Bangkit dari kematian itu aneh.
Terlepas dari ribuan alasan masuk akal yang bisa diciptakan angan-angan, tetap saja aneh.
Kalau masih hidup, memang selalu ada kemungkinan untuk mati, tetapi kalau sudah mati, berarti selamanya mati.
Hal ini baru dalih yang pertama.
Kedua, terbayang-bayang wajah mengerikan seseorang yang berniat membunuhmu untuk sekian kalinya tentu merupakan terror yang sangat sial.
Ketiga, ternyata orang yang bangkit dari matinya itu adalah pembunuhmu yang notabenenya sudah kau bunuh dengan tangan sendiri, tetapi sekarang malah berada dekat denganmu, tidak terluka parah sama sekali.
Harapannya, dalih-dalih ini dapat membuat alam berempati dan meringankan situasi yang tengah terjadi. Sayangnya, tidak ada yang berjalan sesuai keinginan.
Rasanya seperti mimpi buruk.
Tubuh Fumiko terasa berat sekali walau sekedar untuk digerakkan. Ia berpikir kalau ini adalah efek dari penggunaan energi terkutuk yang terlalu besar, ditambah pula pengorbanan darah yang kesannya dapat saja sangat sia-sia.
Perempuan itu membuka matanya perlahan. Ia berharap setidaknya ada pengawal dari keluarganya yang datang untuk menjemput setelah ia selesai menjalankan misi, nyatanya tidak.
Yang memboboti tubuhnya saat ini adalah kaki kanan Toji yang tengah beristirahat tepat di atas perut Fumiko. Pemuda itu terlihat melipat kedua tangannya sembari memperhatikan keadaan sekitar.
Seketika, gadis penyihir itu membeku. Ia menahan napasnya, bingung dengan apa yang terjadi.
Bagaimana bisa?
Fumiko kembali menyiapkan dirinya. Ia menggerakkan tangannya sedikit, mengarahkan telapaknya mengenai lutut Toji. Sebelum ia mampu melancarkan serangan, pemuda itu menatapnya tajam.
Creak–
Orang gila itu menaruh seratus persen bobot tubuhnya pada Fumiko dengan menginjak telapak sang gadis.
"Ugh– Ang- angkat..!"
"Aku tahu saat ini kau sangat kesal karena kembali melihat wajahku," ujar Toji, masih dengan posisi menatap Fumiko yang terbaring di bawah.
"Percayalah, aku juga muak melihat penyihir sepertimu untuk ketiga kalinya."
"Ha– masalahnya, gedung ini seakan tak berujung. Sepertinya sudah empat kali aku berusaha menjadi jalan keluar ataupun ventilasi..."
"Tapi sepertinya tidak ada jalan keluar sama sekali." Ungkap Toji lalu mengangkat kakinya, kembali berjalan ke sekitar.
Fumiko ikut berdiri sembari mengelus telapak tangannya yang memerah. Ia kemudian menatap pemuda di depannya dengan heran. Tidak ada sedikitpun luka fatal yang patut menjadi perhatian.
"...Ternyata kau masih belum mati juga ya?" Tanya Toji, sama sekali tidak percaya dengan apa yang ada di hadapannya saat ini.
"..."
Fumiko menatap sekeliling. Atmosfer aneh yang sesak dan mencekam yang mengindikasikan ketidakamanan.
Ah...
Sepertinya ia mulai mengerti apa yang terjadi.
Manifestasi kutukan bisa timbul dari apa saja.
Sumpah serapah yang dari mulut.
Dendam dalam hati yang tidak kunjung keluar.
Perasaan takut dan gentar yang meluap.
Atau bisa saja ia tertarik karena jumlah energi kutukan yang terus mengalir di area ini.
Dan masih banyak lagi pemicu lainnya.
Perluasan domain.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi sepertinya salah satu dari kita menarik perhatian roh kutukan."
"Ini perluasan domain,"
"Bukan olehku, tapi roh kutukan." Jelas Fumiko.
Toji menaikkan sebelah alisnya, "Oh. Benar juga..."
"Roh kutukan, ya?"
Fumiko angkat bicara sekali lagi, "Ini roh kutukan tingkat khusus–"
"Tahu, aku tahu."
"Aku tidak bodoh kok," balas Toji.
"Yah, kalau perluasan domainnya sampai sebesar ini, pasti bukan main-main..."
"Domainnya belum sempurna. Masih bisa dicari jalan keluar,"
"Tsk. Sudah kubilang aku sudah mengitari tempat ini empat kali–"
Sprat.
Cairan panas menyembur ke arah Toji dari belakang. Untung saja, ia berhasil menghindar. Kalau tidak, mungkin nasib wajahnya sudah sama seperti lilin yang meleleh.
"Apa-apaan ini?" Keluh Toji.
Makhluk yang menyambut kehadiran tamu di domainnya ini begitu menjijikan. Bermata empat dan juling, beserta taring-taring tajam dengan liur tumpah ruah menetes dan menghasilkan cairan panas yang mendidih.
Roh kutukan itu meniru bentuk kutukan yang dibunuh Fumiko sebelumnya. Namun, yang satu ini jauh lebih besar dan gesit gerakannya.
Jika kutukan yang sebelumnya bahkan hanya mampu menciptakan distraksi, yang satu ini mampu menciptakan serangan yang beresiko fatal.
Fumiko menyiapkan kembali anak panah dan busur miliknya. Ia mulai membidik anak panahnya agar mengenai titik lemah tertentu milik sang roh kutukan. Tetapi, satu demi satu panah yang menusuk kutukan tingkat khusus ini hangus terbakar.
Masalahnya, tidak mungkin dengan keadaan seperti ini Fumiko memanfaatkan teknik manipulasi darah lagi.
Di lain sisi, Toji hanya berdiri dengan tenang. Kutukan itu sama sekali tidak menaruh pandangannya terhadap seseorang yang seharusnya mati saat ini juga.
"Heh."
"Bahkan kutukan lebih menyukai perempuan..."
"Nona, apa kau suka bertaruh?"
"Kalau aku bisa membunuh makhluk aneh ini, berapa harga yang mau kau bayarkan?"
"Anggap saja, aku membunuh roh kutukan ini sekaligus menyelamatkanmu."
Fumiko mengerutkan dahinya.
"Tidak akan–"
Semburat panas itu mengenai separuh tubuhnya. Fumiko meringis kesakitan lantaran seluruh tenaganya diperas. Ia bahkan tidak mampu melawan.
"Menyedihkan,"
"Sudah kubilang, jangan terlalu tangguh kalau tidak mampu."
_____
Hewo cingtah :3
Kalau sekiranya ada yang ngerasa alur ceritanya terlalu buru-buru, kasih tau yaa... 🙇♀️🙇♀️
Sekolah udah mulai, aku jadi gak terlalu leluasa untuk nulis... Btw gimana ya cara ngadepin guru yg agak (tanda kutip) aneghsgabevshh
*Curhat karna agak tertekan
Btw, terima kasih sudah menyempatkan baca part ini, jangan lupa beri ⭐ dan tulis komentarnya yaaa~
Aku cinta kamuuuu ♾️
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding 𝐈𝐊𝐈𝐆𝐀𝐈 | Toji Zenin
FanfictionSeorang pembunuh berdarah dingin seperti Toji tidak pernah menyangka bahkan manusia sepertinya perlu sandaran dan tujuan lain diluar uang dan kebanggaan akan dirinya sendiri. _____________________________ IKIGAI: Sebuah alasan untuk hidup; kesadaran...