EVANESCENT | 1 - Among the Crowd

9 1 0
                                    

Halo, selamat datang di EVANESCENT Chapter 1!

Senang sekali kalau kamu memutuskan buat baca ke Chapter 1 ini. Tapi, sebelum lanjut mohon dibaca dan dipahami :

Cerita ini hanya imajinasi penulis, jika ada kesamaan nama tokoh, latar tempat, waktu, itu benar-benar nggak sengaja.

Selamat membaca! Enjoy your day!

**

E V A N E S C E N T

Chapter 1 - Among the Crowd

**

Playlist : Ed Sheeran - Galway Girl

Your playlist?

**

SMA Nusa Satu, Indonesia | 10.15 AM.

Suara sorak sorai terdengar keras di SMA Nusa Satu. Para siswa dan siswi memenuhi pinggiran lapangan basket, semakin lama semakin padat. Mereka berteriak heboh begitu salah satu pemain berhasil mencetak skor dengan memasukkan bola basket ke ring lawan. Disusul bunyi peluit yang menandakan pertandingan telah usai.

Si pencetak skor, melambaikan tangan bak model runaway, sesekali memberikan ciuman jauh ke kaum hawa. Sontak hal itu membuat para siswi berteriak histeris-seperti sedang kesurupan.

"OMAIGAT, AIDEN!!"

"AIDEN GANTENG BANGET!!"

"AIDEN LO KEREN PARAH!!"

Aiden Ravindra, cowok tinggi yang hobi basket dan fotografi itu masih sibuk tebar pesona, mengabaikan tatapan geli dari rekan satu tim sekaligus teman dekatnya. Setelah puas barulah Aiden berlari kecil ke pinggir lapangan. Mengelap keringat dengan handuk sembari mendengarkan evaluasi dari pelatih.

"Kantin, gas?" ajak si cowok sipit, Jovan Mahendra.

Tiga orang menagguk, satu orang sibuk mencari seseorang.

Mata Aiden sedikit menyipit untuk memperjelas pandangan. "Gue duluan!" Dengan senyum secerah matahari, ia menghampiri seseorang yang berdiri membawa minuman di bawah pohon. "Hai, sori menunggu lama?"

Cewek itu menggeleng. Ia menyerahkan sebotol air mineral dengan senyuman. "Enggak, kok. Ini diminum dulu," jawabnya.

Aiden meminum air itu sampai tersisa setengah botol. Ia lalu berujar, "Gia, gue mau lihat-lihat stand pameran habis ini. Kalau lo mau pualng-"

"Aku ikut!" Gianira Thalassa, cewek berambut kemerahan itu memotong ucapan Aiden.

Aiden mengangguk. Ia sama sekali tidak keberatan jika Gia ikut, toh, justru ia memiliki teman. Setelah mengganti pakaian dengan dress code celana olahraga dan kaos putih, Aiden mengambil kamera yang akan digunakan untuk memotret di pameran.

SMA Nusa Satu berulang tahun yang ke-72 tahun. Setiap berulang tahun, SMA Nusa Satu pasti mengadakan Three Day Event yang kali ini berjudul Stage of Confidence, di mana setiap murid dapat menunjukkan bakat mereka melalui tiga hari acara itu; promosi, seni, teater, olahraga, dan lain sebagainya. Promosi tentu berisi bazar-bazar makanan dan minuman, Pojok Baca atau bazar buku, sampai distro. Acara olahraga mengadakan lomba antarkelas, mulai dari cabang olahraga basket, voli, renang, sepak bola sampai sepak takraw pun ada.

Kemudian ada seni, pameran seni lukis, seni kriya, dan teater yang akan diadakan oleh ekskul teater di malam hari terakhir event. Aiden on the way ke tempat diadakannya seni Lukis dan kriya. Karya-karya di sana pasti banyak yang enak diabadikan melalui foto. Cowok itu melirik Gia yang terlihat antusias melihat-lihat lukisan berbagai macam tema di sana. Tangan Aiden bergerak mengarahkan kamera untuk memotret Gia.

"Aiden, kalau mau foto bilang-bilang, dong!" Gia cemberut, membuat pipi gembulnya telihat semakin menggemaskan. "Ayo, foto ulang! Aku pose yang bener, nih!"

Aiden tertawa kecil. "Bawel banget lo." Namun, cowok itu tetap memotret Gia.

Menghabiskan sekitar dua jam berkeliling untuk memotret, Aiden menghentikan kegiatannya karena Gia yang merengek lelah dan lapar. Tidak ingin jika sampai Gia merajuk, Aiden mengajaknya untuk ke kantin. Mereka menghabiskan sisa siang hari dengan duduk di kantin lalu pulang.

Aiden menghempaskan tubuh ke atas ranjang begitu selesai bersih-bersih diri. Matanya menatap satu per satu hasil jepretannya, memilih mana yang ingin ia posting di Instagram. Ia sibuk memilih, sampai tiba-tiba netra hitamnya terpaku pada satu foto.

Bukan.

Satu sosok yang berdiri di antara keramaian.

Sosok siswi itu menatap satu lukisan dengan ekspresi datar. Namun, sorot matanya menunjukkan kekaguman.

Tangan Aiden meraih ponsel berlogo apel gigit miliknya, memotret siswi itu untuk ditanyakan kepada temannya nanti.

Menarik sekali. Aiden memilih potret itu.

 Aiden memilih potret itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



TO BE CONTINUED.

**

Semoga suka dan tertarik baca Chapter 2 nanti ya, hehe...

Setelah banyak pertimbangan, akhirnya nulis ini buat memgisi waktu liburan. Yes, karena aku gak tau lagi mau ngapain ✌🏻👀

Kritik dan saran :

Euribia

January 2, 2024

EVANESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang