📞Halo, selamat sore. Benarkah ini dengan saudara Io? Kami kurir dari jasa pengiriman hendak mengantarkan paket pesanan atas nama Io yang beralamatkan di Giorgio Palace.
📞Halo, selamat sore. Benar Pak, tapi Io nya sedang tidak ada di rumah. Untuk pesanannya bisa langsung diantarkan ke alamat yang tertera.
📞Maaf Kak, tapi terdapat masalah dengan alamatnya. Kami sudah berusaha keras untuk masuk ke perumahan Giorgio Palace, tapi pihak keamanan yang berjaga di pintu masuk tidak mengizinkan atas dasar keamanan.
Halo! Selamat datang di Giorgio Palace. Perumahan aneh yang tidak bisa sembarangan dimasuki orang luar! Tapi untuk kurir jasa ekspedisi dapat masuk tanpa larangan kan? Ah, sayangnya hari ini Pak Gumi yang berjaga. Siapapun memang boleh masuk, asal dijemput langsung oleh penghuni Giorgio Palace.
Itu berarti gadis berkepang dua yang sedang cemberut di meja makan itu harus berlari 500 meter untuk mengambil paket yang dipesan oleh kakak semata wayangnya, yang saat ini sedang bereuforia di rooftop setelah mendapatkan kabar dari Profesor Lee bahwa dirinya masuk sebagai siswa berprestasi dengan IB DP High Achiever skor 44/45.
"Apa lagi sih yang dipesan Kak Io? Perasaan tiap minggu datang paket terus."
"Mungkin susu kalsium eyang." Celetuk Leo, adik bungsunya.
"Oh! Kenapa juga harus aku yang selalu lari ke depan ambil paketnya?!"
"Mungkin Kak Io sengaja?"
"Sengaja kenapa?"
"Biar Kak Kiya gerak, nggak rebahan terus."
"Aduh, adik aku udah pinter ngomong yaaa!"
Kiya, gadis 15 tahun yang tidak percaya dengan zodiak itu menutup pintu dengan kesal. Baru lima belas menit ia membaca buku ceritanya di meja makan, tiba-tiba kurir paket harus menginterupsi kegiatan berharganya. Yang tentu saja tidak berharga bagi orang lain. Memangnya siapa yang menganggap bahwa membaca fabel anak berjam-jam adalah hal yang berharga?
Giorgio Palace adalah pertamanan bukan perumahan. Mungkinkah? Sebab Kiya selalu penasaran mengapa taman-taman di perumahan ini lebih banyak ketimbang bangunan rumahnya sendiri. Sepanjang perjalanan gadis bertubuh mungil itu mengamati sekitar dan baru menyadari bahwa jarang sekali barang-barang yang ada di perumahan ini menggunakan bahan dasar plastik. Kotak sampah, sapu-sapu, kursi teras.....dan mengapa setiap rumah memiliki corak gorden yang sama?
Seluruh rumah dicat putih dan seluruh rumah memiliki dua lantai dengan ciri khas lantai dua yang didominasi oleh kaca transparan sebagai dindingnya. Oleh sebab itu, lantai dua lebih baik digunakan saat cuaca dingin atau saat musim penghujan tiba di bulan Juni dan Oktober! Bulan kesayangan Kiya di mana ia akan memutar spin wheel untuk mendapatkan satu nama negara secara acak yang akan menjadi tempat liburannya di akhir tahun bersama Profesor Lee, ayahnya.
Iya benar, ayahnya.
"Kenapa tidak ada yang lewat? Padahal hari ini hari minggu." Gumamnya sambil menoleh ke sana kemari mengamati setiap pintu rumah yang tertutup.
Namun, saat hendak melambaikan tangannya pada Pak Gumi yang menanti di ujung jalan, Kiya melihat gorden putih di lantai dua rumah seseorang, dibuka dari dalam. Dan kenyataan bahwa rumah itu kosong sejak sepuluh tahun yang lalu membuat Kiya menghentikan langkahnya.
"Makhluk lain? Siapa? Alien? Atau hanya arwah iseng yang tidak punya tubuh memainkan gorden itu?"
Tepat saat mulutnya terkatup, Kiya melihat seorang anak laki-laki seusianya menggunakan pakaian rumah sakit sedang membaca buku tebal berjudul Sapiens. Anak itu berdiri di dekat dinding kaca, lalu mondar-mandir sambil menopang dagunya.
"Ah nggak mungkin makhluk astral. Makhluk astral kan enggak bisa mondar-mandir sambil menopang dagu. Apalagi baca bukunya Harari."
"Benar. Kecuali kalau mahkluk astral itu mau berubah jadi homo sapiens." Celetuk seseorang.
Kiya menoleh, mendapati laki-laki berpakaian kasual berbalut jaket logo ekspedisi tersenyum lebar di hadapannya.
"Halo, apa benar ini Kiya? Adik perempuan Io?" Laki-laki itu tersenyum, menyembunyikan dua tangannya di belakang punggung.
"Kamu? Kamu kurir paket yang tadi nelpon? Bukannya kurir paket nggak boleh masuk ke tempat ini?"
"Seharusnya memang nggak boleh." Laki-laki itu terdiam sejenak, lalu mengeluarkan kartu namanya dari dalam saku.
"Zinedine Morgan Habibie"
Kiya melongo tidak percaya. Nama itu sudah ada dalam daftar buku tamu untuk acara ulang tahun Io. Zinedine Morgan Habibie, berarti....putra tunggal Profesor Habibie? Guru besar ilmu neurologi di Stanford University.
"Jangan takut. Aku penduduk sini kok. Hanya saja, aku tinggal lama di luar negeri karena bosan dengan iklim tropis."
"Temannya Kak Io?"
"Em...lebih tepatnya sahabat karib lama."
Kiya mengangguk kikuk. Ia merasa semakin bodoh diantara manusia-manusia jenius ini. Dan pada dasarnya ia tidak hanya sekadar merasa. Kiya memang anak dengan IQ paling rendah diantara saudara-saudaranya. Itu fakta, bukan hanya perasaan rendah diri semata.
"Kak—
"Panggil saja Bibie."
Kiya mengangguk, menahan tawa saat tiba-tiba mengingat kucing peliharaan eyangnya: Bibie Shaun. Kucing gempal pemalas yang hobinya tidur dan makan.
Mukanya tidak ramah, dan yang pasti tidak bisa tersenyum."Mau kuantar ketemu Kak Io?"
"Tadi di telpon kamu bilang Io tidak ada di rumah?"
Kiya merapikan rambutnya sambil cengengesan. "Sebenarnya...Kak Io hanya tidak ingin diganggu hari ini. Maaf."
Bibie tersenyum, menampilkan lesung pipi di pipinya yang putih kemerahan.
"Okey! Ayo antar aku bertemu Io."Kiya putar balik dan berjalan bersisian dengan Bibie. Parfum laki-laki itu merasuki hidungnya yang mungil. Dan Kiya menikmatinya. Sepanjang perjalanan mereka hanya mengobrol ringan seputar teknologi dan investasi. Dua hal yang paling Kiya tidak suka dan dua hal yang paling Bibie suka. Namun beberapa langkah semakin jauh dari ujung jalan, tidak tahu dapat perintah dari mana, Kiya membalikkan tubuhnya dan menoleh kembali ke arah rumah kosong tadi.
Butuh tiga puluh detik sampai Kiya menyadari siapa anak laki-laki berpakaian rumah sakit itu. Yang saat ini tengah melambaikan tangan kepadanya dari balik dinding kaca.
"Gio?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
All About Us
Teen FictionMengapa kucing tidak bisa tersenyum? Mengapa lebah tidak memiliki raja, namun justru memiliki ratu? Mengapa rubah cenderung setia pada satu pasangan seumur hidupnya? Mengapa Kiya sangat menyukai Gio? Dan pernahkah berpikir mengapa kehidupan Raya sel...