BAGIAN #7

3 3 0
                                    

Masih semangat baca 'Bulan' nya nggak nih?? Aku harap kalian selalu semangat dalam menjalankan aktifitas nya yaa !!! Termasuk semangat untuk baca part-part selanjut nya 👋🏻



•••••

Sarah masuk ke dalam kamar untuk
memeriksa keberadaan putri nya. Dan benar saja, Bulan, anak semata wayang dari Sarah dan Dani, masih berada di dalam kamar. Sarah membuka knop pintu secara perlahan. Kini, jam dinding yang terpapang jelas di atas lemari sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Sedangkan Bulan, ia masih terduduk diam di depan cermin rias yang terletak di samping tempat tidur

"Nak, kok belum jalan?" tanya Sarah

"Sepatu nya ganti aja ya, bu. Bulan nggak bisa pakai ini" ujar Bulan sambil melihat ke arah high heels berwarna hitam dengan hak berukuran 5cm

"Bisa nak, memang awal nya nggak terbiasa, tapi percaya deh sama ibu. Nanti, akan terbiasa" Sarah menasehati Bulan sembari memegang kedua bahu putri nya itu dari belakang

Bulan membalikan posisi tubuh nya menjadi kearah Sarah. Bulan tersenyum. Baru setelahnya, Bulan mulai berani dan percaya kalau ucapan Ibu nya itu benar. Bulan membuka pengait pada high heels itu dan ia kenakan ke kaki sebelah kanan dulu dan terakhir ke kaki sebelah kiri. Bulan bangkit dari duduk nya memegang sisi ranjang tempat tidur. Sarah, membantu menahan tubuh Bulan dengan memegang lengan tangan kiri nya. Sarah membantu Bulan untuk berjalan keluar kamar

"Tuh bisa, pintar anak ibu" puji Sarah ketika ia mulai bisa melepaskan pegangan tangannya pada lengan Bulan. Dan benar saja, langkah demi langkah yang Bulan ambil, ia sudah terbiasa dengan high heels yang dikenakan sekarang. Walaupun, langkah yang Bulan ambil hanya sejengkal saja.

Bulan berpamitan pada Sarah dan mencium punggung tangan ibu nya itu. Bulan mulai melenggang meninggalkan halaman rumah nya dengan membawa boneka sapi berukuran kecil pemberian Ibu nya saat Bulan berumur 3 tahun. Di dalam tas yang Bulan pakai sudah ada sebuah kotak kecil berisikan tumbler sebagai kado untuk Bintang

Setelah menunggu lima menit di halte, sebuah angkutan umum berhenti di hadapannya. Tak perlu menunggu lama, Bulan, dengan high heels yang menurut nya cukup tinggi itu karena tidak terbiasa, dengan hati-hati melangkah masuk kedalam angkutan umum berwarna biru

•••••

Bulan terdiam tanpa membuka suara satu huruf pun. Bahkan, bibir nya terkunci sangat rapat seperti ada lem yang menempel disana. Ketika ia melihat betapa megah nan mewah nya acara ulang tahun seorang cowo ganteng idaman para mahasiswi dikampus nya itu. Seharusnya Bulan bersikap biasa saja kan? Karena, tiga hari lalu, Bulan sudah menginjakkan kaki nya mulai dari pagar depan hingga ruang tamu nya. Tetapi, ntah bagaimana, rasanya beda sekali. Bulan merasa seharusnya ia tidak disini, tidak berada di acara seperti ini. Undangan yang mewah ini, tempat yang mewah ini, sangat tidak cocok untuk dirinya.

Apalagi disaat yang bersamaan, Bulan melihat beberapa tamu undangan yang Bulan yakin, itu teman sekelas nya atau bahkan, teman nya Bintang dari luar kampus. Sangat cantik, dan menggunakan dress yang tak kalah cantik dengan wajah nya.

"Mahal tuh pasti" gumam Bulan

Bulan menarik nafas nya, dan menghembuskannya dengan kasar. Ia mulai menetralkan jantung nya serta keberanian untuk melangkah lebih dalam.

"Maaf neng, boleh tunjukkan kartu undangannya?" tanya Satpam itu

"Oh, boleh pak, sebentar" Bulan membuka tas slempang yang ia kenakan dibahu kanan nya, dan menyerahkan kartu undangan berwarna putih elegan itu kepada satpam rumah Bintang

BULANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang