roti lapis

54 5 0
                                    

[Happy reading]

*****

Salju beterbangan berputar-putar menerpa jendela-jendela sedingin es. Sebentar lagi Natal. Hagrid seorang diri membawa dua belas pohon Natal untuk Aula Besar.

"Slughorn mengadakan pesta malam natal nanti, dan kami boleh mengajak teman. Kalau kau tidak sibuk, bisa datang bersama, ku?"

"Boleh."

"Baik."

Mereka mengangkat bukunya berjalan keluar kelas Transfigurasi.

"Hai, Luna." sapa Mia saat dia melihat Luna berjalan sendirian di koridor.

Luna tersenyum gembira. "Halo. Kau tahu, Harry Potter mengajak ku pergi ke pesta profesor Slughorn. Apa kau juga di undang?"

"Ya, teman ku Blaise, dia mengajak ku." kata Mia.

"Bagus sekali... sampai ketemu di pesta, ya." ujarnya, lalu pergi dengan melompat-lompat kecil.

"Kau berteman dengan si Loony?" tanya Blaise sedikit kaget.

"Hm. Jangan panggil dia begitu, Blass. Namanya Luna bukan Loony, dia baik." kata Mia sambil tersenyum memandangi Luna yang berjalan.

Violet cerita bagaimana percakapan mereka saat di menara Ravenclaw. Luna masih bisa memaafkan Violet meskipun dia telah membunuh ibu Luna.

"Ayo, kita ke asrama." ajak Mia.

Mereka berjalan beriringan menuju asrama. Mia merasa kepalanya akan meledak sebab memikirkan banyak hal. Dia masih mencari tahu siapa yang memberikan kalung itu pada Kattie Bell, apa benar itu ulah Draco? Mia, pamannya dan Dumbledore berunding soal itu, tetapi mereka masih belum menemukan jawaban yang pasti.

"Oi, Blaise!"

Sebelum Blaise menjawab panggilan Theodore, dia menoleh pada Mia yang ada dibelakangnya.

"Aku ingin istirahat." ucap Mia. Dia tak ingin membuat mereka canggung jika dia ikut berkumpul bersama mereka, karena Draco ada di sana bersama Pansy.

Blaise mengangguk mengerti. "Apaan?" dia pergi ke teman-temannya.

Mia mendengus pelan, lalu pergi ke kamar anak perempuan.

"Slughorn mengadakan pesta, yakan? Kau ajak aku saja, aku tahu kau tidak punya siapa-siapa untuk kau ajak pergi ke pesta." kata Theo dengan nada melelas sekaligus mengejek.

Blaise memutar bola matanya. "Tidak. Aku sudah mengajak orang lain."

Mata Theo membulat. "Kau bohong! Kau hanya tak mau mengajak ku, yakan?"

"Serius!"

"Siapa, tuh?" tanya Terence.

Blaise mengenyahkan tubuhnya agar merasa nyaman. Matanya melirik Draco sekilas. "Aku mengajak Mia, dan dia setuju."

Hening untuk sejenak sebelum Daphne membuka suaranya.

"Baguslah kau yang mengajaknya. Sebelum itu Mia bilang kalau Potter mengajaknya, tapi Mia menolak." Daphne membolak-balik halaman daily prophet.

"Dia mengajak Loony, si Potter." ujar Blaise.

"Pasangan yang sempurna." timpal Pansy.

Mereka terkekeh pelan.

Mia turun dari kamar anak perempuan pukul setengah delapan malam itu, dia mengenakan gaun hitam selutut yang polos, rambutnya dia kuncir menyisakan beberapa helai di depannya.

Dia melihat Blaise duduk bersama yang lainnya. Lelaki itu nampak gagah dengan setelan tuxedo nya. Matanya kemudian tertuju pada sosok yang duduk sendirian di pojok kanan ruang rekreasi. Sosok itu sedang memainkan bola kecil di tangan nya. Sosok itu adalah Draco. Meskipun gelap, Mia masih bisa melihat kalau lelaki itu mengenakan setelan jas yang nampak serasi dengan gaun yang saat ini dia pakai.

GONE || DRACO MALFOY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang