Episode 4

35 7 0
                                    

Episode 4

Fira duduk di meja makan memperhatikan hidangan di atas meja, ada cap zai, oseng kangkung dan ayam bumbu merah tidak lupa tumis udang pedas, semua makanan di atas meja tersebut adalah makanan kesukaannya.

"Dari mana si miskin itu tahu semua makanan kesukaanku? Kapan dia belanja sebanyak ini? Dapat dari mana dia uang?"

Tak lama kemudian Maulana muncul dari balik dinding dapur, berjalan menuju meja makan dan menarik salah satu kursi kemudian didudukinya.

Fira mengalihkan perhatiannya pada sang Suami, selama menikah belum pernah memanggil pria itu dengan sebutan apapun hingga bingung harus memanggil apa.

"Mas," panggilnya canggung.

"Ya, Sayang," jawab Maulana sambil memandang sang Istri lembut.

"Maz masak sebanyak ini dapat uang darimana? Secara … seorang supir angkot kalau digunakan untuk makan seperti ini, mana cukup. Maz tidak ikut pinjol bukan?" Tanya Fira curiga.

Maulana terkekeh mendengar pertanyaan sang Istri."Sayank, kamu tenang saja, Suamimu ini tidak akan hutang pada pinjol hanya untuk membuatmu bisa makan enak."

Fira masih menatap sang Suami tidak percaya."Masa? Lalu darimana Maz dapat uang?"

"Kerja dong, Istriku. Sebagai seorang Suami menafkahi Istrinya itu suatu kewajiban, karena itu sebelum memutuskan menikah seorang pria itu harus punya penghasilan sendiri," jawab Maulana gemas terhadap sang Istri.

Fira menarik satu kursi di samping sang Suami lalu duduk di atas kursi tersebut, tatapannya masih belum beralih dari menu makanan di atas meja.

"Ok lah, anggap saja kali ini aku percaya. Tapi awas ya kalau ternyata Mas berhutang pada pinjol, jangan harap aku akan membantu Maz melunasi hutang itu," katanya sambil melirik sang Suami.

Maulana menghela nafas."Sudalah, Sayank. Jangan bicara lagi, lebih baik kita segera makan."

Fira mengangguk dan langsung meraih nasih berserta lauk pauknya, ia mulai menyicipi udang tumis pedas."Wow… rasanya sangat enak, Maz kamu sungguh hebat."

Maulana tersenyum menanggapi ucapan sang Istri, mau bagaimana pun juga dirinya telah belajar dari kecil saat ke dua orang tuanya kerja, meski tak seenakn rasa masakan koki di restoran setidaknya bisa dimakan.

Drrt …

Drrt …

Pria itu meraih ponsel miliknya lalu menjawab panggilan teleponnya."Assalamualaikum."

"Boss, apakah Anda hari ini ke kantor?"

Maulana mengerutkan kening mendengar pertanyaan tersebut, dirinya baru saja menikah tapi secara tidak langsung sudah diminta ke kantor.

"Tidak, semua pekerjaan ku akan diurus olehmu."

"Jangan! Maz berangkat naik angkot saja, kalau Maz tidak narik, kita mau makan apa?!" Sahut Fira galak.

Entah bagaimana Maulana harus menjelaskan bahwa dirinya bukan supir angkot melainkan pemilik perusahaan Mizuruky dan itu juga bukan perusahaan angkot.

"Sayank."

Fira menoleh pada sang Suami dan menatapnya galak."Pokoknya Maz berangkat kerja saja."

Maulana menghela nafas mendapat usiran."Iya, Maz kerja sekarang."

Ia langsung menutup panggilan telepon tanpa bertanya apapun lagi pada asisten pribadinya.

Selesai makan, Maulana segera berganti baju dengan kemeja navi, jas hitam lalu menyisir rambutnya rapi setelah itu kembali ke meja makan.

"Sayank, Maz berangkat ke kantor dulu ya?"

Fira mendongak menatap sang Suami, mulut terbuka seakan tak bisa  menutup melihat sosok sang Suami, terlihat sangat rupawan dan elegan.

"Maz, kenapa berpenampilan seperti itu? Maz pinjam dimana setelan jas seperti itu?"

Maulana syok mendengar pertanyaan sang Istri, ia mengusap wajahnya kasar."Sayank, semua baju Mas itu tidak ada yang pinjam, semua beli sendiri. Maz mau ke kantor, jadi harus seperti ini. Tidak mungkin kan kalau ke kantor memakai baju pengantin?"

Fira mencebik tidak percaya dengan penjelasan sang Suami."Sudalah, Maz. Mana mungkin seorang supir angkot bisa membeli jas mahal itu, sudalah Maz berangkat saja. Aku mau lanjut makan."

Maulana mengangguk, sebelum berangkat dia mencium pipi putih sang Istri terlebih dulu hingga membuat Istrinya terkejut menerima perlakuan itu.

"Maz…"

"Maz hanya menciummu, jangan terkejut seperti itu. Ni …" Maulana mengeluarkan kartu gold lalu diletakkan di depan sang Istri.

"Di sini ada lebih dari 500 juta, untuk mu."

Fira menghentikan makannya dan menatap kartu kredit tersebut."Maz, itu kartu siapa?"

"Istriku, apapun yang ku berikan padamu itu semua dari Allah yang dititipkan padaku. Tenang saja, Suami mu ini kerjanya halal. Sudah ya, aku berangkat kerja dulu," pamit Maulana.

Fira masih termangu melihat kartu kredit berisi 500 juta tersebut, ia masih tidak percaya kalau sang Suami memberikan uang padanya sebanyak itu.

Maulana melangkahkan kaki meninggalkan sang Istri membiarkan gadis itu terus berpikir dari mana asal kartu kredit tersebut.

Di depan rumah sebuah mobil angkot milik pemilik rumah sudah tersedia, sengaja tidak menggunakan mobil mewah miliknya untuk menghargai orang yang sudah berbaik hati meminjamkan mobil tersebut, ia pun segera membuka pintu mobil tersebut lalu masuk ke dalam mobil dan melajukan mobil tersebut.

Sementara Fira masih bingung harus berbuat apa dengan kartu tersebut."Maz Ivan pasti meminjam uang untuk membuat ku senang, aku jadi merasa bersalah. Lebih baik aku telpon dia saja."

Gadis itu mengambil ponsel miliknya lalu menghubungi nomer sang Suami.

Kasih…
Peganglah tanganku dan tatap mataku, betapa aku mencintaimu mu…

Fira mencari asal suara dering telepon tersebut, pandangannya terkunci pada benda pipih di atas meja di samping piring. Ia pun meraih ponsel tersebut, tertera nama Istri Kecil Tuan Muda Mizuruky.

Dahi Fira berkerut membaca nama itu tapi jelas sekali itu adalah fotonya, ia pun mencoba menekan tombol jawab dan memastikan kalau itu bukan dari wanita lain.

"Hallo."

Suara tersebut ternyata tersambung di ponsel miliknya."Kenapa nama ku harus ditulis Istri orang? Sudahlah, lebih baik aku cari nomor yang tadi menghubunginya, aku yakin pasti mereka satu kantor."

Ia membuka ponsel tersebut lalu mencari riwayat panggilan terakhir kemudian menghubunginya.

Mizuruky Corporation….

Rumina berjalan mondar-mandir di dalam ruangan CEO menunggu kehadiran sahabat sekaligus bossnya, tak lama kemudian ponsel miliknya bergetar ketika dilihat itu dari CEO Mizuruky…

"Hallo, Tuan Muda Mizuruky yang terhormat," jawabnya menahan kekesalan.

Fira mengerutkan kening mendengar seorang pria di seberang telepon memanggil Tuan Muda Mizuruky.

"Tuan, maaf salah sambung. Ini bukan nomor Tuan Muda Mizuruky tapi nomor suami saya yaitu Ivan Maulana Rizky."

"Iya, itu sama saja, mereka kan satu orang. Apakah sebagai seorang Istri kamu tidak tahu?" Balas Rumina sekaligus balas dendam karena Fira sudah bersikap merendahkan bossnya.

Dahi Fira semakin berkerut memikirkan ucapan Rumina."Ivan Maulana Rizky dan Mizuruky Ivan itu orang yang sama? Apakah dia Ob di …" ucapannya terhenti saat mengingat bahwa Boss besar perusahaan Mizuruky adalah Mizuruky Ivan.

"Dia bukan supir angkot?"....

Rumina semakin tidak mengerti jalan pikiran gadis itu, mana mungkin seorang boss besar jadi supir angkot.

Istri Durhaka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang