cari, "dari mulutnya dia."
"Serius?" akhirnya yang menjadi tersangka membuka suara, kedua mata mencari kebenaran di mata lawan bicaranya.
Shankara mengangguk malas, "Lu gak percaya sama Gue? Yaudah nih Gue tanya."
Yang panik justru Sadhira karena ia tidak menganggap itu adalah langkah yang tepat. Sadhira menatap Shahi yang ternyata penasaran dengan pernyataan antara kebohongan dan kebenaran.
Begitu Shankara berdiri dan berjalan beberapa langkah dari posisi mulanya, Shahi menarik seragam belakang yang bertubuh besar. Jelas hal itu membuat Shankara berhenti dan membalikkan tubuhnya, pertanyaan pun bermunculan di air mukanya. Tingginya tidak jauh berbeda dengan Shahi namun berhasil menutupi cahaya matahari yang hendak menjamah rupa sang perempuan. Surainya dibiarkan tak beraturan karena kata sang empu, walau sudah ditata tetap kembali berantakan seperti semula.
"Biar Gue aja."
Shahi tahu dengan jelas bahwa Shankara; kekasihnya mengatakan kebenaran. Karena ini bukan pertama kalinya. Yang sudah lalu Shahi pernah dibicarakan tidak-tidak oleh orang yang sama, bahkan disebarnya cerita kebohongan.
Shahi berjalan cepat ke arah Birsha, entitas yang ditunjuk oleh Shankara, si dalang.
"— iya 'kan? Gue sih emang udah tau kalo dia itu perempuan gak bener, masa dia mau sih diajak begituan sama guru?"
Mendengar buah bibir tersebut, matanya mencalang ke arah perempuan tak tahu diri itu, belum sempat membuka kedua belah bibirnya, Birsha yang sadar akan kehadiran Shahi sudah menunjukan tanda-tanda terintimidasi.
Loh, takut?
Shahi melepaskan semua ekspresi tegangnya, arkian tertawa ringan, "Lu sekalian mau denger mulut jahat Gue langsung dari orangnya 'nggak? Kan Lu udah susah payah bikin image Gue kayak gitu."
Beberapa murid yang sedang mendengarkan kebohongan Birsha heran saling tatap satu sama lain. Birsha semakin merengut, ia tundukkan kepalanya.
Shahi tak melanjutkan perkataannya, ia hanya menelanjangi Birsha dengan tatapan dari atas hingga kebawah berulang kali sampai yang ditatap merasa tidak nyaman dan mulai mengeluarkan air mata. Jika bahu Birsha tidak bergetar, Shahi tidak akan tahu bahwa perempuan kicu di hadapannya sedang menangis.
Lantas yang dilakukan Shahi adalah menepuk pundak Birsha lalu memeluk pengkhianat itu. Membisikkan kata-kata tepat di telinga Birsha dan meninggalkan tempatnya berpangkal.
Shankara tersenyum tipis; dengan bangga menyambut kembalinya sang kekasih, "bilang apa tadi?"
Sadhira lebih dulu menghampiri Shahi dan menepuk punggungnya berkali-kali.
"Sha itu kalo dia ngomong yang enggak-enggak lagi tentang Lu abis ini gimana? Lagian Lu tadi bilang apa ke dia? Itu kenapa dia nangis? Gue yakin banget pasti dia langsung bikin cerita mulut Lu sama persis sama cerita yang dia buat."
Shahi bahkan tidak menangkap apa yang sebenarnya Sadhira katakan. Ia kemudian menarik Sadhira,
"Bye-bye Ga."
Lenyap sang kekasih membuat senyumnya berangsur lenyap pula. Ia menoleh ke arah Anjanu yang masih setia meminta kepastian.
"Apa?" tanya Shankara.
"Terus gimana jadinya?"
"Ya Lu lagian terlalu mentingin omongan orang,"
"Coba Lu sama Shahi yang diomongin orang-orang, emang gak Lu pikirin?" tanya Anjanu berusaha membuat Shankara merasakan penderitaannya.
Tampak berpikir, lalu Shankara mengangkat kedua bahunya, "kan yang penting gimana Gue nya sama Shahi," dasar pembohong.
'Ajarin Gue dong, manfaatnya ngejatuhin sesama manusia di depan manusia itu apa?' Itulah yang Shahi bisikkan kepada Birsha.
Cadudasa Shahi
©dobunny_, 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Cadudasa Shahi
Teen FictionMenurut Shahi, hidupnya tidak semenarik itu sehingga harus dijadikan sebuah kisah. Bahkan ia percaya hanya sedikit bahkan tidak ada yang mau membaca kisah hidupnya. -- ; 𝐂𝐚𝐝𝐮𝐝𝐚𝐬𝐚 𝐒𝐡𝐚𝐡𝐢 (Pesona Cemerlang) Cerita ini adalah cerita gabunga...