Bagai dihujani batu, masalah datang berangsur dalam hidup Shahi selama satu semester setelahnya. Satu persatu mulai melepas ikatan pada Shahi. Pertama Shankara, kedua Sadhira, bahkan yang ketiga adalah orang tua Shahi yang entah sudah berapa kali berganti secara teratur.
Kemudian yang terjadi adalah fokus Shahi menurun, pening dirasa sampai ia kewalahan memilih keputusan yang berurusan dengan masa depannya.
Ditinggal Shankara membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk sembuh. Sementara ditinggal Sadhira? Entahlah. Mungkin memang salah Shahi juga karena dengan entengnya berkata seperti,
"Lu kan tau kalo Hikal bukan cowok yang bener."
Lantas Sadhira yang baru saja merasakan berada di taman bunga bermekaran itu langsung menunjukan ekspresi kecewa dan meninggalkan Shahi begitu saja. Padahal, Shahi hanya tidak mau Sadhira menjadi kupu-kupu malam Hikal yang kesekian. Namun niatnya tak tersampaikan pada Sadhira sampai-sampai dijauhkan.
Tentang orang tua Shahi, bagaimana mengatakannya? Jika dihitung, ia pernah punya 3 Ayah dan 3 Ibu. Bermula dari Ayah kandungnya yang memilih perempuan lain, kalau kata Ibu kandung Shahi,
"Bapak itu diguna-guna sama perempuan gak bener, makanya dia pelit kasih uang ke keluarganya sendiri, sementara buat si lacur itu dia kasih apapun bahkan buat sesuatu yang gak dipinta."
Ah, memang pada dasarnya kalian belum memiliki mental yang stabil untuk menikah dan mempunyai anak, sekiranya itulah yang ada di batin Shahi.
Usai sudah kisah orang tua kandungnya, Shahi dipaksa mengikuti Ayahnya yang memilih perempuan yang disebut lacur oleh Ibu untuk dinikahi. Sebut saja istri baru itu dengan Mama.
Mama ibarat penegak hukum yang keras di rumah, ia tak segan mencaci bahkan memukul Shahi jika ia melakukan kesalahan sekecil apapun. Begitu ia mengadu, Ayahnya tidak percaya dan mengatakan bahwa anaknya hanya mengada-ada, lantas ia mengusir Shahi yang membuat sang anak lari ke rumah Ibu.
Rumah tangga Ibu dengan suami barunya memang terlihat baik. Yang tak terlihat adalah mereka saling menusukkan belati di punggung masing-masing. Sama-sama bermain api dengan cerdas sampai Shahi muak dengan pertengkaran dan mereka bertindak seolah-olah menjadi korban di dalam kesalahannya.
Seiring berjalannya waktu, Ayah kembali menemui Shahi, berjanji bahwa ia akan menikah yang terakhir kalinya, ia tidak akan mengusir, dan berjanji ia akan percaya kepadanya. Maka dari itu Shahi kembali tinggal bersama Ayah dan tentu dengan istri yang kesekian. Begitu baik Bunda membuat Shahi akhirnya merasakan peran Ibu yang tepat setelah sekian lama.
Shahi mendengar Ibunya bercerai dan menikah lagi. Apa cinta semudah dan semurah itu untuk dibuang dan dibeli kembali? Pikir Shahi.
Yang penting, Shahi sudah bahagia dengan hidupnya yang memiliki Bunda. Kebiasaan Ayah kembali, pelit memberi uang bahkan saat Shahi harus melakukan pembayaran untuk sekolahnya. Walau begitu, Bunda tidak menuntut atau protes terhadap sikap Ayah yang hari demi hari semakin menjadi. Maka dari itu, Bunda memutuskan untuk bekerja menjadi asisten rumah tangga di salah satu rumah gedongan di dekat rumah.
Puncaknya adalah di tahun yang sama dengan kepergian Shankara dan Sadhira dalam hidupnya, Ayah ingkari janji. Ia menceraikan Bunda yang sudah sebegitu baiknya dengan Shahi.
Tuhan, kemana lagi Shahi harus pergi sekarang?
"Asha ikut Bunda aja yuk?"
Shahi membuyarkan lamunannya dan kembali memusatkan atensinya terhadap Bunda yang kini sedang berkemas.
"Tapi Bun, Asha cuma jadi beban Bunda doang nantinya," jawab Shahi yang semakin mengecil diujung kalimatnya.
"Hush. Jangan ngomong kayak gitu. Bunda udah sayang banget sama Asha, udah Bunda anggep kayak anak kandung Bunda sendiri,"
Shahi menyiuk lalu menggigit bibir bawahnya, menahan apa yang ingin merangsek keluar dari bibir dan matanya.
"Asha?"
Shahi tak sedikitpun menatap Bunda sekarang, ia menundukkan kepalanya semakin dalam, tidak mau terlihat menyedihkan di depan orang yang bahkan tidak ada hubungan darah dengannya.
Bunda bangun dari aktivitasnya, menarik Shahi agar duduk di sudut kasur.
"Asha capek ya 'Nak?"
Dengan begitu emosi Shahi meluap. Tangisnya meraung-raung berusaha mengeluarkan rasa sakit di dadanya. Bunda memberinya pelukan erat bertujuan memberitahu Shahi bahwa ia ada di sisinya.
"Bun... nda sakh.. sakit Bun," Shahi melepaskan pelukan Bunda.
Bukan sakit karena seberapa erat Bunda memeluknya tapi karena apa yang Shahi pendam selama ini. Ia terus menerus memukul dadanya dengan nafas tersenggal-senggal, Hiperventilasi.
"Ssh, Asha hei, lihat Bunda ya? Sini lihat Bunda," dengan lembut Bunda menyingkirkan tangan Shahi yang berusaha menghilangkan rasa sesak di dada, lalu menangkup paras sang anak sambung tersebut.
"Sayang, kamu punya Bunda sekarang."
Bunda adalah orang asing mahatahu tentang segala sesuatu yang Shahi rasakan.
Cadudasa Shahi
©dobunny_, 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Cadudasa Shahi
Teen FictionMenurut Shahi, hidupnya tidak semenarik itu sehingga harus dijadikan sebuah kisah. Bahkan ia percaya hanya sedikit bahkan tidak ada yang mau membaca kisah hidupnya. -- ; 𝐂𝐚𝐝𝐮𝐝𝐚𝐬𝐚 𝐒𝐡𝐚𝐡𝐢 (Pesona Cemerlang) Cerita ini adalah cerita gabunga...